Nakita.id - Moms wajib tahu apa saja faktor risiko preeklampsia pada ibu hamil, juga beberapa gejalanya.
Preeklampsia adalah kelainan yang terjadi saat kehamilan di atas usia 20 minggu yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah, dengan atau tanpa protein dalam urine.
Secara klinis, tanda-tanda preeklampsia pada ibu hamil adalah bengkak pada tungkai, tangan dan wajah, nyeri ulu hati atau perut kanan atas, sakit kepala hebat, gangguan penglihatan, berkurangnya jumlah urin, mual, muntah, serta sesak napas.
Tanda-tanda lainnya yang juga ditunjukkan adalah ada peningkatan fungsi hati dan terjadi pendarahan.
Di dunia, prevalensi preeklampsia pada ibu hamil mencapai sekitar 2-8 persen, Moms. Selain itu, preeklampsia merupakan penyumbang angka kematian ibu hamil sebesar 9% di Asia dan Afrika, 26% di Amerika Latin dan Kepulauan Karibia, serta 16 % di negara-negara maju.
Maka dari itu, pastikan Moms tidak melewatkan setiap jadwal kontrol kehamilan yang sudah ditetapkan ya. Termasuk, pengecekan tensi atau tekanan darah saat hamil.
Sebab, jika dibiarkan begitu saja, preeklampsia tentu bisa meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada ibu hamil maupun janin.
Agar Moms semakin paham akan kelainan kehamilan satu ini, Moms harus tahu apa saja faktor risiko preeklampsia pada ibu hamil. Juga, gejala-gejala preeklampsia yang kerap dialami saat hamil.
Simak informasi berikut agar Moms tahu apa saja faktor risiko serta gejalanya.
Moms, ini dia beberapa faktor risiko preeklampsia pada ibu hamil menurut dokter obgyn.
Menurut dr. Aries Joe, Sp.OG, DMAS, dokter obgyn di Rumah Sakit EMC Tangerang, faktor risiko preeklampsia pada ibu hamil salah satunya adalah nulliparity, yaitu suatu kondisi dimana seorang ibu hamil untuk pertama kalinya.
“Terus kemudian ibu dengan BMI (body mass index) lebih lebih dari 30,” tambah dr. Joe saat diwawancarai Nakita pada Jumat lalu (1/7/2022).
“Lalu, ibu yang mempunyai riwayat preeklampsia di kehamilan sebelumnya,” tambah dr. Joe lagi.
Selain itu, dr. Joe juga menambahkan bahwa beberapa penyakit juga termasuk dalam faktor risiko preeklampsia saat hamil.
Mulai dari hipertensi kronis, diabetes sebelum hamil, diabetes gestasional atau diabetes yang terjadi pada kehamilan di atas usia 20 minggu, thrombophilia, SLE (systemic lupus erythematosus), antiphospholipid antibody syndrome, hingga penyakit ginjal.
“Selain itu, kehamilan kembar, usia ibu hamil lebih dari 35 tahun, mengikuti program bayi tabung, hingga obstructive sleep apnea juga termasuk dalam faktor risiko preeklampsia saat hamil,” jelas dr. Joe.
Lalu, apa saja gejala-gejala preeklampsia pada ibu hamil yang kerap dirasakan?
“Gejala-gejala yang bisa didapatkan secara klinis adalah tekanan darah yang tinggi. Mulai dari 140/90 atau lebih” sebut dr. Joe.
Gejala lainnya, lanjut dr. Joe, yang juga ditunjukkan adalah adanya pembengkakan tubuh, terutama di kaki.
“Kemudian, berat badan yang meningkat per minggu, lebih dari 3 kilogram,” katanya lagi.
“Kadang ada beberapa pasien mengeluh sakit kepala hebat terutama di bagian kepala belakang. Kemudian, di bagian mata itu terasa berat atau nyeri, sampai kalau misalnya kita melihat lampu itu seperti terasa silau,” katanya menambahkan.
Gejala lainnya, tambah dr. Joe, adalah nyeri di ulu hati, juga nyeri perut kanan atas.
dr. Joe mengungkap, gejala-gejala preeklampsia pada ibu hamil tersebut bisa didiagnosa dengan tepat baik secara klinis disertai dengan pemeriksaan laboratorium.
Nah, itulah penjelasan dokter obgyn mengenai faktor risiko dan gejala preeklampsia saat hamil ya, Moms.
Jika masih ada hal-hal terkait preeklampsia saat hamil yang ingin ditanyakan lebih lanjut, Moms bisa berkonsultasi secara mendalam dengan dokter kandungannya masing-masing.
Untuk melihat kembali apa saja faktor risiko preeklampsia pada ibu hamil serta gejalanya, cek halaman 2.