5 Tips Menjaga Kesehatan Pernapasan Keluarga di Tengah Masalah Polusi Udara

By Nita Febriani, Rabu, 27 September 2023 | 17:26 WIB
Jaga kesehatan pernapasan keluarga di tengah polusi udara (Freepik)

Nakita.id - Polusi udara yang semakin memburuk belakangan membuat banyak orang khawatir.

Polusi udara yang semakin buruk menimbulkan berbagai gangguan terkait pernapasan seperti batuk, pilek, dan demam, selama beberapa bulan terakhir.

Kini, kondisi polusi udara di beberapa wilayah Indonesia, terutama Jabodetabek, masih tidak menentu bahkan didominasi oleh tingkat kualitas udara yang buruk.

Risiko penyakit pernapasan pun meningkat sebesar 34% ketika terjadi kenaikan polusi PM2.5 sebesar 10 μg/m3 pada periode Juni-Agustus 2023.

Hal ini diungkap melalui laporan studi gabungan yang dilakukan oleh platform digital pemantau kualitas udara, Nafas bersama Halodoc tentang dampak polusi udara terhadap risiko kesehatan masyarakat.

Berikut lima temuan utama dari hasil studi Nafas dan Halodoc yang dilakukan pada periode Juni-Agustus 2023:

1. Terjadi peningkatan keluhan penyakit pernapasan di Halodoc sebesar 34% pada bulan Juni, ketika terdapat kenaikan polusi PM2.5 sebesar 10 μg/m3.

2. Polusi meningkat, persentase keluhan penyakit pernapasan di setiap kecamatan di Jabodetabek meningkat hingga 41%.

3. Semakin sering kejadian polusi tinggi (PM2.5 di atas 55 μg/m3), ada potensi semakin tinggi risiko terjadinya keluhan penyakit pernapasan dalam kurun waktu 12 jam.

4. Keluhan terkait Sinusitis dan Asma mengalami kemunculan kasus tercepat (3- 48 jam), sementara keluhan terkait Asma dan Bronkitis mengalami peningkatan kasus tertinggi (5 kali lipat).

5. Peningkatan kasus penyakit pernapasan tertinggi terjadi pada kelompok sensitif, yaitu sebesar 48% di kelompok usia di atas 55 tahun dan disusul 32% di kelompok usia 0-17 tahun.

Baca Juga: Manfaat Menanam Tanaman Lidah Mertua di Rumah, Rahasia Buat Rumah Jadi Menakjubkan

dr. Irwan Heriyanto, MARS, Chief of Medical Halodoc mengatakan, “Di tengah kondisi udara saat ini, kami melihat adanya kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan yang tercermin dari tren meningkatnya konsultasi terkait gangguan pernapasan di Halodoc.

Oleh karena itu, akses telemedisin seperti Halodoc menjadi salah satu cara bagi masyarakat untuk dapat berkonsultasi dengan dokter terpercaya, khususnya sebagai deteksi awal gejala gangguan pernapasan, sebelum berkembang menjadi penyakit yang serius.

Kolaborasi Halodoc dan Nafas ini juga diharapkan semakin meningkatkan literasi kesehatan dari yang semula hanya kuratif menjadi preventif.

Sejalan dengan arahan Kemenkes RI, Halodoc juga secara proaktif terus mengajak masyarakat untuk semakin peduli dengan kondisi kesehatannya dan segera berkonsultasi dengan dokter sebagai deteksi awal gejala gangguan pernapasan di tengah kondisi udara saat ini."

Pada laporan bersama Nafas, Halodoc membagikan beberapa upaya untuk dapat menjaga kesehatan di tengah kondisi polusi udara pada saat ini.

Upaya upaya dirangkum dalam 5 Tips Sehat yaitu:

1. Selalu pantau kualitas udara secara rutin di aplikasi Nafas

2. Efek polusi nyata, lebih baik di rumah saja saat polusi tinggi

3. Harap menggunakan masker jika terpaksa keluar ruangan

4. Asupan vitamin dan olahraga rutin untuk jaga imunitas

5. Tanya Halodoc bila mengalami gejala keluhan pernapasan

Baca Juga: Polusi Udara Kota Jakarta Bikin Kulit Tidak Sehat, Intip Beberapa Tips Perawatan Kulit yang Tepat di Sini!

