Nakita.id - Umumnya migrain lebih dikenal dialami oleh orang dewasa.
Berbagai faktor eksternal seperti stress dan tekanan dalam pekerjaan kadang membuat orang dewasa mengalami migrain.
Akan tetapi migrain bisa dialami oleh siapa saja, termasuk anak-anak sehingga perlu diketahui penyebabnya dan cara mengatasinya.
Tidak menutup kemungkinan hal ini sudah terjadi pada usia di bawah 12 tahun, bahkan pada usia balita sekalipun.
Penyebab migrain
Apakah migrain sama dengan pusing?
Ternyata, berbeda.
Migrain adalah suatu sindrom sakit kepala akut rekuren (timbulnya mendadak namun berulang) yang spesifik dan memenuhi seperangkat kriteria tertentu.
Sedangkan pusing merupakan suatu istilah awam yang mengacu pada keluhan sakit kepala, namun belum disertai penjelasan mengenai sifat dan derajat sakit kepalanya.
Dalam penanganan migrain pada anak yang terpenting adalah pencegahan terjadinya episode migrain.
Untuk itu, pastikan anak tidur cukup, minum yang cukup, berolahraga teratur, mengonsumsi makanan bergizi seimbang, dan menghindari makanan pencetus.
Jadi, tata laksana terbaik pada migrain adalah preventif: menghindari faktor pencetus, manajemen stres, dan pola hidup sehat.
Baca Juga: Sering Alami Migrain? Segera Ketahui Gejalanya yang Bisa Terjadi
Apabila faktor psikis merupakan faktor pencetus migrain yang menonjol pada anak, mungkin anak membutuhkan bantuan profesional (psikolog, psikiater) untuk manajemen stresnya.
Misal, anak setiap mau sekolah mengalami migrain atau migrainnya kambuh setiap hari Selasa.
Apabila dengan tata laksana non-farmakologik atau tanpa obat yang optimal masih sering terjadi serangan migrain berat, barulah dipertimbangkan pemberian obat (farmakologik) secara rutin untuk mencegah migrain.
Namun dengan catatan adanya kelainan neurologis lain yang menyebabkan sakit kepala telah disingkirkan.
Untuk pengobatan farmakologik serangan akut, obat yang diketahui efektif pada anak berdasarkan penelitian adalah parasetamol dan ibuprofen.
Pengobatan migrain
Apabila migrain masih belum teratasi dengan obat-obat tersebut, barulah diberikan obat lainnya, misalnya golongan triptan.
Tentunya, untuk melakukan pengobatan (farmakologik) migrain pada anak harus dalam pengawasan dokter.
Pemeriksaan migrain pada anak yang dilakukan oleh dokter bergantung pada indikasi yang ditemukan dan tidak sama pada semua anak.
Begitu pula dengan pemeriksaan penunjang, dilakukan jika diperlukan dan untuk menyingkirkan kekhawatiran adanya kelainan neurologis yang menyebabkan sakit kepala.
Contohnya, apabila dicurigai epilepsi, dokter akan melakukan elektroensefalografi (EEG).
Apabila dicurigai ada tumor otak atau cedera otak akibat trauma kepala akan dilakukan CT scan atau MRI kepala; dan lain-lain bergantung pada temuan klinis pada masing-masing anak. (Sumber: Tabloid Nakita)