Apabila faktor psikis merupakan faktor pencetus migrain yang menonjol pada anak, mungkin anak membutuhkan bantuan profesional (psikolog, psikiater) untuk manajemen stresnya.
Misal, anak setiap mau sekolah mengalami migrain atau migrainnya kambuh setiap hari Selasa.
Apabila dengan tata laksana non-farmakologik atau tanpa obat yang optimal masih sering terjadi serangan migrain berat, barulah dipertimbangkan pemberian obat (farmakologik) secara rutin untuk mencegah migrain.
Namun dengan catatan adanya kelainan neurologis lain yang menyebabkan sakit kepala telah disingkirkan.
Untuk pengobatan farmakologik serangan akut, obat yang diketahui efektif pada anak berdasarkan penelitian adalah parasetamol dan ibuprofen.
Apabila migrain masih belum teratasi dengan obat-obat tersebut, barulah diberikan obat lainnya, misalnya golongan triptan.
Tentunya, untuk melakukan pengobatan (farmakologik) migrain pada anak harus dalam pengawasan dokter.
Pemeriksaan migrain pada anak yang dilakukan oleh dokter bergantung pada indikasi yang ditemukan dan tidak sama pada semua anak.
Begitu pula dengan pemeriksaan penunjang, dilakukan jika diperlukan dan untuk menyingkirkan kekhawatiran adanya kelainan neurologis yang menyebabkan sakit kepala.
Contohnya, apabila dicurigai epilepsi, dokter akan melakukan elektroensefalografi (EEG).
Apabila dicurigai ada tumor otak atau cedera otak akibat trauma kepala akan dilakukan CT scan atau MRI kepala; dan lain-lain bergantung pada temuan klinis pada masing-masing anak. (Sumber: Tabloid Nakita)
L'Oreal Bersama Perdoski dan Universitas Indonesia Berikan Pendanaan Penelitian dan Inovasi 'Hair & Skin Research Grant 2024'
Source | : | Tabloid Nakita |
Penulis | : | David Togatorop |
Editor | : | David Togatorop |
KOMENTAR