Jangan Sampai Terlambat Ketahui Gangguan Mental pada Anak dan Remaja, Begini Penanganannya yang Tepat

By Shannon Leonette, Senin, 17 Juli 2023 | 16:15 WIB
Dalam rangka sambut Hari Anak Nasional, Moms dan Dads bisa cari tahu di sini bagaimana cara mengenal anak dan remaja dengan gangguan mental termasuk penanganannya yang tepat. (Nakita.id)

Nakita.id - Hari Anak Nasional diperingati setiap tanggal 23 Juli.

Hari Anak Nasional merupakan ajang mengingat kembali harapan bangsa terhadap anak di masa depan, yakni generasi yang sehat, hebat, dan cerdas.

Maka dari itu, jangan heran kalau Hari Anak Nasional diperingati sebagai bentuk kepedulian seluruh masyarakat Indonesia atas keamanan, kesejahteraan, serta kebahagiaan kehidupan anak.

Dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional, tahun ini Nakita mengangkat topik tentang menjaga kesehatan mental anak dan remaja.

Sama halnya dengan fisik, mental orang termasuk pada anak dan remaja juga bisa terganggu.

Lantas, bagaimana cara mengenali dan solusi penanganannya? Moms dan Dads bisa simak penjelasan menurut psikolog anak dalam artikel berikut.

Cara Mengenal Anak dan Remaja dengan Gangguan Mental

Anindya Dewi Paramita, M.Psi selalu mengajak orangtua untuk melihat kondisi anak sesuai usianya.

"Misalnya, anak umur 9 tahun. Anak 9 tahun itu semestinya sudah bisa apa, belum bisa apa, secara teori dia lagi di tahap apa," sebut psikolog yang akrab disapa Mita dalam wawancara eksklusif bersama Nakita, Jumat (14/7/2023).

"Nah, dibandingin saja kalau misalnya saya ada diskusi sama orangtua. Biasanya kita akan melihat ke sana (perkembangan sesuai usia anak)," lanjut Mita.

Mita bahkan menambahkan, ada beberapa hal yang orangtua juga bisa evaluasi secara mandiri secara sederhana.

"Misalnya, apakah anak ini menunjukkan perilaku yang cukup berbeda dibandingkan teman-teman seusianya," sebutnya.

Baca Juga: Kenapa Menjaga Kesehatan Mental Anak dan Remaja Sangat Penting? Ternyata Ini Dampaknya Terhadap Pertumbuhan

Moms dan Dads harus tahu dan ingat bahwa setiap anak itu unik juga berbeda-beda.

Anindya Dewi Paramita, M.Psi selaku psikolog anak di Lenting Indonesia

"Cuma kan ada satu kesamaan di dalam kelompok usia yang sama atau yang kurang lebih sama," ungkap Mita.

"Ketika misalnya sudah ada hambatan di kesehatan mentalnya, hambatan emosinya misalkan, atau perilakunya, biasanya ada 1-2 clue yang berbeda dari anak-anak seusia pada umumnya. Itu jadi suatu pertanda," ungkapnya lagi.

Psikolog anak di Lenting Indonesia ini juga menambahkan tanda lainnya, yang mana anak menunjukkan sesuatu yang sangat ekstrem. Salah satunya saat anak sedang sedih.

Meski wajar, apabila anak sedih terus-terusan dan tidak berhenti, itu bisa menandakan suatu gangguan mental.

"Biasanya anaknya oke oke saja, tapi tiba-tiba dia enggak mau sekolah. Nah, sudah beberapa hari enggak mau sekolah," ucap Mita.

"Nah, kita bisa lihat tanda-tanda baik dari perilaku, emosi, atau misalnya pola interaksi dengan orang lain," katanya menyarankan.

Itu tadi penjelasan lengkap terkait cara mengenal anak dengan gangguan mental, Moms dan Dads.

Lalu, bagaimana cara mengenal remaja dengan gangguan mental?

Pada dasarnya, menurut Mita, tanda-tanda yang terlihat kurang lebih akan mirip.

Baca Juga: Punya Andil Penting dalam Berperan Sama, Ini Dia Peran Dads dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak

"Sebenarnya kan bentuk gangguannya itu bisa macam-macam, bisa berbagai jenis dan enggak cuma satu," kata Mita.

"Cuma, untuk kita bisa melihatnya, lihatlah apakah ada perbedaan pola perilaku," sarannya.

Misalnya, remaja yang biasanya supel tiba-tiba murung, senang mengurung diri, dan enggak mau bermain bersama teman-temannya.

Kalau sudah ketahuan tanda-tandanya, lanjut Mita, orangtua bisa gali lebih dalam dengan cara mencoba mengajak remaja tersebut mengobrol.

"Kalau misalnya memang butuh bantuan dari luar, misalnya sama guru BK (Bimbingan Konseling) atau sama guru kelas, atau bahkan mungkin sama profesional, baru nanti diidentifikasi, dibantu, apakah memang ada masalah yang lebih serius. Apakah ada faktor tertentu atau tidak. Itu kan yang menentukan hanya profesional ya," saran Mita lagi.

Pentingnya Orangtua Memberikan Perhatian Khusus pada Anak dan Remaja dengan Gangguan Mental

Mita dengan tegas menyampaikan, orangtua perlu memberi dukungan penuh terhadap tumbuh kembang anak.

