Stop Lakukan dari Sekarang! Kenali Apa Itu Child Shaming dan Dampaknya pada Tumbuh Kembang Anak

By Shannon Leonette, Selasa, 29 November 2022 | 17:29 WIB
Kenali apa itu child shaming sekaligus dampaknya terhadap tumbuh kembang anak menurut psikolog di sini. (Nakita.id/Shannon)

Nakita.id - Apakah Moms pernah mendengar istilah child shaming?

Mungkin sebagian besar Moms sudah pernah mendengar istilah child shaming itu sendiri.

Akan tetapi, untuk Moms yang belum tahu, simak selengkapnya informasi terkait child shaming termasuk dampaknya untuk tumbuh kembang anak.

Kali ini, Nakita mewawancarai dengan salah satu psikolog dari Rumah Bicara, yaitu Fajrin Trisnaramawati, S.Psi, M.Psi.

Mengenal Child Shaming

Menurut Fajrin, secara harafiah, child shaming berarti 'mempermalukan anak' dalam bahasa Inggris.

"Kalau kita artikan kembali, child shaming ini adalah kita (orangtua) menegur anak dengan maksud untuk 'mendisiplinkan' anak dengan cara mempermalukan anak di depan umum," kata Fajrin saat diwawancarai Nakita pada Jumat (25/11/2022).

"Hal ini dilakukan dengan sengaja ataupun tidak disengaja, baik secara verbal maupun verbal, dari orang terdekatnya," lanjut Fajrin mengatakan.

Orang terdekat yang dimaksud ini bisa orangtua, pengasuh, dan lain sebagainya.

Bahkan, biasanya pihak yang melakukan child shaming ini melakukan aksinya secara tidak sadar, Moms.

Fajrin mengatakan bahwa ada berbagai macam bentuk child shaming yang sering dilakukan orangtua.

Lantas, apa saja bentuk-bentuk child shaming itu sendiri?

Baca Juga: Moms, Yuk Hentikan Perbuatan Child Shaming dengan Mencari Tahu 6 Hal yang Tidak Boleh Disampaikan Langsung di Depan Anak

Bentuk-bentuk Child Shaming yang Sering Dilakukan

Fajrin Trisnaramawati, S.Psi, M.Psi, psikolog Rumah Bicara.

Menurut Fajrin, bentuk child shaming yang sering dilakukan orangtua itu adalah menceritakan keburukan anak di depan umum atau media sosial.

"Contohnya, anak lagi menangis langsung di-video-in," sebutnya.

Selain itu, lanjut Fajrin, memanggil anak di tempat umum dengan bahasa yang kurang menyenangkan.

Atau, langsung memberikan labelling terhadap apa yang telah dilakukan oleh anak.

"Misalnya, tadi (kasus) anak menangis. Kan dibilang cengeng tuh sama orangtunya, terus nanti manggil anaknya dengan sebutan, 'Eh cengeng, sini'," sebutnya lagi.

Jadi, selain melakukan child shaming, orangtua juga memberikan labelling kepada anak tersebut.

Fajrin menyampaikan, sebagai orangtua harus lebih sadar dan memahami apa yang sebenarnya kita ucapkan kepada anak.

Apakah ucapan tersebut positif atau negatif?

"Karena tadi, kita lihat di definisi awal, child shaming itu kan maksudnya untuk 'mendisiplinkan' bagi orangtua. Tapi, sebenarnya itu bukan cara yang efektif," terang Fajrin.

"Awalnya sih memang nurut sama orangtua, karena didasari oleh rasa takut. Tapi, ketika ketakutan itu terus dipupuk, hal ini akan berdampak di masa dewasanya," lanjutnya menerangkan.

Baca Juga: Begini Cara Menghindari Labelling Saat Si Kecil Lakukan Kesalahan Versi Kolaborasi Sonora Parenting dengan Nakita.id

Faktor Penyebab Orangtua Melakukan Child Shaming

Fajrin menyampaikan bahwa ada beberapa faktor.

Salah satunya adalah merasa overwhelm (tertekan), sehingga membuat perasaan orangtua terasa tertumpuk dan lama-lama membuat frustasi.

"Ketika kita (orangtua) sedang frustasi, ada perasaan untuk mengontrol anak," ucap Fajrin.

"Ketika hal ini tidak mampu dilakukan, ini akan memicu anger (kemarahan) sehingga child shaming ini dianggap sebagai anger release (pelepas kemarahan) bagi mereka," lanjutnya.

