Revolusi Pola Makan dan Perubahan Mindset Jadi Harapan BKKBN untuk Menurunkan Angka Stunting di Indonesia

By Ruby Rachmadina, Selasa, 24 Januari 2023 | 10:03 WIB
Revolusi pola makan dan perubahan mindset di Tahun 2023 jadi harapan BKKBN untuk Mengatasi stunting di Indonesia. (Nakita.id)

Nakita.id –  Stunting jadi masalah gizi yang menjadi perhatian utama di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Saat ditemui oleh tim Nakita, pada Sabtu (7/1/2023), dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) selaku Kepala BKKBN mengungkapan harapannya akan masyarakat Indonesia guna menunjang angka penurunan stunting.

Harso berharap di tahun 2023  masyarakat sadar akan pentingnya revolusi pola makan.

"Saya berharap betul di tahun 2023 itu adanya revolusi pola makan," ucap Hasto.

Hasto menyadari penyebab terjadinya stunting yang belum sepenuhnya bisa dikendalikan ini adalah pola makan dan mindset.

Cara berpikir yang keliru sehingga bisa menyebabkan kesalahan yang memicu terjadinya stunting.

"Setelah saya cermati, stunting ini salah satu penyebabnya adalah mindset. Cara berpikir dan pada akhirnya salah," ujarnya.

Seperti contoh, sebelum menikah banyak calon pengantin yang malah mementingkan untuk melakukan prewedding dan keperluan pernikahan hingga memaksakan diri.

Padahal yang terpenting adalah calon pengantin perlu melakukan pemeriksaan kondisi kesehatan sebelum melangsungkan pernikahan.

Para catin harus mempersiapkan diri untuk mengetahui mengenai kesehatan reproduksi, kesehatan keluarga, cara hidup berkeluarga, serta ekonomi keluarga.

Tak hanya itu, pendidikan dan kesehatan juga jadi faktor yang harus diperhatikan.

Baca Juga: Program BKKBN Inovasi Telponi Dapat Menekan Angka Kenaikan Stunting, Ini Mekanisme dan Upaya yang Dijalankan

Untuk menurunakan angka stunting, calon pengantin wajib melakukan pemeriksaan kesehatan.

Pemeriksaan kesehatan ini dilakukan tiga bulan sebelum menikah.

Melalui konseling, diharapkan para calon pengantin ini dalam keadaan sehat.

dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG (K) selaku Kepala BKKBN.

Pemeriksaan kesehatan sebelum menikah juga penting bagi catin perempuan.

Ini untuk mendeteksi apakah catin perempuan termasuk golongan anemia atau tidak.

Anemia pada perempuan berpotensi bayi yang akan dilahirkan dalam kondisi tidak normal.

Revolusi pola makan juga perlu diperhatikan guna memutus terjadinya stunting di masa yang akan datang.

Salah satu upaya pencegahan stunting bisa dari cara mengatur pola makan yang baik.

Apalagi jika Moms tengah mempersiapkan kehamilan.

Revolusi pola makan dilakukan agar menghasilkan keturunan yang berkualitas dan berdaya saing tinggi.

Hadirnya anak-anak inilah yang menentukan nasib bangsa Indonesia. 

Baca Juga: BKKBN Tekankan Calon Pengantin Wajib Periksakan Kondisi Kesehatan, Guna Cegah Melahirkan Bayi Stunting

Para catin juga bertanggung jawab untuk melahirkan sumber daya manusia yang ideal di masa depan.

Sudah seharunya masyarakat mengetahui tentang gizi yang baik dalam mengonsumsi makanan.

Terlebih di masa-masa kehamilan hingga menyusui.

Pasalnya, makanan jadi faktor penting terhadap kondisi kesuburan seseorang.

Contoh dengan mengonsumsi makanana yang sehat dan penuh gizi.

Namun lagi-lagi, karena mindset yang keliru banyak orang yang salah dalam pemenuhan gizi sehari-hari.

Hasto mencontohkan gara-gara mindset orang bisa saja lebih senang makan mie.

Serta menganggap makanan seperti sayur dan buah terasa membosankan.

Bisa juga dibandingkan makan-makanan lokal yang sehat, sebagian orang memilih makanan import.

Banyaknya anggapan makanan import lebih sehat dan berkualitas membuat pemenuhan gizi tidak berjalan seimbang.

"Dibandingkan makan telur atau ikan, lebih tergila-gila makanan import, padahal salah," tegas Hasto.

Baca Juga: Hari Gizi Nasional 2023, Cegah Stunting Sejak Dini dengan Perbanyak Konsumsi Protein Hewani

Padahal, untuk mencukupi kebutuhan nutrisi dan gizi yang baik ini bisa didapatkan dari makanan sehari-hari.

Ada banyak jenis makanan murah tetapi tetap memiliki kandungan gizi yang melimpah.

Untuk mencukupi kebutuhan gizi Moms bisa makan-makananan sehat seperti ikan kembung, tempe, sayur-sayuran hijau, serta buah.

Menurut Hasto Indonesia memiliki 2 tantangan yang besar dalam upaya menurunkan angka stunting.

Tantangan pertama ada pada perspektif yang belum sama.

Serta tantangan kedua adalah cara kita merubah mindset.

"Kita punya 2 tantangan besar. Tantangan yang pertama adalah kita harus mendobrak barier perspektif yang belum sama. Kemudian, tantangan yang kedua bagaimana merubah mindset," terang Hasto.

Memeriksa status gizi dan perubahan mindset yang tepat bisa melahirkan generasi bebas stunting.

Dengan pengetahuan yang memadai ini akan memberikan dampak yang positif.

Persiapan sejak awal di masa catin membantu pemerintah juga dalam mewujudkan penurunan angka stunting.

Pemerintah tidak bisa berjalan sendirian, ini perlu ada campur tangan dari berbagai elemen masyarakat.

Baca Juga: BKKBN Ditunjuk Sebagai Ketua Pelaksana Penurunan Stunting, Dibantu Sejumlah Kementerian untuk Membangun Generasi yang Lebih Berdaya Saing di Masa Depan