"Kalau misalnya dia (anak) sudah punya gangguan mental, berarti si anak ini punya kebutuhan tambahan, kebutuhan ekstra, atau kebutuhan spesifik yang mungkin tidak dipunya atau tidak harus di-support anak-anak kebanyakan," katanya menjelaskan.

"Nah, ini yang orangtua juga perlu aware bentuk support seperti apa, kebutuhan yang seperti apa yang memang dibutuhkan sama anak dengan isu ini, supaya mereka tetap bisa mencapai proses tumbuh kembang yang seoptimal mungkin," lanjutnya menjelaskan.

Tujuannya, menurut Mita, adalah mempersiapkan anak-anak supaya bisa berdiri sendiri, tegak, dan mandiri ketika di masa dewasa.

Penanganan Anak dan Remaja dengan Gangguan Mental yang Tepat

Menurut Mita, jika sudah dalam tahap mengindikasikan banget, Moms dan Dads tidak perlu malu atau ragu untuk mencari bantuan profesional secepat mungkin.

"Secepat mungkin ada support dari tenaga ahli yang memang menguasai. Jadi, secepat mungkin pula Moms dan Dads di rumah atau di kantor bisa menentukan langkah atau action apa yang memang sesuai sama kebutuhan anaknya," ungkap Mita.

Baca Juga: Para Orangtua Wajib Tahu Ciri-ciri Anak Alami Masalah Kesehatan Mental, Salah Satunya Alami Gangguan Tidur

"Karena setiap kondisi anak kan beda-beda banget ya, jadi mungkin kita perlu ada gambaran tertentu. Ini butuhnya apa supaya kita bisa memberikan lingkungan dan support yang tepat," terang Mita.

Tujuannya agar anak bisa bertumbuh kembang secara optimal.

Juga, agar permasalahan anak yang menunjukkan gejala-gejala gangguan mental bisa selesai.

Cara Mencegah Agar Anak dan Remaja Tidak Alami Gangguan Mental

Psikolog anak ini memberikan tiga tips yang bisa dicoba agar anak maupun remaja kedepannya tidak mengalami gangguan mental. Yuk, kita simak!

1. Upayakan Menciptakan Lingkungan yang Kondusif

Tips yang pertama adalah, Moms dan Dads bisa mengupayakan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif.

"Artinya, ketika kita (orangtua) bisa memberikan pengalaman atau experience yang positif kepada anak, anak juga akan terdorong membangun skill-skill hidup yang juga positif," kata Mita menerangkan.

Meski begitu, hal-hal yang positif ini juga perlu disertai dengan kesulitan.

"Anak tetap perlu kesulitan, tapi bukan berarti itu menjadi pengalaman yang tidak menyenangkan. Yang dieliminasi justru adalah pengalaman yang tidak menyenangkan itu," katanya dengan tegas.

"Karena apa? Ketika anaknya ini melakukan kesalahan, mungkin akan lebih ideal kalau cara mengoreksinya adalah dengan mengajaknya berdiskusi daripada mengkritiknya habis-habisan," ucap Mita.

Atau, lanjutnya, ketika misalnya mau menerapkan sesuatu, akan lebih baik jika membuat kesepakatan bersama dari awal daripada dilarang tiba-tiba.

Menurut psikolog anak ini, melarang anak secara tiba-tiba justru akan membuatnya tidak mengerti dan akhirnya menimbulkan pertentangan antar anak dengan orangtua.

Baca Juga: Waspada Bila Anak Susah Bergaul, Simak Dampak yang Ditimbulkan dan Cara Mengatasinya

2. Perlu Konsisten

Tips yang kedua ini memang perlu dijalankan oleh setiap orangtua, termasuk Moms dan Dads.

"Apapun yang diterapkan, bentuk nilai yang mau diajarkan, value apa, pengasuhan seperti apa, pendisiplinan seperti apa, yang penting konsisten dan enggak berubah-ubah. Enggak beda-beda antar satu sama lain," pesan Mita.

"Itu rasanya bisa bantu untuk membuat anak juga belajar bahwa, 'Oh memang ada boundaries ya, ada aturan ya yang harus diikuti'," lanjutnya mengungkap.

3. Diskusikan dengan Anak Mana yang Baik dan Kurang Baik

Tips yang terakhir ini juga penting dilakukan, karena terkadang ada hal-hal yang tidak bisa dikontrol oleh orangtua.

"Misalnya, sekolah sudah oke, dipilihkan tempat bermain yang juga oke, tapi enggak tahu juga kalau misalnya tiba-tiba ketemu orang yang bicaranya enggak terlalu baik," ungkap Mita.

"Sebenarnya yang kaya begitu kan kemudian bisa dibahas atau didiskusikan bersama ya antara anak sama orangtua. Jadinya, orangtua kan juga belajar mana yang baik dan mana yang benar," kata Mita berpesan.

Yang terpenting, lanjut Mita, adalah anak tidak terlepas dari pendampingan orangtua.

Nah, itu tadi penjelasan lengkap mengenai gangguan mental pada anak dan remaja.

Mulai dari cara mengenalinya hingga solusi penanganan, juga tips mencegahnya.

Semoga artikel diatas bermanfaat ya, Moms dan Dads.

Yuk, kita sama-sama jaga kesehatan mental buah hati bersama-sama sejak dini!

Baca Juga: Beda Usia Ayah-Anak Ternyata Bisa Mempengaruhi Gangguan Kesehatan Mental Si Kecil, Simak Faktanya