Mengenal Apa Itu Mandul dan Jenis Infertilitas Pada Pasangan

By David Togatorop, Kamis, 15 September 2022 | 08:50 WIB
Ketahui apa penyebab pasangan menjadi mandul. (Pixabay)

Nakita.id - Mempunyai keturunan menjadi salah satu impian dan doa pasangan yang baru menikah.

Namun, terkadang pasangan belum dikaruniai keturunan. Kalau begitu, jangan buru-buru mencap suami/istri ataupun diri sendiri mandul bila si buah hati tak kunjung datang.

Boleh jadi lantaran kita dan pasangan memang sulit punya anak.

Apa itu mandul? Yang disebut mandul adalah seseorang yang tidak dapat mempunyai keturunan.

Penyebabnya bermacam-macam. Bisa karena suami tidak memiliki testis atau lantaran istri tak punya rahim karena kelainan sejak lahir atau terpaksa diangkat karena suatu penyakit. Sedangkan sulit punya anak belum tentu benar-benar tidak bakal punya keturunan.

Bisa jadi lantaran ada masalah pada sperma suami, semisal jumlahnya kurang atau kualitasnya buruk, karena saluran telur istri tersumbat, atau suami mengalami disfungsi seksual seumpama impotensi atau ejakulasi terhambat, dan sebagainya.

Artinya, kesulitan tadi disebabkan oleh faktor-faktor yang sebenarnya bisa diusahakan untuk hamil.

Mengenal apa itu mandul dan jenis infertilitas

Dalam bahasa medis, suami-istri yang sulit memiliki keturunan disebut pasangan infertilitas.

Infertilitas berasal dari kata fertil, yang secara garis besar bisa diartikan kesuburan karena kualitas dan kecukupan jumlah sperma dan sel telur. Ada 3 jenis infertilitas, yaitu:

1. Infertilitas Primer

Suami-istri tidak pernah mengalami konsepsi (pertemuan antara sel telur dan sperma menjadi zigot) atau istri belum pernah hamil sejak menikah.

Meskipun mereka melakukan senggama atau hubungan seksual secara teratur selama paling sedikit 12 bulan tanpa proteksi atau alat pengaman/kontrasepsi.

Baca Juga: Sering Dilakukan Orang Indonesia, Memangku Laptop Ternyata Bisa Bikin Pria Mandul

2. Infertilitas Sekunder

Suami-istri sebelumnya pernah mengalami konsepsi atau istri pernah hamil, akan tetapi kemudian tidak terjadi kehamilan lagi meskipun mereka melakukan hubungan seksual tanpa proteksi selama 12 bulan.

3. Subfertilitas

Suami-istri mengalami kesukaran dalam mewujudkan konsepsi bersama-sama karena fertilitas keduanya berkurang (agak lemah kemampuan keduanya tapi masih dalam taraf ringan).

Bermacam masalah reproduksi

Perlu diketahui, pada dasarnya manusia itu memang susah punya anak.

Berbeda dengan hewan, beranaknya gampang dan sekali beranak, jumlahnya banyak, meskipun mereka tak dapat berumur panjang.

Sementara manusia yang sehat dan normal, resiko kehamilan setiap bulannya sangat rendah, hanya 20-25  persen. Jika ada 100 pasangan yang melakukan hubungan intim secara rutin, maka yang hamil kemungkinan hanya 20-25 orang.

Artinya, untuk bisa hamil manusia memerlukan waktu yang lama dan harus dilakukan secara berulang-ulang.

Jadi, bila dilakukan secara terus-menerus, maka setelah setahun, pasangan tersebut bisa hamil. Tapi prosentasenya mencapai 85 persen.

Dengan kata lain, dari 100 pasangan sehat dan normal, 85 orang sudah bisa hamil dalam waktu setahun.

Sisanya yang 15 persen ini, kemungkinan mengalami masalah dalam fungsi reproduksinya.

Nah, pasangan yang memiliki masalah ini harus diperiksa oleh dokter ahli kandungan.

Tentu saja, suami pun perlu memeriksakan fungsi reproduksinya.

Penelitian membuktikan, 40 persen masalah yang membuat sulit punya anak terdapat pada pria, 40 persen pada wanita, dan 30 persen pada keduanya.

Jadi, tak benar anggapan bahwa kaum wanita lebih bertanggung jawab terhadap kesulitan mendapatkan anak. (Sumber: Tabloid Nakita)

Baca Juga: Mitos vs Fakta Kehamilan, Jangan Lagi Percaya Jika Ada yang Bilang Hal Ini Bisa Akibatkan Moms Mandul