Hal yang Bisa Dipelajari dari Kasus Ibu Buang Bayinya ke Sumur Akibat Dirundung Tak Bisa Berikan ASI Menurut Psikolog

By Shinta Dwi Ayu, Kamis, 21 April 2022 | 17:42 WIB
Hal yang bisa dipelajari dari kasus ibu buang bayinya ke sumur. (Nakita.id)

Nakita.id - Belakangan ini masyarakat digegerkan dengan peristiwa ibu di Jember, Jawa Timur, yang membuang bayinya sendiri ke dalam sumur.

Kabarnya, ibu tersebut tega membuat bayinya karena kerap kali dirundung akibat tak bisa memberikan ASI terhadap buah hatinya tersebut.

Perundungan soal ASI tersebut merupakan salah satu tindakan Mom shaming yang wajib diwaspadai.

Karena akibat komentar negatif tersebut membuat mental seorang ibu rusak.

Apabila mental ibu sudah rusak maka dampak buruknya juga akan dirasakan oleh anak.

Seperti kasus tersebut, dimana ibu tak mampu menahan emosinya sehingga melakukan hal-hal yang justru membahayakan anaknya.

Maka dari itu, penting sekali bagi para Moms menghargai setiap pilihan yang dipilih ibu lain untuk anaknya.

Ketika menentukan pilihan untuk anak pastinya seorang ibu sudah melakukan berbagai pertimbangan.

Karena setiap ibu pastinya ingin memberikan yang terbaik untuk sang buah hati.

Baca Juga: Supaya Tak Larut Dalam Kesedihan, Begini Cara Mengatasi Mom Shaming

Tak Boleh Langsung Menjudge

Ketika mendengar berita ibu membuang bayinya ke sumur pasti sebagian besar orang menilai bahwa ibu tersebut sangat jahat dan tega.

Namun, menurut Ni putu Mayda Anggarini, M. Psi., Psikolog dari Biro Psikologi Attentive, kita tidak boleh asal menjudge ibu tersebut.

Ni putu Mayda Anggarini, M. Psi., Psikolog dari Biro Psikologi Attentive.

Perilakunya membuang bayi ke sumur memang tidak bisa dibenarkan, tapi kita juga tidak berhak untuk menjudge-nya.

"Kita tidak bisa langsung menjudge ibu tersebut karena kita tidak tahu apa yang sedang dialami, dirasakan ibu tersebut. Perilakunya melemparkan bayinya memang tidak bisa dibenarkan, tapi kita juga tidak bisa langsung menjudge ibu tersebut," ungkap Mayda dalam wawancara eksklusif Referenata bersama Nakita, Kamis (7/4/2022).

Hal yang Bisa Dipelajari

Menurut Mayda, ada beberapa hal yang bisa dipelajari dari kasus tersebut.

Mayda mengatakan, menjadi seorang ibu memang bukan perkara yang mudah dan cukup berat.

Baca Juga: Dampaknya Luar Biasa, Begini Cara Supaya Tidak Membandingkan Anak Sendiri dengan Anak Orang Lain

Sebagai orang-orang yang berada di sekeliling ibu seharusnya bisa memberikan bantuan.

"Kita bisa pelajari dari kasus tersebut bahwa seorang ibu mungkin kondisinya sudah cukup berat, setelah melahirkan kemudian harus mengurus anak, mengurus keluarga, mungkin mengurus pekerjaannya, rumah tangganya. Nah, kita sebagai lingkungan sekitarnya memahami kondisi tersebut, dan membantu sebisa kita," sambung Mayda.

Bantuan yang dimaksud adalah dengan memberikan dukungan dan bantu ibu tersebut menjaga anaknya supaya tidak kelelahan.

"Misalnya, kita bisa membantu meringankan beban ibu tersebut dengan bantu menjaga anaknya, atau setidaknya mensupport ibu tersebut," kata Mayda.

Jangan Berikan Komentar yang Menjatuhkan

Nah, apabila Moms tidak bisa memberikan dukungan maka jangan pernah memberikan komentar yang bersifat menjatuhkan.

Karena kita sebagai orang lain tak pernah tahu sebenarnya apa yang seorang ibu alami.

"Kalau setidaknya tidak bisa membantu jangan memberikan komentar yang kiranya bisa menjatuhkan mental sang ibu. Kita tidak pernah tahu apa yang ibu itu alami, kita tidak pernah tahu apa yang dirasakan sampai ibu tersebut tidak bisa memberikan ASI. Jadi, kita tidak berhak mengkritik atau menjudge ibu tersebut," ungkap Mayda.

Apabila memang ingin sekali memberikan informasi terbaru kepada sang ibu maka cara penyampaiannya harus tepat.

Baca Juga: 3 Jenis Trauma yang Dapat Dialami Anak Ini Ternyata Berpengaruh pada Pola Asuh Anak

Kemas informasi tersebut sebagai kata-kata asertif bukan yang bersifat menjatuhkan.

"Ketika menyampaikan hal tersebut kita harus memperhatikan mood, dan kondisi ibu tersebut. Sampaikan dengan kata-kata asertif bukan yang menyerang, ataupun menjatuhkan ibu tersebut sehingga sang ibu bisa menerima kritik tersebut sebagai nasihat," saran Mayda.

Lebih Aware Terhadap Peran Ibu

Senada dengan Mayda, Anggita Hotna Panjaitan, M.Psi., Psikolog dari Mentari Anakku dan Biro Psikologi Attentive mengatakan, menjalani peran ibu memang bukan perkara yang mudah.

Anggita Hotna Panjaitan, M.Psi., Psikolog dari Mentari Anakku dan Biro Psikologi Attentive.

Setiap ibu tentu saja memiliki dinamika tersendiri ketika membesarkan anaknya. Namun percayalah! setiap ibu selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk anaknya.

"Tetapi ada hal yang bisa kita pelajari untuk lebih aware bahwa peran ibu lagi-lagi tidak mudah, tiap orang punya dinamikanya sendiri, mereka juga akan melakukan yang terbaik sebisanya," ungkap Anggita dalam wawancara eksklusif Referenata bersama Nakita, Sabtu (16/4/2022).

Anggita juga menyarankan supaya sesama ibu bisa saling mendukung dan memberikan dukungan.

"Sesama menjalani peran sebagai seorang ibu mendukung, memnberikan pertolongan, kalau misalnya dia tidak mau ditolong ya sudah tidak apa-apa, memberikan kekutan satu sama lain, dan berempati satu sama lain," tutup Anggita.

Baca Juga: Mengenal Mom Shaming, Perilaku yang Kerap Dianggap Lumrah Justru Berbahaya Bagi Kesehatan Mental Para Ibu