Tidak Hanya Kekerasan Fisik, Ini 5 Bentuk Kekerasan dalam Rumah Tangga, Kenali Tanda-Tanda Pasangan yang Abusive

By Syifa Amalia, Jumat, 30 September 2022 | 13:59 WIB
Cara mengenali pasangan yang abusive lewat bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga. (Nakita.id/Naura)

Nakita.id –  Berada di hubungan yang tidak sehat merupakan mimpi buruk bagi semua orang.

Bayang-bayang pasangan yang kasar seringkali menghantui hari-hari yang kelam.

Kekerasan dalam rumah tangga menjadi hal yang sulit untuk ditoleransi dalam sebuah hubungan.

Menurut Woman’s Aid, kekerasan rumah tangga adalah keadaan dimana satu orang menggunakan kekerasan untuk mengontrol kekuasan atas pasangannya dalam sebuah hubungan.

Dalam hal ini tidak hanya kekerasan fisik, tetapi juga termasuk kekerasan emosional, dan kekerasan seksual, maupun kekerasan finansial.

Pasangan yang kasar mungkin membuat seseorang merasa tidak percaya diri, atau bahwa masalah dalam hubungan adalah kesalahan diri sendiri.

Setiap orang dapat mengalami situasi seperti ini, untuk itu penting untuk mengenali apa saja tanda kekerasan yang biasa terjadi dalam hubungan.

1. Physical Abuse

Bentuk kekerasan dalam rumah tangga yang paling dikenali adalah kekerasan fisik.

Kekerasan fisik mungkin tampak seperti bentuk kekerasan yang jelas, tetapi sering kali dimulai dengan tindakan kecil dan kemudian meningkat seiring berjalannya waktu.

Hal ini menyebabkan cedera tubuh yang disengaja seperti menampar, menendang, meninju, tersedak, mencubit, mencekik, dan pengekangan fisik lainnya.

Baca Juga: Berkaca dari KDRT Rizky Billar pada Lesti Kejora Meski Pernikahan Tampak Harmonis, Kenali Tanda-tanda Pasangan Berpotensi Lakukan Kekerasan Selama Jalin Hubungan

2. Sexual Abuse

Perilaku seksual nonkonsensual oleh satu pasangan ke pasangan lainnya. Kontak yang tidak diinginkan dan tidak diinginkan.

Kekerasan seksual bukan tentang seks tetapi tentang kekuasaan, dan termasuk perilaku seksual apa pun yang dilakukan tanpa persetujuan pasangan.

Contohnya meliputi: memaksa pasangan untuk berhubungan seks dengan orang lain, melakukan aktivitas seksual ketika korban tidak sepenuhnya sadar atau takut untuk mengatakan tidak, hingga menyakiti pasangan secara fisik saat berhubungan seks.

3. Emotional Abuse

Seringkali tidak disadari namun ungkapan secara verbal pasangan yang menyebabkan rasa sakit emosional dan sakit mental merupakan bentuk kekerasan emosional.

Perilaku kekerasan emosional meliputi pelecehan, ejekan, pemaksaan, intimidasi, pemaksaan, perilaku membungkam dan mengendalikan, berteriak dan mengumpat dan upaya verbal lainnya untuk menyebabkan tekanan mental.

Jika seseorang merasa berada situasi tersebut, maka bisa dikatakan bahwa hubungan saat ini merupakan hubungan yang abusive.

4. Financial Abuse

Financial abusive merupakan bentuk kekerasan dalam di mana pelaku menggunakan uang sebagai alat untuk mengendalikan pasangannya.

Ini adalah taktik yang digunakan pelaku untuk mendapatkan kekuasaan dan dominasi atas pasangan mereka dan dirancang untuk mengisolasi seorang ke dalam keadaan ketergantungan finansial penuh.

Baca Juga: Berkaca dari Roro Fitria yang Mulai Bisa Rileks Usai Alami KDRT, Simak Cara Mengatasi Trauma Akibat Kekerasan Pasangan

Dengan mengontrol akses ke sumber keuangan, pelaku memastikan bahwa dia akan dipaksa untuk memilih antara tetap berada dalam hubungan yang kasar atau menghadapi kemiskinan yang ekstrem.

Contohnya termasuk menyebabkan pasangan kehilangan pekerjaan melalui cara langsung dan tidak langsung

Seperti menimbulkan cedera fisik atau cedera yang akan mencegah orang tersebut mendapat pekerjaan.

Itu termasuk mengontrol aset keuangan keluarga, tidak diperbolehkan memiliki penghasilan mandiri.

Harus mempertanggungjawabkan semua pembelian termasuk memberikan kwitansi dan memperhitungkan semua pengeluaran, hingga tidak diperbolehkan membeli barang-barang pribadi.

5. Digital Abuse

Bentuk kekerasan dengan cara penyalah gunaan teknologi juga termasuk ke dalam kekerasan dalam rumah tangga.

Dilansir dari Women Againts Abusive, digital abuse yaitu tindakan mengontrol dan menguntit pasangan.

Penyalahgunaan teknologi dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia, tetapi lebih sering terjadi pada remaja yang menggunakan teknologi dan media sosial dalam berinteraksi dengan cara yang sering tidak diawasi oleh orang dewasa.

Contohnya meliputi: meretas email dan akun pribadi pasangan, menggunakan alat pelacak di ponsel pasangan untuk memantau lokasi, panggilan telepon, dan pesan mereka

Memantau interaksi melalui media sosial, dan memaksa untuk mengetahui kata sandi pasangan.

Baca Juga: 3 Jenis Trauma yang Dapat Dialami Anak Ini Ternyata Berpengaruh pada Pola Asuh Anak