Bisakah Anak Dibikin Cerdas Sejak Bayi? Ini 3 Hal Penting Tentang Otak Bayi yang Orangtua Harus Ketahui

By David Togatorop, Kamis, 1 September 2022 | 05:30 WIB
Ada cara untuk menstimulasi otak bayi agar cerdas. (Pixabay)

Nakita.id - Orangtua tentunya kepingin anaknya tumbuh cerdas kelak.

Dan untuk hal itu pastinya orangtua harus mengetahui hal penting tentang otak bayi yang harus diperhatikan.

Otak memang memegang peranan penting bagi kelangsungan hidup manusia.

Organ dengan berat 1.400 gram ini merupakan pusat pengendali berbagai aktivitas.

Otaklah yang mengatur fungsi motorik, baik motorik kasar maupun halus, fungsi kognitif atau kecerdasan, fungsi bicara dan berbahasa, serta fungsi sosialisasi.

Berikut hal penring tentang otak bayi.

1. Kapan otak bayi harus distimulasi

Stimulasi harus diberikan sejak di kandungan, bukan setelah si kecil dilahirkan. 

Pertumbuhan dan perkembangan otak merupakan peristiwa sangat kompleks yang dipengaruhi faktor genetik atau bawaan dan lingkungan.

Pertumbuhan ini berlangsung sejak janin dan pada masa setelah lahir.

Untuk memperoleh anak yang berkualitas di kemudian hari, orang tua, khususnya ibu, harus mempersiapkan diri sebaik-baiknya.

Persiapan itu mencakup sejak perencanaan kehamilan, saat hamil, bersalin, kemudian perawatan anak setelah dilahirkan.

Baca Juga: 3 Resep MPASI 10 Bulan Penambah Daya Otak Ini Sangat Cocok Buat Si Kecil, Mudah Banget Dibuatnya!

2. Masa terpenting pertumbuhan otak

Pada waktu lahir, pembentukan otak sebetulnya sudah sempurna.

Penambahan jumlah sel saraf telah selesai pada saat kelahiran dan tak bertambah lagi.

Saat lahir, berat otak telah mencapai 400 gram, sesuai dengan lingkar kepala, yakni 32 sampai 36 cm.

Yang kemudian terjadi setelah kelahiran hanyalah pematangan fungsi sel saraf.

Dan juga berkembangnya selubung saraf (mielin) yang disebut mielinisasi.

Ini berlangsung hingga anak usia 4-5 tahun.

Nah, stimulasi yang dilakukan setelah kelahiran, baik pada anak normal maupun yang terganggu sarafnya.

tujuannya adalah mengembangkan hubungan (network) antara satu saraf dengan saraf lain.

Seandainya terjadi gangguan pada sebagian sel saraf, upaya yang dilakukan, semisal pengobatan, bukan ditujukan untuk regenerasi.

Bukan pula membuat sel saraf jadi normal kembali.

Tapi lebih agar fungsinya bisa diambil alih sel-sel saraf di sekitarnya yang masih sempurna.

Baca Juga: Tasya Kamila Bagikan Cara Meningkatkan Perkembangan Otak Anak Supaya Cerdas

3. Cara memantau perkembangan otak

Tak pelak lagi, orang tua sebaiknya mengenali dan memantau pertumbuhan serta perkembangan bayi secara keseluruhan.

Ada banyak cara mengenali dan memantau perkembangan otak.

Salah satunya, yang paling dini melihat bagaimana anak bisa mengenali seseorang.

Artinya, sejak kapan anak melakukan kontak sosial. 

Biasanya, anak usia 1 hingga 2 bulan sudah bisa diajak berkomunikasi. Lewat tawa, misal. Jika ia tertawa senang saat diajak bercanda, berarti perkembangannya normal.

Kalau sampai usia 2 bulan bayi belum menunjukkan kontak sosial, kemungkinan ada sesuatu yang tak normal. 

Cara lain, perhatikan bagaimana interpretasi bayi saat melihat sebuah objek dan apakah ia berupaya mengambil objek tersebut.

Ini untuk melihat kemampuan visual yang digabungkan dengan kemampuan motorik halus. Biasanya ini terjadi saat bayi usia 4-5 bulan.

Berikutnya, saat anak berumur 1 tahun, bisa dilihat dari kemampuannya berbicara. Apakah ia sudah mampu bisa bicara atau belum. Yang sering terjadi bila anak mengalami gangguan, orang tua tak segera mengambil tindakan.

Misal, saat merasa ada sesuatu yang tak beres dengan anaknya, yang muncul justru perasaan menolak (reject), tak mau mengakui bahwa memang ada yang tak beres pada anaknya. Reaksi berikut adalah menganggap hal itu sebagai sesuatu yang wajar.

Padahal, jika muncul kecurigaan atau keluhan seberapa pun kecilnya, sebaiknya segera periksa ke dokter. Makin ditunda, kemungkinannya akan makin buruk dampaknya. (Sumber: Tabloid Nakita)