3 Tips Memilih Alat Kontrasepsi bagi Calon Pengantin Menurut BKKBN

By Shannon Leonette, Senin, 3 Juli 2023 | 15:15 WIB
Moms dan Dads bisa simak penjelasan dari Kepala BKKBN terkait tips memilih alat kontrasepsi untuk para calon pengantin di sini. (Nakita.id)

Nakita.id - Kamis kemarin (29/6/2023) diperingati sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas).

Bersamaan dengan Harganas kemarin, momen gerakan Keluarga Berencana (KB) Nasional juga dijalankan.

Melalui program KB, pemerintah ingin menyadarkan kembali masyarakat akan pentingnya membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera.

Salah satu wujud dari program KB ini adalah penggunaan alat kontrasepsi, yang sudah bisa digunakan pasangan berusia subur dan sudah menikah.

Sayangnya, masih banyak pasangan yang belum tahu bagaimana cara memilih alat kontrasepsi. Termasuk, calon pengantin atau catin.

Maka dari itu, Moms dan Dads perlu simak penjelasan lebih lengkapnya dalam artikel berikut ini.

Tips Memilih Alat Kontrasepsi bagi Calon Pengantin

Menurut Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) selaku Kepala BKKBN, ada tiga tips yang wajib diikuti oleh catin ketika memilih alat kontrasepsi yang tepat.

1. Menjaga Kesehatan Reproduksi

dr. Hasto dengan tegas menyampaikan bahwa pendidikan terkait kesehatan reproduksi itu penting.

Sehingga, penting sekali bagi para catin untuk mendapatkan pelajaran terkait kesehatan reproduksi.

"Kuncinya di situ! Saya berharapnya kedepan bisa masuk dalam kurikulum yang seperti ekstrakurikuler wajib, seperti pramuka," ungkap dr. Hasto saat diwawancarai eksklusif oleh Nakita, Jumat (23/6/2023).

"Sebenarnya kesehatan reproduksi termasuk persiapan untuk hidup dalam keluarga. Itu bisa menjadi pendidikan masalah seksualitas yang bisa diberikan," lanjutnya.

Baca Juga: Ketahui Tujuan dan Makna Hari Keluarga Nasional pada Tanggal 29 Juni

Kepala BKKBN ini juga berpesan untuk tidak menganggap pendidikan seksualitas sebagai pendidikan mengenai cara berhubungan seksual.

Dr. (H.C.) dr. Hasto Wardoyo, Sp.OG(K) selaku Kepala BKKBN

"Itu salah besar! Jadi, pendidikan seksual atau sexual education adalah just male-female. Bagaimana wanita untuk sebaiknya sehat secara reproduksi, bagaimana (menjaga) kesehatan reproduksi dari sisi pria. Itu saja sebetulnya," terangnya.

Namun sayangnya, pendidikan seksual sampai saat ini kerap disalahartikan.

Sehingga, dr. Hasto mendorong seluruh pihak termasuk BKKBN untuk terus berkampanye kearah pentingnya kesehatan reproduksi.

2. Mengubah Pola Pikir yang Seharusnya

Selama menjalani program KB, sebelum menikah, para calon pengantin juga didorong untuk mempelajari tentang prakonsepsi tiga bulan sebelum menikah daripada melakukan pre-wedding.

"Ini menjadi regulasi, dan ini sudah kita MOU-kan dengan Kementerian Agama," sebut dr. Hasto.

"Ini cara kita supaya dia tahu dulu lah tentang dirinya. Ya, ketika dia disuruh periksa HB, dilaporkan, terus ada yang kurang ini itu," ungkapnya.

Hal inilah yang dinamakan sebagai learning by doing, dimana ketika sudah terlanjur mau menikah dan harus memberikan pelajaran tentang kontrasepsi.

"Nah contoh tadi, 'Oh, ini umurnya baru 17 tahun tapi terpaksa nikah dan diberi pelajaran'. Nah, ini harus pakai kontrasepsi," ujar dr. Hasto.

Untuk kontrasepsinya bisa dengan kondom atau pil KB, Moms dan Dads.

Baca Juga: Ketahui 3 Fungsi Alat Kontrasepsi untuk Kesehatan Keluarga di Sini

"Nah disitulah, pada saat dia hamil, tim pendamping keluarga datang dan harapan saya sudah mulai diskusi. Bagaimana besok kalau hamil mau pakai apa?" lanjut dr. Hasto.

Sebagai informasi, BKKBN menggerakan KBPP (KB Pasca Persalinan), yang mana setelah seorang wanita melahirkan akan langsung dipasang alat kontrasepsi.

Contohnya seperti KB implan (susuk) atau KB suntik.

"Nah, ini cara kami untuk bagaimana sebelum melahirkan sudah dikonseling dulu (terkait alat kontrasepsi) selama kehamilan itu. Sehingga di buku KIA sudah ada di situ, item-item untuk konseling KB," ujar dr. Hasto.

"Harapannya, begitu melahirkan, langsung mengambil keputusan. (Misalnya) untuk bisa pasang susuk agar jaraknya tidak terlalu dekat," lanjutnya.

