Ini Faktor Penyebab Hak Pendidikan di Indonesia Belum Tersebar Merata, Perwakilan Kemendikbudristek Beri Penjelasan

By Shannon Leonette, Senin, 22 Mei 2023 | 15:32 WIB
Perwakilan dari Kemendikbudristek ini telah menyampaikan apa faktor penyebab hak pendidikan di Indonesia belum tersebar secara merata. Simak artikel berikut ini ya, Moms dan Dads. (Nakita.id)

Nakita.id - Semua orangtua tentu sepakat bahwa pendidikan adalah salah hal terpenting bahkan wajib didapat untuk semua kalangan.

Khususnya sejak usia dini, sebab pendidikan menjadi salah satu faktor penting untuk kemajuan seorang anak di masa depan.

Bagaikan sebuah fondasi, pendidikan harus ditanamkan betul-betul pada anak dengan cara memahami sekaligus mendampingi dunia mereka.

Namun sayangnya, ternyata tidak semua anak memiliki hak mendapat pendidikan ini.

Ditambah, pendidikan di Indonesia dinilai masih belum merata sama sekali.

Lantas, apa saja faktor penyebabnya? Berikut penjelasan lengkap menurut Drs. Zulfikri Anas, M.Ed selaku Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Faktor Penyebab Hak Pendidikan di Indonesia Belum Merata

Zulfikri menyampaikan, bahwa salah satu penyebabnya bisa jadi terletak pada penetapan cara atau materi atau strategi pembelajaran.

"Pertama, kita menetapkan cara atau materi, atau strategi pembelajaran yang sama, yang seragam dari Sabang sampai Merauke. Tanpa melihat kondisi daerah masing-masing," kata Zulfikri saat diwawancarai eksklusif oleh Nakita, Senin (22/5/2023).

"Selama ini kan yang terjadi di dunia pendidikan itu, guru tidak merasa bersalah kalau seandainya dia tidak memberikan materi yang sama dengan cara yang sama, assesmen yang sama, metode yang sama, hingga sumber belajar yang sama untuk di seluruh wilayah," lanjutnya mengatakan.

Dirinya masih melanjutkan, cara seperti ini mungkin cocok untuk daerah tertentu saja di Indonesia.

Sementara, untuk daerah lainnya itu belum tentu bisa.

Baca Juga: Rutin Adakan Kegiatan Setiap Tahunnya, Ternyata Ini Alasan dari Sampoerna Academy

Oleh karena itu, dari segi kurikulum, Kemendikbudristek melakukan pengembangan kurikulum.

Kurikulum yang sekarang ini menganut prinsip fleksibel, relevan, kemudian berkeadilan.

Drs. Zulfikri Anas, M.Ed selaku Plt. Kepala Pusat Kurikulum dan Pembelajaran, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).

"Relevan dengan kebutuhan anaknya, fleksibel dengan karakteristik daerah, karakteristik anak," terang Zulfikri.

"Berkeadilan maksudnya di sini adalah, lakukanlah proses pembelajaran itu sesuai dengan kondisi yang ada, karena itu akan membantu anak untuk mencapai kompetensi," lanjut Zulfikri menerangkan.

Dengan fleksibilitas ini, beliau menyampaikan, kurikulum akan menyesuaikan kembali dengan kondisi daerah tersebut.

Sehingga, akan mempercepat anak untuk mencapai kompetensi sebenarnya atau tujuan yang ingin dicapai dalam pendidikan.

"Jadi, dengan cara menyesuaikan dengan kondisi daerah, kebutuhan anak, dan sebagainya yang fleksibel," ucap Zulfikri dengan tegas.

"Mungkin kita menetapkan misalnya standar mutu. Tapi untuk mencapai itu, harus disesuaikan dengan kondisi yang ada, sehingga bisa mengatur strategi sesuai dengan kondisi yang ada itu. Itulah cara kita untuk mencapai mutu pendidikan yang sama," lanjutnya.

Kemudian dalam prinsip berkeadilan, anak tidak boleh dipaksa untuk mendapatkan pendidikan dengan hanya satu cara tertentu saja.

