Nakita.id - Bisa dilakukan para Moms, begini tips supaya tidak mudah menjadi korban mom shaming.
Mom shaming merupakan suatu tindakan yang terkadang tidak disadari oleh banyak orang.
Karena tindakan dari mom shaming sendiri berupa kata-kata yang dibungkus dengan istilah nasihat yang diberikan kepada para ibu.
Sebenarnya, memberikan nasihat kepada sesama ibu sangat diperbolehkan.
Hanya saja, tidak semua ibu bisa menyampaikan nasihat tersebut ke ibu lain dengan cara yang baik.
Nasihat yang disampaikan justru berupa kata-kata negatif yang terlalu berlebihan.
Ibu yang menerima nasihat tersebut cenderung bukan menerimanya dengan baik justru merasa tidak nyaman atau tersakiti.
Namun, bagi pelaku, nasihat yang diberikan merupakan hal yang lumrah dan ia tidak sadar sudah menyakiti hati orang lain.
Tak heran, bila fenomena mom shaming sendiri semakin marak beberapa tahun belakangan.
Baca Juga: Supaya Bisa Saling Menghargai, Begini Cara Memutus Rantai Mom Shaming Menurut Psikolog
Tips Supaya Tidak Mudah Menjadi Korban Mom Shaming
Menurut Rohika Kurniadi Sari, SH., MSi, Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak Atas Pengasuhan dan Lingkungan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, ada beberapa cara yang bisa para ibu lakukan supaya tidak mudah menjadi korban mom shaming:
1. Punya Ilmu
Rohika mengatakan, para ibu harus membekali diri sendiri dengan ilmu.
"Pertama, harus punya ilmunya. Membekali diri dengan ilmu ini sangat penting serta tidak berhenti memperbarui wawasan yang dimiliki," ungkap Rohika dalam wawancara ekslusif bersama Nakita, Rabu (13/4/2022).
Kementerian PPPA menilai, sebelum menjadi seorang ibu, setidaknya para perempuan sudah memiliki bekal pendidikan dan pengasuhan.
2. Kenali Diri
Cara lain supaya tidak mudah menjadi korban mom shaming adalah dengan mengenal diri sendiri.
Dengan mengenal diri sendiri, seorang ibu akan tahu mana keputusan terbaik untuk anaknya, sehingga tidak berfokus dengan omongan orang saja.
"Kedua, kenali diri. Dengan mengenal diri sendiri, maka seorang ibu dapat mengetahui mana yang baik dan cukup saat mengambil keputusan, baik dalam mendidik anak maupun menjalani perannya sebagai seorang ibu dan perempuan," sambung Rohika.
3. Percaya Diri
Supaya tidak mudah menjadi korban mom shaming, para Moms juga harus percaya diri.
Percaya saja apa yang dilakukan sudah sesuai dan demi kebaikan anak.
Namun, apabila mengalami kesulitan, maka tak ada salahnya Moms meminta bantuan ke orang lain.
"Ketiga, percaya diri. Yakinlah bahwa yang dilakukan seorang ibu untuk kebaikan anak, keluarga dan diri sendiri. Apabila menghadapi tantangan yang sulit, maka jangan sungkan untuk meminta bantuan," ungkap Rohika.
Rohika juga menyarankan, supaya para ibu bisa bergabung dengan komunitas sesama ibu.
Supaya bisa memiliki tempat untuk bercerita dan mengungkapkan apa yang dirasakan.
"Meminta bantuan ataupun bercerita tentang yang dialami bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung di komunitas sesama ibu," jelas Rohika.
4. Tidak Membandingkan Diri
Rohika juga mengatakan, supaya tidak mudah menjadi korban mom shaming, maka jangan terlalu sering membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
"Keempat, tidak membandingkan diri. Artinya, setiap ibu memiliki kemampuan untuk keterbatasannya, dan standarnya yang berbeda. Setiap orang punya kekuatan yang dibangun dari diri ibu sendiri, sehingga tidak perlu membandingkan diri sendiri dengan orang lain," ucapnya.
5. Memilah Kritikan yang Masuk
Ketika menjadi seorang ibu, berbagai kritikan pun akan diterima oleh para Moms. Nah, ketika menerima berbagai kritik, jangan langsung ditelan mentah-mentah, tetapi dipilih-pilih terlebih dahulu.
"Kelima, memilah. Cermat memilah pandangan, masukan, dan kritikan dari orang lain, karena setiap ibu punya cara, pengalaman, dan prinsip yang berbeda-beda," tutur Rohika.
6. Libatkan Suami
Cara terakhir supaya tidak mudah menjadi korban mom shaming adalah dengan melibatkan suami dalam mendidik dan mengasuh anak, serta bisa saling mendukung terkait keputusan yang akan kita ambil.
Baca Juga: Apakah Ada Kaitannya Mom Shaming dengan Baby Blues? Begini Penjelasan dari Psikolog