Obat-obatan yang Sebaiknya Dihindari Selama Kehamilan, Salah Satunya Obat Jerawat

By Kirana Riyantika, Minggu, 28 Agustus 2022 | 15:27 WIB
Berikut beberapa jenis obat-obatan yang sebaiknya dihindari ibu hamil, salah satunya obat jerawat (Nakita.id/Naura)

Nakita.id - Adanya masalah kesehatan seperti saat sakit kepala, berjerawat, tubuh merasa mual, dan sebagainya kerap membuat ibu hamil tergoda untuk minum obat.

Diharapkan dengan minum obat bisa mengatasi ketidaknyamanan pada tubuh.

Namun, tahukah Moms, bahwa ibu hamil tidak boleh sembarangan minum obat.

Sebab, ada beberapa jenis obat yang sebaiknya dihindari karena bisa sebabkan masalah pada kehamilan.

Melansir Momjunction, berikut sederet obat-obatan yang harus dihindari selama kehamilan:

Obat jerawat

Sebagian obat jerawat mengandung turunan vitamin A seperti isotretinoin (Accutane).

Padahal, zat tersebut bisa menyebabkan masalah pada janin dalam kandungan seperti meningkatkan risiko cacat lahir, cacat jantung dan otak, serta kelainan fisik pada bayi.

FDA telah mengklasifikasikan obat ini dalam kategori X.

Ini artinya ada bukti positif tentang risiko janin.

Kandunga pada obat jerawat lainnya seperti Doryx bisa menyebabkan perubahan warna permanen pada gigi bayi.

Baca Juga: Penyebab Ibu Hamil Susah Tidur dan Cara Tepat untuk Mengatasinya Menurut Ahli, Yuk Simak!

American College of Obstetricians and Gynecologists menyarankan untuk tidak menggunakan obat tersebut karena potensi risikonya.

Obat antijamur

Obat antijamur seperti flukonazol (Diflucan) biasanya diresepkan untuk sariawan dan infeksi jamur vagina.

Menurut FDA, penggunaan flukonazol dengan dosis tinggi (400-800 mg/hari) selama kehamilan trimester pertama bisa berpotensi sebabkan wajah bayi tidak normal.

Risiko lainnya pada janin diantaranya sumbing mulut, tulang paha membungkuk, tulang rusuk tipis, dan penyakit jantung bawaan pada bayi.

Namun, risiko pada janin ini tidak ditemukan pada dosis tunggal flukonazol 150 mg.

Sebaiknya bagi ibu hamil atau yang berencana hamil mengalami masalah jamur konsultasi dulu ke dokter untuk mendapatkan obat yang tepat.

Antihistamin

Zat ini kerap digunakan sebagai obat untuk meredakan hidung tersumbat, gatal-gatal, ruam, dan gejala alergi lainnya.

Meskipun tidak ada penelitian yang membuktikan adanya efek teratogenik (efek pada janin) yang pasti, antihistamin tidak termasuk pada obat kategori kehamilan A (aman dikonsumsi selama kehamilan).

Oleh karenanya, perlu diskuksikan keamanan obat dengan dokter.

Baca Juga: 6 Pantangan Ibu Hamil Menurut Islam, Wajib Tahu Moms!

ACOG merekomendasikan chlorpheniramine dan tripelennamine sebagai pilihan obat yang aman selama kehamilan.

Selain itu juga, direkomendasikan cetirizine dan Ioratadine setelah trimester pertama.

Benzodiazepin

Biasanya obat ini digunakan untuk membantu mengobati kecemasan, serangan panik, insomnia, dan kejang.

ACOG mengungkapkan sebenarnya benzodiazepin tidak menimbulkan risiko teratogenik yang serius.

Namun, masih ada kemungkinan risiko seperti peningkatan 0,01 % pada risiko celah mulut dan sindrom baby floppy.

FDA telah mengkategorikan Benzodiazepin sebagai kategori kehamilan D yang artinya ada potensi risiko pada janin, tapi obat tersebut dapat digunakan jika potensi manfaatnya lebih besar daripada kemungkinan risikonya.

Kodein

Obat ini biasanya digunakan untuk meredakan nyeri dan batuk.

RCOG sebenarnya mengatakan bahwa opioid dapat dikonsumsi ibu hamil di semua tahap kehamilan.

Namun, sebaiknya dikonsumsi dalam dosis terendah dan waktu sesingkat mungkin.

Baca Juga: Cara Mengatasi Rambut Rontok pada Ibu Hamil, Modalnya Cuma Alpukat