Jangan Sampai Ibu dan Anak Alami Kekurangan Gizi, Ini Upaya-upaya yang Bisa Dilakukan dari Sekarang

By Shannon Leonette, Kamis, 26 Oktober 2023 | 16:30 WIB
Moms bisa cari tahu disini beberapa upaya mengatasi kekurangan gizi pada ibu maupun anak. Salah satunya adalah dengan mendapat edukasi tentang pemberian makanan bergizi. (Nakita.id)

Nakita.id - Setiap tanggal 16 Oktober adalah peringatan Hari Pangan Sedunia.

Tema Hari Pangan Sedunia tahun 2023 adalah 'Air Adalah Kehidupan, Air Adalah Makanan, Jangan Tinggalkan Siapa Pun'.

Melalui momentum Hari Pangan Sedunia ini, diharapkan masyarakat seluruh dunia dapat menjaga ketersediaan air bersih untuk mendukung keberlangsungan kehidupan.

Selain menjaga air bersih, orangtua juga sangat diharapkan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).

Hal ini sangat bertujuan untuk menjaga kesehatan keluarga yang optimal, juga mendukung tumbuh kembang anak di masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK).

Salah satu peran yang bisa Moms lakukan adalah pemberian makanan bergizi seimbang.

Upaya Mengatasi Kekurangan Gizi pada Ibu dan Anak

Untuk mengatasi sekaligus mencegah terjadinya kekurangan gizi pada ibu maupun anak, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan.

Dr. Ade Iva Murty, M.Si mengatakan bahwa upaya tersebut harus dimulai pada proses kehamilan. Bahkan, saat memulai kehamilan.

"Itu (kehamilan) tidak sekadar dengan mempersiapkan diri untuk bersalin saja.

Tetapi, juga bisa mulai belajar bahwa kunci dari tumbuh kembang anak yang optimal itu adalah dengan pemberian asupan nutrisi yang bergizi juga berkelanjutan.

Kemudian, untuk perkembangan psikologis dan mentalnya, maka dibutuhkan stimulasi," jelas Dr. Ade saat diwawancarai Nakita melalui telepon, Rabu (25/10/2023).

Baca Juga: Waspada Jika Ibu dan Anak Alami Kekurangan Gizi, Ini Dampaknya

Moms bisa melakukan persiapan ini, terlebih ketika akan mempersiapkan kehamilan anak pertama bersama pasangan.

Mulai dari cara memberikan asupan yang benar-benar bernutrisi baik.

Dr. Ade Iva Murty, M.Si selaku Ketua Program Studi Psikologi juga Dekan Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan di Sampoerna University.

"Sudah harus dimulai dari masa antenatal care ibu belajar," tegas Dr. Ade yang saat ini menjabat sebagai Ketua Program Studi Psikologi Sampoerna University.

"Itu dimulai sejak anak masih (berusia) enam bulan pertama, saat sedang menyusu eksklusif. Jadi hanya ASI saja," tuturnya.

Kemudian, lanjutnya, bagaimana pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) kepada anak agar mendorong tumbuh kembangnya dengan optimal.

"Jadi, harus ada perubahan sebenarnya pada cara ibu dalam mengelola konsumsi dan asupan nutrisi rumah tangga.

Terutama, kalau dia (ibu) sedang memiliki anak dalam masa usia keemasan, yaitu 0-5 tahun," kata Dekan Fakultas Seni dan Ilmu Pengetahuan Sampoerna University ini.

Selain mendapat edukasi juga pemberdayaan tentang seperti apa gizi yang baik dan sehat untuk anak, dirinya juga menambahkan bahwa ibu juga harus mendapat edukasi kehidupan yang sehat itu seperti apa kepada anak.

"Kita misalnya selalu melihat bahwa perempuan itu kan biasanya suka moody. Ketika makan, dia seperti enggak mau ini dan itu.

Kemudian, merasa dirinya gemuk dan sebagainya.

Baca Juga: Lebih Baik Mencegahnya! Ini Alasan Pentingnya Penyuluhan Tentang Stunting

Kemudian, hal tersebut secara tidak sadar dapat menular ke anak," ungkap Dr. Ade.

Akan tetapi, lanjutnya, apabila seorang ibu dapat memberikan contoh kepada anaknya gaya hidup yang sehat dan baik, hal ini tentu akan membuat anak semakin tertanam kebiasaan baik tersebut.

"Kalau makan misalnya, enggak harus mahal pakai daging.

Tapi, harus lengkap dengan sayuran, buah, dan protein," tegasnya.

Untuk proteinnya sendiri tidak harus protein hewani, jika tidak memilikinya di dapur.

Moms bisa menggantinya dengan protein nabati kepada anak.

"Itu semua sebenarnya membutuhkan ibu yang mau belajar, ibu yang semangat untuk belajar.

Tujuannya untuk dia (ibu) bisa memberikan yang terbaik bagi gizi anaknya," tutur Dr. Ade.

Orangtua Kunci Keberhasilan Penerapan PHBS dalam Keluarga

Sekali lagi Dr. Ade menekankan, peran orangtua dalam mendidik anak sangatlah penting.

"Pendidikan untuk anak itu tidak cukup akademis atau agama saja. Tetapi juga, mencakup bagaimana menerapkan healthy lifestyle," tegasnya.

Bahkan, lanjutnya, pola hidup bersih dan sehat ini sudah menjadi keharusan pada masa kini.

Baca Juga: Usia Berapa Stunting Terlihat Jelas? Inilah Pentingnya Deteksi Dini dan Pencegahan

"Karena, healthy lifestyle, PHBS, atau apapun itu dimulai dari pembentuk sebenarnya yang adalah orangtua dan bukan begitu saja terbentuknya.

Tapi dimulai dari pembentukan sikap-sikap yang dilandasi oleh pemikiran yang jelas," jelasnya.

Pemikiran yang dimaksud disini adalah pemahaman tentang kesehatan itu seperti apa, kemudian cara menjaga kesehatan itu sendiri.

Dr. Ade bahkan menyampaikan, salah satu fungsi keluarga yang penting adalah bertugas untuk mensosialisasikan, menanamkan, atau menginternalisasi nilai-nilai baik kepada generasi baru.

"Misalnya nilai kejujuran. Itu dimulai di keluarga. Jadi, bagaimana caranya keluarga bisa memulai sebuah kehidupan yang dilandasi oleh sikap-sikap jujur dan berintegritas," tuturnya.

Sama halnya dengan penerapan PHBS dalam keluarga sejak dini.

Sebagai orangtua, Moms dan Dads bisa coba menanamkan nilai-nilai terkait gaya hidup yang sehat juga bagaimana cara menjaga kesehatan.

Apalagi, jika Moms dan Dads ingin anak pintar secara akademis atau taat beragama.

"Sebenarnya, itu semua harus dibarengi juga dengan gaya hidup sehat.

Apalagi, kita sekarang hidup di sebuah periode dimana gangguan kesehatan muncul dari lingkungan," kata Dr. Ade menjelaskan.

Diantaranya seperti polusi udara, polusi air, sampah, pengelolaan sampah yang kurang tepat, banyaknya polutan, dan sebagainya.

Baca Juga: Daftar Makanan Mencegah Stunting yang Murah Meriah Tapi Bisa Penuhi Kebutuhan Nutrisi Si Kecil, Yuk Simak!