3. Memanfaatkan Layanan Kontrasepsi yang Ada

dr. Hasto menambahkan, BKKBN selalu mengadakan pelayanan yang masih, tapi tidak dalam satu titik saja.

"Kita pecah seperti minggu lalu, kita baru mengadakan pelayanan 1 juta akseptor seluruh Indonesia. Jadi, kita bergerak dalam waktu sehari bisa melayani 1 juta akseptor," ungkapnya.

"Kemarin hasilnya 1-2 juta. Caranya bagaimana? Di Indonesia kan ada 2000 desa dan kelurahan. Jadi, satu desa cukup ya paling banyak 20 lah. Ini ya, learning by doing sambil edukasi," lanjutnya bercerita.

Mulai dari cara memasang KB IUD, KB susuk, dan lain-lain.

Bahkan tak lupa, ada pula konseling KB yang bisa didapatkan secara masif dan gratis.

"Inilah cara kami untuk memberikan massive information system kepada seluruh masyarakat tentang pelayanan kontrasepsi," kata dr. Hasto.

Baca Juga: Pengertian Keluarga Berencana (KB) Menurut BKKBN, Ternyata Tidak Sama dengan Kontrasepsi!

Fungsi Alat Kontrasepsi untuk Kesehatan Keluarga

Menurut dr. Hasto, fungsi kontrasepsi terhadap kesehatan keluarga itu sangat besar. Berikut pemaparan lengkapnya.

1. Mencegah Kehamilan

Fungsi yang pertama menurut dr. Hasto adalah mencegah sekaligus menunda kehamilan terlalu dini.

"Karena begini, ada orang yang menikah terlalu dini, sudah terlanjur menikah tapi umurnya belum 20 tahun, harusnya dia tidak hamil dulu," ujarnya.

"Karena kalau hamil dulu, ini pertumbuhannya pun terganggu. Anda bisa melihat, anak umur 17 tahun harus tulangnya tambah padat, kemudian harus tulangnya tambah panjang," ungkapnya.

Hanya saja, lanjutnya, karena hamil, akhirnya kepadatan dan pertumbuhan tulang berhenti sehingga relatif keropos dan pendek.

"Sehingga, ini contoh saja bahwa orang yang belum berumur, kalau nikah, KB dulu dong atau pakai kontrasepsi dulu dong meski sederhana. Misalnya, kondom atau pil," ujar dr. Hasto.

2. Mengatur Jarak Kelahiran

Fungsi alat kontrasepsi yang kedua adalah untuk mengatur jarak kehamilan, Moms dan Dads.

"Banyak anak-anak stres karena umurnya baru setengah atau satu setengah tahu, ibunya sudah hamil tiga bulan," sebut Kepala BKKBN ini.

"Sehingga, waktu anaknya belum dua tahun, adiknya sudah lahir, anak yang pertama itu stres. Akhirnya anak yang stres ini tidak happy (bahagia). Akhirnya makannya tidak cukup, tidak bagus, tidak nafsu makannya. Akhirnya dia juga stunting atau kena penyakit yang lain," katanya menjelaskan.

Maka dari itu, dr. Hasto menegaskan untuk jarak kelahiran diusahakan minimal tiga tahun.

"Makanya begitu melahirkan, kalau bisa segera untuk menggunakan kontrasepsi agar tidak kemudian hamil lagi di luar dugaan. Kadang-kadang unwanted pregnancy atau hamil yang tidak dikehendaki," katanya berpesan.

Baca Juga: Mitos atau Fakta, Penggunaan Alat Kontrasepsi Dapat Menurunkan Kesuburan Wanita? Ini Jawabannya!

Jika Moms dan Dads tidak menggunakan kontrasepsi, dampaknya bisa secara biologis maupun psikologis.

3. Menghentikan Kehamilan

Fungsi yang terakhir ini juga bisa Moms dan Dads pertimbangkan ketika mengikuti program KB.

Terlebih, jika sudah memiliki 2-3 anak atau Moms berusia 35 tahun keatas.

"Dalam arti begini, 'Oh sudah umur 35 tahun perempuan dan anaknya sudah tiga atau dua, sudah lah'. Karena kalau di atas 35 tahun kalau hamil, risiko tinggi," terang dr. Hasto.

"Sehingga akhrinya, alat kontrasepsi dipakai untuk menghentikan atau sudah tidak ingin hamil lagi," lanjut dr. Hasto menerangkan.

dr. Hasto menyarankan untuk memakai alat kontrasepsi jangka panjang.

Atau, juga bisa dengan operasi steril, seperti tubektomi dan vasektomi.

"Inilah fungsinya kontrasepsi. Menunda, mengatur jarak, dan juga menghentikan untuk selama-lamanya. Tidak perlu hamil lagi karena kondisi tertentu," kata dr. Hasto dengan tegas.

"Saya kira ini secara umum fungsi alat kontrasepsi seperti itu," tutupnya.

Semoga artikel diatas bermanfaat ya, Moms dan Dads.

Baca Juga: Mitos atau Fakta, Penggunaan Alat Kontrasepsi saat Berhubungan Dapat Menurunkan Gairah Bercinta? Ini Faktanya!