Moms dan Dads Wajib Baca, Ini Pentingnya Mengenalkan Literasi pada Anak Sejak Usia Dini

By Shannon Leonette, Jumat, 29 September 2023 | 18:45 WIB
Dalam acara Bincang Siang: Hidupkan Kata Lewat Cerita, Jumat (29/9/2023), David Togatorop (Editor in Chief Majalah Bobo & Nakita.id) dan Putri Arumsari (Founder Rumah Dongeng Mentari) menekankan pentingnya orangtua mengenalkan literasi pada anak sejak dini. Hal ini bertujuan agar anak bisa lebih mengenal dunia yang ada di sekitarnya. (Nakita.id/Shannon)

Nakita.id - Literasi adalah suatu hal yang sebaiknya dikenalkan pada anak sejak dini.

Dalam perjalanan literasi anak, orangtua memegang peran yang sangat penting sebagai pembimbing.

Apalagi, kita tahu bahwa mengenalkan literasi bukan hanya membantu anak belajar membaca dan menulis saja.

Tapi juga, membantu anak meningkatkan rasa ingin tahu yang tinggi serta kemampuan berpikir kritis.

Sayangnya, merujuk pada Program for International Student Assessment (PISA), Indonesia berada di urutan ke-62 dari 70 negara.

Atau dalam arti lain, Indonesia berada di peringkat 10 besar terendah dan belum bisa bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya.

Meski belum sampai pada tingkat 'darurat membaca', orangtua tetap harus waspada agar tingkat literasi anak di Indonesia tidak semakin menurun.

Maka dari itu, jangan sampai Moms dan Dads lewatkan pengenalan literasi pada anak sejak dini.

Usia Terbaik untuk Mengenalkan Literasi pada Anak

Dalam acara Bincang Siang: Hidupkan Kata Lewat Cerita, Jumat (29/9/2023), Founder Rumah Dongeng Mentari Putri Arumsari mengatakan bahwa usia 1-5 tahun merupakan usia terbaik untuk mengenalkan literasi.

"Karena, otak anak itu layakanya spons yang bisa menyerap apapun. Baik itu hal-hal yang positif maupun yang negatif," ungkap Arum.

Editor in Chief Majalah Bobo & Nakita.id David Togatorop mengatakan bahwa orangtua bisa mengenalkan literasi sejak anak masih berusia bayi.

Baca Juga: Pentingnya Bangun Literasi pada Anak Sejak Dini, Psikolog Anak Ungkap Peran yang Bisa Dilakukan Orangtua

"Dari sejak bayi baru lahir, sebenarnya dia sudah bisa 'membaca'," ungkap David.

"Semua orang yang dilihatnya itu sama, tapi dia akan mulai mengembangkan kemampuannya untuk membaca wajah orang-orang, sehingga dia akan mengenali siapa orang yang dekat dengannya," lanjut David menerangkan.

Diharapkan, lanjutnya, adalah orangtuanya sendiri atau orang terdekat yang sedang mengasuh bayi tersebut.

"Istilahnya figur lekat. Figur lekat yang ada dan dilihatnya bahwa dia percaya pada orang tersebut," ujar David.

"Itu kemampuan bayi membaca pertama kali dan menafsirkan," tuturnya.

Dirinya juga menambahkan, informasi yang diterima bayi itu akan membentuk neuron di otak.

Hal ini dinamakan dengan sinapsis, yang mengirimkan pesan ke otak kalau informasi tersebut adalah informasi yang berguna.

Hal ini akan terus berkembang sehingga anak bisa membaca huruf lalu teks seiring usia.

"Cara ini akan membentuk persepsi anak terhadap dunia.

Termasuk juga, ketika sedang membaca buku yang bukan hanya sekadar membacakan tetapi juga mengenalkan anak, agar dapat memahami hal-hal yang akan berguna kedepannya," kata David.

Maka dari itu, sebagai orangtua, Moms dan Dads harus sering-sering meluangkan waktu dengan anaknya.

Baca Juga: Pesta Literasi Indonesia 2023,Siap Merangkul Rasa di Taman Ismail Marzuki

Tujuannya agar anak bisa lebih mengenal dunia yang ada di hadapannya nanti.

Tak harus mengenalkan literasi melalui buku-buku, Moms dan Dads tentu bisa mengenalkan literasi melalui media lain.

Tentang Rumah Dongeng Mentari

Acara Bincang Siang ditutup oleh Arum yang membacakan salah satu cerita rakyat dari buku 10 Dongeng Nusantara.

Sebagai informasi, 10 Dongeng Nusantara ini diambil dari cerita rakyat Indonesia yang belum terlalu dikenal masyarakat.

Buku dongeng ini dibuat dalam dua bahasa, yakni bahasa Indonesia dan bahasa daerah.

Rumah Dongeng Mentari (RDM) merupakan sebuah komunitas/wadah/ruang juga gerakan untuk mempopulerkan kembali budaya bertutur di Indonesia.

Terdiri dari orang-orang yang senang dan bisa mendongeng, RDM memiliki banyak kegiatan yang memicu supaya orang-orang bisa menuturkan kembali dongeng kepada anak-anak.

"Kita berharap agar orang-orang bisa mencintai dongeng dan memberikan hal positif lain kepada anak, saudara, adik kandung, dan lain sebagainya," harap Arum.

Dirinya juga mengatakan bahwa mendongeng adalah metode yang baik untuk mengajari anak tanpa menggurui.

"Kalau kita buat suatu cerita yang mengalir dari awal sampai akhir, nantinya secara sikap akan melakukan hal yang sama dan baik.

Misalnya, membuang sampah sembarangan akan menyebabkan banjir," tutup Arum.

Baca Juga: Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak Beras Jombang Gelar 'Ngaji Literasi' Bersama Gramedia