Akan tetapi, pendapat yang kedua ini, lagi-lagi hanya bertaraf menjadi pencocokan (cocoklogi) karena terbentur data. Penelusuran akhirnya berhenti di sumber lisan lokal.
Baca Juga: Mendadak Muncul Memar Biru-biru di Lengan dan Kaki? Bukan Mistis, Ternyata Ini Penyebabnya
Normasunah, dalam publikasinya bertitel "Myths in Legend of Halimun Island Kingdom in Kotabaru Regency" (Mitos dalam Legenda Kerajaan Pulau Halimun di Kabupaten Kotabaru), memberikan pandangan lain.
Legenda Kerajaan Pulau Halimun. Tokohnya, Raja Pakurindang, Sambu Batung dan Sambu Ranjana.
Normasunah berpendapat sesuai mitos. Gunung Saranjana merupakan jelmaan dari tokoh Sambu Ranjana dalam Legenda Kerajaan Pulau Halimun.
Dalam mitos itu, Raja Pakurindang mengatakan “Sambu Batung, engkau dan Putri Perak tinggallah di utara pulau ini. Teruskan rencanamu membuka diri dan membaur di alam nyata, dan engkau Sambu Ranjana tinggallah di selatan lanjutkan niatmu menutup diri. Aku merestui jalan hidup yang kalian tempuh. Namun ingat, meskipun hidup di alam berbeda, kalian harus tetap rukun. Selalu bantu-membantu dan saling mengingatkan.”
Kesimpulannya, nama Sambu Ranjana inilah yang kemudian mengalami "evolusi" pelafalan menjadi "Saranjana" dalam lidah orang lokal.
Apakah mitos ini bisa dipercaya? Sampai dimana derajat kebenarannya? Bagaimana dengan unsur historisitasnya? Normasunah dalam tulisannya memberikan jawaban.
Mitos, bagian dari bahasa yang subtansinya tidak terletak pada gaya, irama, atau sintaksisnya.
Melainkan pada cerita yang diungkapkannya. Fungsi mitos terletak pada suatu tataran khusus yang di dalamnya makna-makna melepaskan diri dari landasan yang semata mata kebahasaan.
Dari deretan pendapat dengan cara pandang lingua-historis ini paling tidak memberikan informasi penting. Asal nama Saranjana yang paling mendekati kebenaran adalah Sambu Ranjana.