Pahami Diare Muntah Pada Anak, Agar Tidak Salah Langkah Mengatasinya!

By Fadhila Afifah, Senin, 7 Mei 2018 | 16:26 WIB
Memahami diare muntah pada anak agar ditangani dengan tepat (iStock)

Nakita.id - Moms, ada berbagai penyakit yang umum dialami balita.

Misalnya seperti diare disertai dengan muntah, meskipun umum namun Moms jangan menganggap remeh.

Tentu saja hal ini akan membuatnya tidak nyaman karena bisa menyebabkan ia lemas bahkan dehidrasi.

BACA JUGA: Melatih Kesabaran Anak Agar Tidak Mudah Emosi Bisa Dengan Cara Ini

Tapi sebelum panik, Moms perlu memastikan betul, apakah Si Kecil memang diare atau tidak.

Untuk itu perlu mengetahui apa dan bagaimana gejala diare disertai dan tidak disertai muntah.

Dalam seminar Pesat Jakarta 18 "Senjata Orangtua Hadapi Diare-Muntah dan Si Susah Makan" yang dilaksanakan Minggu (6/5/2018) di Jakarta Design Center, Jakarta Pusat, Dr. Arifianto, SpA menjelaskan apa itu diare.

"Diare itu sebenarnya tinja yang mengandung lebih banyak air lebih dari biasanya, kalau dipresentasikan lebih dari separuhnya adalah air. Ini patokan paling utama untuk menyatakan diare atau bukan," kata Arif.

BACA JUGA: Atasi Rasa Sakit Tumbuh Gigi Pada Si Kecil Dengan 4 Cara Mudah Ini!

Selain itu juga sangat berhubungan dengan seberapa sering Si Kecil buang air besar (BAB).

Perlu diperhatikan juga Moms, meskipun Si Kecil terlihat sering BAB, jika konsistensi masih normal alias tidak lebih cair dari biasanya, itu bukan diare.

"Kalau anak sering BAB tapi konsistensinya normal, kalaupun ada air tapi lebih banyak ampasnya, itu masuk kategori bukan diare. Jadi berhubungan dengan seberapa sering anak BAB dengan konsistensi yang cair atau tidak," sambungnya.

Yang dikatakan diare ialah jika Si Kecil BAB sering, bisa lebih dari 4 kali sehari dengan konsistensi yang cair tidak berampas dan tidak padat.

BACA JUGA: Wasabi Manfaatnya Super, Tapi Ini Efeknya Jika Dikonsumsi Berlebih!

Lalu kenapa lebih ditekankan pada konsistensinya dibandingkan frekuensinya?

"Karena diare yang paling sering membuat kematian adalah akibat dehidrasi atau kekurangan cairan. Tapi ingat, yang terbuang dalam tinja cair bukan hanya cairan saja, tapi juga nutrisi," ungkap Arif.

Dengan begitu anak yang sedang mengalami diare bukan hanya membutuhkan lebih banyak cairan melainkan juga nutrisi.

BACA JUGA: Rio Dewanto Suapi Salma dengan Cara Ini, Warganet Salah Fokus!

Biasanya, diare yang dapat menyebabkan dehidrasi jika dialami kurang dari 14 hari alias diare akut (belum lama terjadi). 

Diare presisten atau lebih dari 14 hari, lebih sering menyebabkan gangguan gizi.

Patut diwaspadai jika diare disertai darah, dengan atau tanpa lendir, karena ini bisa menjadi penyebab disentri.

Penyebab tersering adalah bakteri Shigella, sedangkan disentri amuba jarang terjadi pada anak-anak.

"Bisa dikatakan diare ada dua, tidak disertai dengan darah dan disertai dengan darah (disentri). Kalau ada disentri kita boleh berpikir jangan-jangan ada infeksi bakteri, namun baik pada anak maupun dewasa seringnya terinfeksi virus," sambungnya.

BACA JUGA: Orang-orang Ini Sebaiknya Tidak Makan Tomat karena Membahayakan

Biasanya diare akan disertai dengan muntah, atau disebut gastroenteritis.

Perlu waspada jika muntah darah atau berwarna hijau dan hitam, itu perlu segera dibawa ke rumah sakit.

Moms perlu hati-hati, bisa saja hal tersebut diakibatkan karena perdarahan di lambung.

"Diare dan muntah adalah alarm jika bakteri atau virus masuk ke dalam tubuh. Jika bakteri dan virus tidak dikeluarkan dengan cara BAB dan muntah, semakin berbahaya. Jadi biarkan anak mengalami diare muntah berapa kali pun, asalkan, muntah dan diare terus diberi cairan untuk mencegah dehidrasi," tutup Arif.