Indonesia Masih Menempati Peringkat 5 Dunia Angka Stunting, Ternyata Ini Penyebabnya

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Rabu, 30 Agustus 2023 | 11:30 WIB
Penyebab angka stunting di Indonesia masih tinggi (NAKITA - Cynthia)

Nakita.id - Saat ini, Indonesia masih menempati peringkat ke-5 angka stunting di dunia.

Ini berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018.

Padahal, Kementerian Kesehatan mengumumkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada Rapat Kerja Nasional BKKBN, Rabu (25/1) dimana prevalensi stunting di Indonesia turun dari 24,4% di tahun 2021 menjadi 21,6% di 2022.

Tetapi mengapa angkanya masih cukup tinggi ya?

Mengutip dari Kompas, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional ( BKKBN) memprediksi bahwa 4 tahun ke depan dari 20 juta kelahiran bayi.

Tujuh juta di antaranya berpotensi mengalami stunting. 

Dengan perkiraan ini, maka presentase bayi yang mengalami stunting di Indonesia akan meningkat menjadi 27 persen.

Data ini diungkapkan oleh Kepala BKKBN Hasto Wardoyo, seusai rapat kabinet terbatas dengan Presiden pada Senin (25/1/2021) lalu.

Presiden Joko Widodo pada Januari 2021 lalu menargetkan pada tahun 2024 kasus stunting di Indonesia bisa ditekan hingga berada di angka 14 persen.

Selain itu, angka kematian ibu bisa ditekan hingga di bawah 183 kasus per 100.000 ibu melahirkan.

Penyebab tingginya angka stunting di Indonesia dikarenakan sebagian kelahiran bayi di Indonesia sudah dalam kondisi kekurangan nutrisi.

Baca Juga: Mengenal Pengertian Stunting, Penyebab, Gejala, dan Cara Pencegahannya

Ditambah lagi, anak juga dibesarkan dengan kekurangan zat gizi.

Melansir dari Kompas pada artikel yang lain, berikut ini beberapa penyebab stunting di Indonesia masih tinggi.

1. Generasi stunting

Tapa disadari, kasus stunting di Indonesia terlambat ditangani, akibatnya kinerja otak anak tidak maksimal dan pertumbuhannya terlambat.

Jangka panjangnya, seseorang yang mengalami stunting berpotensi melahirkan generasi stunting dan berisiko terkena penyakit kronis.

2. Kekurangan gizi

Selain itu, faktor yang paling utama adalah kurangnya asupan gizi dan nutrisi sejak 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).

Akibatnya, anak mengalami keterlambatan tumbuh kembang dan perkembangan otak yang terhambat.

3. Faktor lingkungan

Terakhir, lingkungan tidak higienis, sanitasi air kurang baik, dan infeksi akibat MPASI dan makanan yang kurang bersih.

Penelitian yang dilakukan oleh Universitas Indonesia (UI) bersama Imperial College London, Inggris menyebutkan bahwa paparan asap rokok bisa menyebabkan anak mengalami stunting.

Baca Juga: Kenali Perbedaan Stunting dan Gizi Buruk yang Hampir Serupa, Begini Perbedaan Gejalanya