"Itu mungkin cocok untuk daerah yang sudah lengkap (sarana dan prasarananya). Tapi, bagi daerah yang kondisinya mungkin remote, dengan sarana yang terbatas, sosial ekonomi yang berbeda, kalau dipaksa dengan cara yang sama, yang kuat semakin kuat, yang tertinggal semakin tertinggal. Atau, yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin," ungkap Zulfikri.

Baca Juga: Apa Saja Kegiatan Study Tour yang Diadakan di Sampoerna Academy? Kulik di Sini!

"Tapi, kalau disesuaikan dengan konteks anak-anak itu, kesempatan mereka untuk bertumbuh dan berkembang itu akan sama sebetulnya," lanjut Zulfikri mengungkapkan.

Sementara itu, menurut  Erika Kamaria Yamin, M.Psi, Psikolog, CHt®, ada faktor penyebab utama yang menyebabkan anak tidak dapat pendidikan secara memadai.

"Kalau pendapat saya adalah, bisa jadi kurangnya kepedulian dari orang dewasa yang berada di sekitar anak-anak mengenai pentingnya pendidikan," ungkap Erika saat diwawancarai Nakita pada Selasa (16/5/2023).

"Jadinya, (orang dewasa) kurang membekali si anak-anak ini dengan pendidikan yang memadai," lanjutnya menyampaikan.

Dampak yang Bisa Dirasakan Anak Jika Tidak Mendapat Pendidikan yang Memadai

Psikolog pendidikan dan hypnotherapist ini memaparkan beberapa dampak yang bisa anak rasakan.

Mulai dari segi fisik, emosional, hingga finansialnya.

A. Dampak dari Segi Fisik

Menurut Erika, dampak anak yang tidak mendapat pendidikan secara fisik itu justru dapat dilihat dengan jelas.

"Anak jadi tidak punya pola hidup yang baik, yang sehat, dan tentu saja akan berpengaruh ke fisiknya dia. Misalnya stunting," sebutnya.

"Atau bahkan, ke kebiasaan hidup bersih dan sehat yang akhirnya berdampak pada jangka panjang mereka. Mungkin akan ada penyakit-penyakit yang menyerang anak," lanjutnya menambahkan.

B. Dampak dari Segi Emosional

Selain dari sisi fisik, anak yang kurang mendapatkan pendidikan yang memadai juga dapat berdampak di segi emosionalnya.

"Kalau dari sisi emosionalnya, bisa jadi anak kesulitan bagaimana hidup berdampingan di masyarakat, harus bersikap seperti apa di masyarakat," ucap Erika.

Baca Juga: Kerap Disepelekan, Ini Pentingnya Kegiatan Ekstrakurikuler di Sekolah untuk Anak

Selain itu, Erika juga menyampaikan dampak lainnya juga kemungkinan besar memunculkan masalah-masalah emosional akibat masalah perilaku dalam masyarakat.

Diantaranya seperti kecemasan dan depresi pada anak secara tak disadari.

Erika Kamaria Yamin, M.Psi, Psikolog, CHt®️ adalah seorang psikolog pendidikan sekaligus hypnotherapist.

"Karena, anak-anak ini bingung dan tidak ada arahan mesti berbuat seperti apa (di masyarakat)," jelasnya.

Kemudian dalam beberapa kasus, ada juga anak yang kemungkinan besar bisa terjerumus ke narkoba dan tindakan destruktif lainnya.

C. Dampak dari Segi Finansial

Terakhir, dari segi finansial, Erika menyampaikan beberapa dampak yang bisa terjadi pada anak.

"Karena tidak diberikannya arahan atau bimbingan, jadi bingung bagaimana cara membentuk kebiasaan yang sehat. Terutama, kebiasaan finansial yang sehat," jelasnya.

Berdasarkan penjelasan Erika, seiring usia, anak akan mengalami kebingungan cara mengatur keuangan dengan baik.

"Bisa jadi nantinya anak-anak ini akan kebingungan ketika dewasa, bagaimana cara mengatur keuangan yang sehat itu," ungkapnya.

"Dan akhirnya, (anak) akan mengalami kesulitan juga di area finansial," lanjutnya.

Maka dari itu, jangan sampai Moms dan Dads melarang mewujudkan hak mendapatkan pendidikan bagi Si Kecil sejak dini, ya.

Baca Juga: Begini Cara Sampoerna Academy Menciptakan Pembelajaran yang Efektif dan Menyenangkan Bagi Anak