Langkah Menampilkan Lawakan Tunggal Secara Santun, Bahasa Indonesia SMA Kelas X Kurikulum Merdeka

By Kirana Riyantika, Senin, 3 Juli 2023 | 13:00 WIB
Cara menampilkan naskah lawakan tunggal (Freepik/KamranAydinov)

Nakita.id - Di materi Bahasa Indonesia SMA kelas X kurikulum merdeka, ada pembahasan mengenai lawakan tunggal atau lebih populer disebut stand up comedy.

Untuk menuliskan dan menampilkan stand up comedy, peserta didik harus mengetahui struktur dari naskahnya.

Kali ini, akan dibahas mengenai struktur naskah lawakan tunggal beserta cara menampilkannya yang santun.

Dalam menuliskan naskah lawakan tunggal peserta didik harus menentukan premis yang jelas.

Premis merupakan pokok bahasan yang menjadi dasar naskah stand up comedy.

Penetapan premis ini bertujuan untuk membuat naskah tetap fokus di jalurnya.

Berikut struktur naskah lawakan tunggal melansir buku Cerdas Cergas Berbahasa dan Bersastra Indonesia.

Struktur Naskah Lawakan Tunggal

1. Set up

Set up merupakan bagian tidak lucu yang berperan sebagai pengantar lelucon yang disampaikan.

Bagian ini biasanya berisi informasi.

Tujuan dari set up adalah untuk menggiring opini penonton.

Sehingga membuat penonton menjadi penasaran.

 Baca Juga: Rekomendasi Dongeng Bahasa Indonesia di Aplikasi Pickatale, Jalan di Atas Duri Bisa Jadi Pilihan yang Seru untuk Dibacakan untuk Si Kecil!

Contoh:

"Anak saya itu memang jarang liburan."

2. Punch

Punch atau punchline merupakan bagian yang mengandung unsur humor dan seharusnya mengundang tawa penonton.

Pada bagian ini, komika menyajikan kejutan atau reaksi terhadap set up yang diberikan.

Punch disebut juga sebagai pembelok pikiran penonton karena berisi sesuatu yang di luar kewajaran atas set up yang diberikan.

Pada teks anekdot, punch berfungsi sama dengan reaksi.

Contoh:

"Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore dia anteng nyusun lego, pakai batu bata. Kalau orang lain nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak saya jadi pos ronda."

3. Bit

Sepasang kesatuan set up dan punch yang membahas satu subtema disebut dengan bit.

Sebuah naskah terdiri dari beberapa bit yang saling berkaitan.

Bit merupakan bagian kecil dari naskah lawakan tunggal.

 Baca Juga: Bahas Contoh Soal Ulangan Semester 2, Bahasa Indonesia SMA Kelas X Kurikulum Merdeka

Contoh:

"Anak saya itu memang jarang liburan. Saya bawa ke tempat kerja saja, menurut dia itu tamasya. Dari pagi sampai sore dia anteng nyusun lego, pakai batu bata. Kalau orang lain nyusun lego, anak-anak, ya jadi robot, anak saya jadi pos ronda."

4. Rule of three

Rule of three merupakan sebuah cara untuk mengundang tawa penonton.

Rule of three digunakan melalui penyampaian tiga hal atau contoh sesuatu.

Akan tetapi, contoh yang ketiga berupa hal lucu atau punch.

Contoh ketiga berisi hal yang tidak terduga, tetapi tetap masih berkaitan dengan contoh sebelumnya.

Contoh:

"Dia bilang gini, 'Bapak curang. Tidur di hotel, makan nasi kotak, tiap hari naik lift.'."

Setelah menuliskan naskah lawakan tunggal, peserta didik bisa mempersiapkan diri untuk menampilkannya.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menampilkan naskah lawakan tunggal.

Sebelum ditampilkan, mintalah pendapat orang lain terhadap naskah yang sudah kalian tulis.

Gunakan pertanyaan berikut untuk memeriksa apakah naskah tersebut sudah tepat atau tidak.

 Baca Juga: Kumpulan Contoh Soal Ulangan Semester 2 Materi Negosiasi, Bahasa Indonesia SMA/SMK Kelas X Kurikulum Merdeka

1. Apakah tema yang diangkat faktual dan tidak menyinggung SARA?

2. Apakah isi naskah sudah sesuai dengan tema?

3. Apakah terdapat kritik yang disampaikan dalam naskah?

4. Apakah kritik disampaikan secara santun dan tidak menyinggung suku, agama, ras, dan antargolongan atau menampilkan kekerasan, sadis, pornoaksi, bias gender, dan ujaran kebencian?

5. Apakah terdapat unsur humor dalam naskah?

6. Apakah humor disampaikan secara menarik dan santun. Apakah humor yang disampaikan tidak menyinggung suku, agama, ras, dan antar golongan atau menampilkan kekerasan, sadis, pornoaksi, bias gender, dan ujaran kebencian.

Dalam menampilkan lawakan tunggal, peserta didik wajib menguasai naskah. Sehingga tidak tampak membaca saat menampilkannya.

Penting untuk memperhatikan kesantunan dalam berbahasa.

Meskipun anekdot atau lawa kan tunggal mengandung unsur kritik, kritik yang disampaikan harus santun tanpa menggunakan kata-kata kasar.

Penggunaan kata “maaf” atau “permisi” tidak dilarang dalam menyampaikan lawakan tunggal, terlebih saat akan mengkritik orang yang ada di depan kita. Selain itu, kritik yang disampaikan harus berdasarkan fakta yang valid agar dapat lebih diterima oleh pihak yang dikritik atau audiensi.

Kesantunan dalam berpakaian dan bersikap pun harus diperhatikansaat kalian ingin menampilkan lawakan tunggal.

Baca Juga: Langkah Membuat Komik Potongan dari Teks Anekdot, Bahasa Indonesia SMA Kelas X Kurikulum Merdeka