Tips dari Psikolog untuk Orangtua dalam Memantau Aktivitas Anak Remaja di Media Sosial

By Shannon Leonette, Sabtu, 22 Juli 2023 | 10:00 WIB
Sebelum Moms bisa memantau aktivitas anak remaja di media sosial, lakukanlah beberapa tips berikut menurut psikolog anak ini. Catat sekarang! (Nakita.id)

Nakita.id - Setiap tahunnya tanggal 23 Juli diperingati sebagai Hari Anak Nasional.

Hari Anak Nasional ini menjadi momen penting untuk mengingat kembali harapan bangsa terhadap anak di masa depan, yakni generasi yang sehat, hebat, dan cerdas.

Oleh sebab itu, jangan heran apabila Hari Anak Nasional diperingati sebagai bentuk kepedulian seluruh masyarakat Indonesia atas keamanan, kesejahteraan, serta kebahagiaan kehidupan anak.

Dalam rangka menyambut Hari Anak Nasional, tahun ini Nakita mengangkat topik tentang menjaga kesehatan mental anak dan remaja.

Moms harus tahu, ada berbagai faktor yang dapat memicu terganggunya kesehatan mental pada anak remaja. Salah satunya adalah penggunaan media sosial secara berlebihan.

Mungkin Moms terlalu khawatir akan buah hati yang terlalu sering bermain media sosial, sehingga ingin memantaunya terus-terusan.

Jangan bingung dulu, karena psikolog anak ini akan membagikan beberapa tips yang mungkin bisa Moms coba.

Tips untuk Orangtua Memantau Aktivitas Anak Remaja di Media Sosial

Menurut Anindya Dewi Paramita, M.Psi, untuk bentuk memantaunya perlu disepakati bersama anak remaja.

"Anak remaja ini kan ada di tahap dimana dia mulai bisa berpikir lebih abstrak, sudah mulai bisa berpikir yang lebih rumit. Jadi, di satu sisi sudah merasa mulai seperti orang dewasa, mulai merasa ingin diperlakukan seperti orang dewasa," terang Mita dalam wawancara eksklusif Nakita, Jumat (14/7/2023).

"Artinya, sama orangtua juga perlu ada kesepakatan supaya enak memantaunya. Kalau kita cuma memantau saja, stalking saja, terus tiba-tiba menemukan sesuatu yang kita rasa perlu dikonfirmasi, terus tiba-tiba kita konfrontasi ke anaknya, anaknya bisa jadi marah karena merasa dilanggar privasinya," ungkap psikolog anak ini.

Maka dari itu, Mita sekali lagi menekankan agar para orangtua berdiskuis dan membuat kesepakatan awal bersama anak terkait bermain media sosial.

Baca Juga: Jangan Batasi Aktivitasnya, Begini Cara Orangtua Mencegah Dampak Negatif Media Sosial Agar Anak Remaja Tidak Melakukan Kekerasan Fisik pada Diri Sendiri

Mulai dari membolehkan orangtua memiliki akses media sosial, saling mengikuti akun, dan masih banyak lagi.

Peran Orangtua dalam Mencegah Hal-hal Negatif dari Media Sosial

Mita mengakui bahwa memiliki anak, khususnya anak remaja, memang merupakan tantangan yang susah-susah gampang atau gampang-gampang susah.

Anindya Dewi Paramita, M.Psi selaku psikolog anak di Lenting Indonesia

"Di usia remaja memang ada kecenderungan untuk melihat dan membandingkan dirinya sama orang-orang di sekitarnya," ungkap psikolog anak yang berpraktik di Lenting Indonesia ini.

"Apalagi, sekarang ada media sosial, jadi paparan terhadap pembandingnya lebih banyak," sebutnya.

Untuk mencegahnya, Mita menyarankan bahwa orangtua sebenarnya bisa mencoba melakukan diskusi dengan anak mengenai apa yang sedang terjadi di sekitar anak.

"Memang diskusi ini tidak mudah dan tidak bisa langsung terjadi kecuali memang sudah ada pembiasaan," ucapnya.

"Jadi, dari sebelum masuk ke usia remaja, memang cara mencari tahu dan menyelesaikannya bisa dengan diskusi sebelum itu. Orangtua sebaiknya sudah mulai membiasakan diri dengan cerita-cerita sama anaknya. Kita enggak hanya minta anaknya cerita atau tanya-tanya, tapi kita sendiri juga kasih contoh dengan menceritakan," lanjutnya menyarankan.

