Kaidah Kebahasaan Teks Cerita Sejarah, Materi Bahasa Indonesia Kelas XII Kurikulum Merdeka

By Amallia Putri, Rabu, 29 Maret 2023 | 16:12 WIB
Kaidah kebahasaan yang ada di dalam teks sejarah (Freepik.com)

Nakita.id - Sudahkah kalian ketahui kaidah kebahasaan yang ada di dalam teks sejarah?

Seberapa sering kalian membaca teks sejarah?

Biasanya, teks sejarah banyak ditemukan di dalam buku pelajaran, majalah, atau novel yang memiliki tema sejarah.

Teks sejarah adalah teks yang menjelaskan fakta kejadian di masa lampau.

Bisa dalam bentuk asal usul atau kronologi sebuah kejadian.

Kira-kira, bagaimana kaidah kebahasaan yang ada dalam teks sejarah? Ini jawabannya.

Kaidah Kebahasaan Teks Sejarah

1. Kata ganti orang ketiga

Kaidah kebahasaan yang pertama dari teks sejarah, yaitu kata ganti orang ketiga.

Sebuah teks sejarah tidak bisa ditulis oleh seseorang sebagai sudut pandang orang pertama.

Hal ini dikarenakan teks sejarah merupakan teks yang menceritakan tentang asal usul atau latar belakang kemunculan suatu benda atau peristiwa sejarah.

Oleh karena itu, teks sejarah akan banyak memakai kata ganti dari sudut pandang orang ketiga.

2. Keterangan waktu (masa lampau)

Kaidah kebahasaan yang kedua dari teks sejarah adalah keterangan waktu, terutama keterangan waktu untuk masa lampau. 

Baca Juga: Mommy ASF Penulis Novel 'Layangan Putus' Ceritakan Cara Mengembalikan Semangat dari Keterpurukan Usai Bercerai karena Perselingkuhan

Sebuah teks sejarah akan banyak menggunakan kata keterangan waktu, misalnya saja terkait waktu atau kapan suatu peristiwa terjadi.

Beberapa contoh kata yang biasa dipakai untuk menunjukan keterangan waktu pada teks sejarah yaitu seperti, pada zaman, pada waktu, pada tahun, dan lain sebagainya.

3. Keterangan tempat

Kaidah kebahasaan yang ketiga dari teks sejarah adalah keterangan tepat.

Hampir sama seperti keterangan waktu, hanya saja keterangan tempat digunakan untuk menunjukkan lokasi atau tempat terkait suatu benda atau peristiwa yang memiliki nilai sejarah tertentu.

Contoh kata yang bisa dipakai dalam teks sejarah sebagai keterangan tempat, yaitu seperti di, ke, dari, dan lain sebagainya.

4. Konjungsi temporal (waktu)

Kaidah kebahasaan yang keempat dari teks sejarah yaitu konjungsi temporal.

Seperti yang sudah disinggung dalam bagian ciri-ciri teks sejarah, konjungsi temporal menjadi unsur bahasa yang bisa jadi paling banyak digunakan dalam teks ini.

Konjungsi temporal sendiri dapat dipahami sebagai sebuah kata yang dapat dipakai untuk menghubungkan suatu hal yang memiliki keterkaitan dengan waktu.

Ada dua jenis konjungsi temporal, yang pertama adalah intrakalimat dan kedua adalah antarkalimat.

Konjungsi temporal intrakalimat bisa digunakan untuk menghubungkan beberapa kata pada kalimat. 

Sementara, konjungsi antarkalimat biasanya digunakan untuk menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain.

Baca Juga: Penjelasan Lengkap Menganalisis Unsur Kebahasaan Novel, Bahasa Indonesia SMA Kelas 12 Kurikulum Merdeka

5. Konjungsi kausalitas (sebab-akibat)

Kaidah kebahasaan yang kelima dari teks sejarah yaitu konjungsi kausalitas.

Berbeda dengan konjungsi temporal yang berhubungan dengan waktu, konjungsi kausalitas dapat digunakan untuk menghubungkan sesuatu hal untuk menyatakan sebab akibat dari suatu peristiwa bersejarah.

Sama seperti konjungsi temporal, konjungsi kausalitas juga bisa digunakan untuk menjadi penghubung dua hal yang memiliki keterkaitan antara sebab dan akibat. 

6. Nomina

Kaidah kebahasaan yang keenam dari teks sejarah adalah nomina.

Penggunaan nomina sendiri akan banyak digunakan dalam teks sejarah untuk menyebutkan nama terkait suatu benda atau peristiwa tertentu.

Beberapa contoh penggunaan nomina, misalnya seperti nama orang, hewan, benda, atau bisa juga pada gagasan atau ide.

7. Verba

Kaidah kebahasaan yang ketujuh dari teks sejarah adalah verba.

Verba sendiri banyak ditemukan dalam teks sejarah.

Hal ini dikarenakan unsur kebahasaan verba bisa digunakan untuk menunjukan suatu tindakan bernilai sejarah yang pernah terjadi.

Salah satu tanda dari verba sendiri, yaitu pengimbuhan kata seperti me-, di-, ber-, ter-, me-kan, ber-kan, di-kan, dan lain seterusnya.

Contoh penggunaan verba yaitu seperti melihat, melukis, diserahkan, dan lain sebagainya.

Baca Juga: Maknai Kehidupan Baru Pascapandemi Lewat Buku dan Pameran Life as We Know It