Nafas menilai bahwa diperlukan lebih banyak lagi kajian lokal untuk menghadirkan temuan yang lebih relevan terkait polusi PM2.5 dan hubungannya dengan penyakit pernapasan di Jabodetabek.

Piotr Jakubowski, Co-founder & Chief Growth Officer Nafas menyatakan “Nafas dengan bangga dapat berkolaborasi dengan Halodoc untuk dapat menyajikan data-data terkait polusi udara serta keterkaitannya dengan penyakit pernapasan yang saat ini tengah banyak melanda masyarakat.

Harapannya, melalui laporan studi ini, masyarakat dapat lebih memahami risiko kesehatan akibat polusi udara yang dampaknya dirasakan mulai dari jangka pendek, tidak hanya jangka panjang saja.

Saat ini kami juga terus berkomitmen memperluas jaringan pemantauan kualitas udara yang saat ini sudah terpasang di lebih dari 180 titik lokasi pemantauan di berbagai kota.”

dr. Anas Ma’ruf, MKM, Direktur Penyehatan Lingkungan Kementerian Kesehatan RI menyampaikan, “Apresiasi kami bagi Halodoc dan Nafas sebagai platform digital yang telah bersama-sama menaruh kepedulian pada isu polusi udara ini.

Kami mengimbau masyarakat untuk terus rajin menerapkan protokol kesehatan untuk mengurangi efek buruk dampak polusi udara.

Kita mendorong masyarakat untuk menerapkan dua hal untuk mencegah dampak polusi udara yaitu:

1) Memakai masker medis terutama bila beraktivitas di luar ruangan;

2) Segera memeriksakan diri ke faskes bila mengalami gangguan pernapasan.

Masyarakat juga dapat memanfaatkan layanan telekonsultasi untuk deteksi dini dampak kesehatan dari polusi udara.

Mari bersama-sama kita melindungi diri dan menjaga lingkungan dari polusi mulai dari lingkup terkecil, misalnya pengurangan penggunaan kendaraan bermotor berbahan fosil, tidak lakukan pembakaran sampah, mengurangi emisi dari rumah tangga seperti asap rokok dan lainnya.

Baca Juga: 10 Tanaman Hias Penyerap Polusi Udara, Dijamin Rumah Lebih Sehat dan Segar

Saat ini pun, Kementerian Kesehatan RI juga tengah mengembangkan sistem peringatan dini bagi masyarakat yang terintegrasi dengan Aplikasi SatuSehat agar masyarakat dapat lebih waspada mengenai kondisi polusi udara di sekitar mereka.”

Laporan ini merupakan studi terbatas, dengan menggabungkan informasi yang dihimpun Nafas terkait persebaran lokasi sensor di 73 kecamatan di Jabodetabek dan informasi yang dihimpun Halodoc pada Juni-Agustus 2023.

Laporan terkait dampak PM2.5 terhadap kondisi kesehatan ini disusun dengan metode statistik deskriptif analisis. Metode ini mengkaji hubungan antara keterkaitan tingkat polusi PM2.5 dengan jumlah telekonsultasi terkait kasus penyakit pernapasan yang terjadi melalui aplikasi Halodoc di wilayah Jabodetabek.

Studi ini dilakukan dengan pemilihan waktu berdasarkan bulan dengan kejadian polusi tinggi.

Pada tahun 2023, peningkatan tren polusi terlihat dari awal Juni hingga Agustus, yang kemudian dipilih menjadi rentang waktu kajian untuk laporan ini.

Adapun keluhan penyakit pernapasan dapat disebabkan oleh berbagai faktor termasuk namun tidak terbatas pada kondisi kesehatan pengguna Halodoc.

Informasi yang disediakan dalam studi ini hanya digunakan untuk tujuan edukasi dan wawasan tambahan.

Untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hasil laporan dari Nafas dan Halodoc terkait kondisi polusi udara ini, masyarakat dapat mengunduh laporan tersebut di bit.ly/StudiNafasHalodoc.

Baca Juga: Benarkah Menyusui Bayi dapat Melindungi Bayi dari Paparan Polusi Udara? Ini Penjelasannya