Fajrin menegaskan bahwa mengurus anak bukanlah hal yang mudah.

Bahkan, selain mengurus anak, ada pekerjaan-pekerjaan lain yang mungkin harus diselesaikan sesegera mungkin.

"Ketika hal ini dilakukan secara mandiri, ini akan mudah banget dan rentan melakukan child shaming itu," ucapnya.

Maka dari itu, lanjut Fajrin, orangtua bisa meminta support system dari orang terdekat seperti suami.

Moms bisa mendiskusikan beberapa hal terkait mengasuh anak dengan suami, agar tidak memicu tindakan child shaming itu sendiri.

Dampak Child Shaming pada Tumbuh Kembang Anak

Menurut Fajrin, ada beberapa dampak yang bisa ditimbulkan.

Pertama, anak akan menjadi sangat ketakutan.

Baca Juga: Ternyata Pujian Bisa Berujung Labelling Pada Anak, Begini Cara Tepat Memuji Anak Versi Kolaborasi Sonora Parenting dan Nakita.id

Kedua, akan menimbulkan rasa ragu terhadap apa yang akan anak lakukan.

"Selanjutnya adalah, anak akan merasa tidak dicintai, tidak diinginkan. Dan, apa yang dia lakukan akan dianggap salah dan tidak baik," sebut Fajrin.

"Hal itu semua akan dia resapi dan internalisasi menjadi bagian dari dirinya," lanjut Fajrin menyampaikan.

Setelah mengetahui beberapa dampak yang bisa ditimbulkan, Moms perlu segera mengurangi kebiasaan child shaming itu sendiri.

Sebagai gantinya, Moms perlu tahu beberapa tips menegur anak yang benar menurut Fajrin berikut ini.

Tips Menegur Anak yang Benar

1. Pahami Perasaan Diri Sendiri

Tips yang pertama adalah memastikan untuk memahami perasaan diri sendiri terlebih dahulu.

"Ketika anak melakukan sesuatu, sebenarnya apa yang kita rasakan. Perasaan apa yang muncul," kata Fajrin.

"Ketika kita sudah memahami apa yang kita rasakan, umumnya ketika kita ingin menegur kan langsung muncul emosi gitu, seperti marah, kecewa, malu, takut, dan sebagainya," lanjutnya mengatakan.

Ketika sudah memahami perasaan tersebut, Fajrin sangat menyarankan untuk meregulasi emosi terlebih dahulu sebelum menegur anak.

2. Lakukan Komunikasi Empat Mata

Berikutnya, ketika akan menegur anak, lakukanlah secara empat mata, berdua saja dengan anak.

Sampaikan dengan jujur perasaan Moms sebenarnya, kemudian apa yang sebaiknya anak lakukan kedepannya.

Baca Juga: Pahami Cara Menghindari Labelling Pada Anak Demi Tak Asal Menegur dan Memuji Si Kecil

"Ketika kita sudah meregulasi emosi, kemudian kita bisa berkomunikasi empat mata ini, harapannya anak bisa lebih memahami apa yang kita sampaikan," terang Fajrin.

"Kalau misalkan anak melakukan sesuatu yang kurang baik di mata kita, terus kita marah, membentak, ketika hal itu terjadi, sebenarnya yang diproses oleh anak itu adalah bagaimana cara mempertahankan diri. Atau, bagaimana cara agar aman," lanjutnya menerangkan.

Itulah mengapa, lanjut Fajrin, setiap kali marah pada anak, maka anak cenderung akan mengulangi hal yang sama.

"Karena yang dia (anak) proses adalah, bagaimana caranya agar terlindungi," terangnya lagi.

3. Terapkan Komunikasi Asertif

Tips menegur anak yang terakhir adalah Moms bisa menerapkan komunikasi asertif.

Maksudnya adalah, Moms menyampaikan perasaannya secara komplit kepada anak.

Tidak perlu menyampaikannya secara emosional ataupun berapi-api.

Baru setelahnya, Moms menyampaikan harapan apa kedepannya untuk anak agar tidak terulang lagi.

Selagi Moms berbicara empat mata dengan anak, Moms juga pastikan memberi contoh yang konkrit dan mudah dipahami anak.

Nah, itulah 3 tips menegur anak yang benar ya, Moms.

Semoga informasi terkait child shaming dan dampaknya pada anak benar-benar bermanfaat, ya.

Baca Juga: Ternyata Labelling Positif Pada Anak Juga Tidak Disarankan, Ketahui Dampak Buruk dan Cara Memuji Anak yang Tepat