Misalnya, Moms dan Dads bisa bercerita tentang kegiatan yang dilakukannya pada hari tersebut.

"Jadi, anak-anak juga bisa belajar dari kita (orangtua) bagaimana sih kita menjalani hari, atau bagaimana kita menyelesaikan masalah itu. Kan juga, mereka lihat dari kita," kata Mita.

Tak sampai di situ. Mita juga menambahkan bahwa sudah banyak riset yang membuktikan bahwa angka depresi pada anak tinggi sekali akibat paparan media sosial berlebih, dan bisa berujung pada melukai diri termasuk bunuh diri.

Baca Juga: Anak Suka Bicara Sendiri? Hati-hati Ternyata Bisa Jadi Tanda Si Kecil Alami Gangguan Mental, Ini Penjelasannya

"Sehingga, memang bukan hanya pencegahan yang bisa dilakukan.

Tapi juga penanganan ketika sudah sampai di titik yang parah banget," pesannya.

Mulai dari membahayakan diri, melukai diri, apalagi sampai ke upaya bunuh diri.

"Orangtua rasanya perlu bertindak cepat. Cepat dalam arti, satu, yang pasti harus diutamakan adalah keselematannya dulu. Kalau ini sudah, maka untuk penyelesaiannya, jika memang tidak bisa sama orangtua, segeralah mencari bantuan ke tenaga ahli yang memang bisa memahami situasinya," lanjutnya berpesan sambil menegaskan.

"Setelah itu, baru kita masuk ke dalamnya. Apa sih yang membuat dia (anak) melakukan (tindakan) itu," lanjutnya.

Jadi, lanjut Mita, orangtua tidak perlu berpikir dua sampai tiga kali untuk pergi mencari bantuan ke ahli profesional jika anak sudah berada di titik tersebut.

Tips Orangtua Mengajarkan Anak Remaja Bijak Bermedia Sosial

Menurut Mita, kunci utama yang harus orangtua lakukan adalah perlu berdiskusi dengan anak, khususnya anak remaja.

"Kita mungkin perlu ada diskusi-diskusi juga sama anak-anak remaja kita terkait media sosial ini.

Sebenarnya pros dan cons-nya apa sih, plus minusnya apa, kita bisa dapat keuntungan apa dari punya media sosial, kita bisa punya rugi apa dari media sosial," jelas psikolog anak ini.

"Terus dari rugi-ruginya itu kita bisa evaluasi sama-sama sebenarnya.

Terus kalau ini rugi, bagaimana antisipasinya. Terus kalau ini merugikan atau ini bikin perasaan yang enggak enak, kita bisa apa," lanjutnya.

Baca Juga: Pentingnya Mengenal Anak dengan Gangguan Mental dan Penerapan Perhatian Khusus Menurut Arahan KemenPPPA

Sehingga, selain tidak merasa dibatasi, anak remaja juga merasa diajak berpikir untuk melihat mana yang baik dan mana yang tidak.

Selain itu, anak remaja juga dapat menentukan sendiri batas yang harus dibuatnya.

"Karena kan kalau kita bicara anak remaja, kalau cuma kita (orangtua) bilang enggak boleh tanpa ada alasan, tanpa ada diskusi, tanpa ada kesepakatan, anak-anak enggak akan bisa terima begitu saja rasanya," terang Mita.

Maka dari itu, Moms dan Dads perlu mengadakan diskusi bersama dengan buah hati yang sudah beranjak remaja termasuk mengenai penggunaan media sosial.

"Selain mungkin dibantu dengan pembekalan ya, pembekalan dari segi knowledge, skill terkait bagaimana caranya untuk media sosial, terus rambu-rambunya apa," ujar Mita.

Sehingga kedepannya, anak remaja dapat bijak bermedia sosial dan dapat terhindar dari hal-hal negatif yang dapat memicu depresi.

Jadi, jangan ragu untuk segera tanamkan kebiasaan ini sejak dini, Moms.

Namun, jika anak sudah berada di tahap yang memprihatinkan, segera bawa ke ahli profesional dan jangan membiarkannya begitu saja.

Semoga artikel diatas bermanfaat dan selamat mencoba.

Moms bisa kembali ke halaman 1 untuk melihat penjelasan terkait tips efektif dalam memantau aktivitas anak remaja di media sosial.

Baca Juga: Jangan Sampai Kewalahan, Ini Langkah yang Bisa Dilakukan untuk Atasi Gangguan Mental pada Anak