Untuk mencegahnya, Mita menyarankan bahwa orangtua sebenarnya bisa mencoba melakukan diskusi dengan anak mengenai apa yang sedang terjadi di sekitar anak.
"Memang diskusi ini tidak mudah dan tidak bisa langsung terjadi kecuali memang sudah ada pembiasaan," ucap psikolog anak di Lenting Indonesia ini.
"Jadi, dari sebelum masuk ke usia remaja, memang cara mencari tahu dan menyelesaikannya bisa dengan diskusi sebelum itu. Orangtua sebaiknya sudah mulai membiasakan diri dengan cerita-cerita sama anaknya. Kita enggak hanya minta anaknya cerita atau tanya-tanya, tapi kita sendiri juga kasih contoh dengan menceritakan," lanjutnya menyarankan.
Misalnya, Moms dan Dads bisa bercerita tentang kegiatan yang dilakukannya pada hari tersebut.
"Jadi, anak-anak juga bisa belajar dari kita (orangtua) bagaimana sih kita menjalani hari, atau bagaimana kita menyelesaikan masalah itu. Kan juga, mereka lihat dari kita," kata Mita.
Tak sampai di situ. Mita juga menambahkan bahwa sudah banyak riset yang membuktikan bahwa angka depresi pada anak tinggi sekali akibat paparan media sosial berlebih, dan bisa berujung pada melukai diri termasuk bunuh diri.
"Sehingga, memang bukan hanya pencegahan yang bisa dilakukan.
Tapi juga penanganan ketika sudah sampai di titik yang parah banget," pesannya.
Mulai dari membahayakan diri, melukai diri, apalagi sampai ke upaya bunuh diri.
"Orangtua rasanya perlu bertindak cepat. Cepat dalam arti, satu, yang pasti harus diutamakan adalah keselematannya dulu. Kalau ini sudah, maka untuk penyelesaiannya, jika memang tidak bisa sama orangtua, segeralah mencari bantuan ke tenaga ahli yang memang bisa memahami situasinya," lanjutnya berpesan sambil menegaskan.
Baca Juga: Jadi Orangtua Kedua, Ini Pentingnya Peran Guru dalam Menjaga Kesehatan Mental Anak di Sekolah