Beda Gejala Flu Burung dan Flu Biasa

By Ipoel , Senin, 21 Maret 2016 | 06:23 WIB
Beda Gejala Flu Burung dan Flu Biasa (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com - Hanya 30% penderita flu burung di Indonesia yang bisa disembuhkan. Sisanya sebanyak 70% tidak tertolong alias meninggal dunia. Ini terjadi lantaran sebagian besar penderita terlambat datang ke rumah sakit atau puskesmas. Sulitnya membedakan gejala flu burung dengan penyakit lain serta kurangnya kesadaran masyarakat tentang antisipasi tepat dan cepat menjadi penyebabnya. Itulah mengapa, kita mesti waspada dan melakukan tindakan cepat agar korban manusia akibat virus H5N1 ini tak bertambah.

Baca juga: Indonesia siaga flu burung! Puluhan unggas mati di Jakarta. Semuanya positif flu burung

3 Gejala Utama Flu Burung

Orangtua perlu jeli mengenali gejala flu burung. Sepintas, sulit membedakan gejalanya dengan flu biasa atau penyakit lain. Namun dengan pemeriksaan sederhana di rumah sakit atau puskesmas, dokter dan orangtua bisa mengenalinya karena ada 3 gejala klinis utama yang khas untuk penyakit flu burung, yaitu:

1. Demam TinggiDemamnya bisa mencapai 38°C atau lebih, sebagai tanda virus sudah menginfeksi tubuh. Ini berbeda dengan flu biasa yang ditandai dengan demam ringan atau bahkan terkadang tidak demam sama sekali. Flu burung umumnya tak disertai dengan keluarnya lendir dari hidung seperti yang terjadi pada flu biasa.

2. BatukSelain demam tinggi, beberapa hari kemudian penderita flu burung akan mengalami batuk. Mengapa? Karena virus H5N1 menetap di paru-paru yang memiliki kelembapan dan bersuhu rendah. Jelas saja karena virus bisa bertahan hidup lama jika berada di tempat bersuhu rendah. Adanya virus di paru-paru inilah yang akan menyebabkan kompensasi batuk.

3. Sesak NapasJika tak diobati, perkembangan virus turut membebani kerja paru-paru. Akibatnya dalam beberapa hari ke depan, gangguan sesak napas pun timbul. Sangat jarang penderita flu biasa mengalami sesak napas.

 Baca juga: Kenali dan bentengi anak dari penyakit flu burung. Begini caranya

Gejala Lain yang Mungkin Timbul

Penderita flu burung juga kadang-kadang mengalami gejala-gejala klinis seperti di antaranya: diare, sakit tenggorokan, nyeri otot, pusing, muntah. Cuma, kasusnya sangat jarang. Diare, misal, hanya dialami sekitar 1 % penderita suspek flu burung di tanah air.

Bawa Anak ke Dokter Jika..

Begitu terdapat gejala pertama, yaitu demam tinggi 38°C, segera bawa penderita ke dokter agar mendapatkan penanganan tepat dan cepat. Jangan tunggu hingga penderita mengalami gejala batuk, apalagi sampai sesak napas. Seiring dengan itu, lakukan observasi, apakah penderita pernah kontak dengan unggas. Pengertian kontak di sini bukan hanya bersentuhan langsung secara fisik, melainkan juga pernah mendekati kandang atau tempat pemeliharaan unggas, bermain-main di sekitar penampungan unggas seperti pasar, bahkan mungkin menghirup virus dari kotoran unggas yang terjangkit. Masa inkubasi flu burung sekitar 1-3 hari setelah kontak. Perhatikan juga, adakah unggas yang terjangkit di sekitar tempat tinggal Anda? Jika ya, risiko terjangkit flu burung semakin tinggi.

Tip Hindari Flu Burung

* Hingga kini diyakini, penyebab utama seseorang terkena flu burung adalah kontak dengan unggas danbabi yang terjangkiti virus Al. Karenanya, jangan pernah bersentuhan langsung dengan unggas dan babi yanghidup maupun mati.

* Usahakan tidak bepergian ke dekat tempat pemeliharaan dan penampungan unggas maupun babi.Bahkan melihat pun sudah berarti melakukan kontak dengan sumber penularan penyakit ini.

* Cuci tangan setiap kali habis memegang daging unggas mentah, bermain atau beraktivitas, sebelummakan, dan lainnya. Lakukan dengan air mengalir. Sabuni seluruh permukaan telapak dan punggung tangandengan bersih, sekitar 5 menit.

* Gunakan penutup hidung dan sarung tangan bila akan mengolah tanaman dengan pupuk kandang. Setelahitu cuci tangan sampai bersih, mandi, dan ganti pakaian.

* Ganti pakaian anak setiap kali habis bermain di luar atau pergi (terutama dari pasar). Bisa saja kuman dari luarmenempel pada pakaian meski kelihatannya bersih.

* Jaga kebersihan badan dengan mandi, begitu pun sehabis dari bepergian.

* Jaga daya tahan tubuh dengan mengonsumsi makanan bergizi dan istirahat cukup.

* Tidak membuang sampah sembarangan. Jika membuang sisa bahan pangan hewani (jeroan, bulu ayam, dan Iainlain),bungkuslah dengan plastik dan buang di tempat sampah.

* Masak makanan sampai matang. Untuk daging ayam hendaknya dimasak di atas suhu 100°C. Telur sebaiknyadicuci bersih dari kotoran sebelum disimpan dan sebelum dimakan direbus sekitar 5 menit atau dioalah dengan cara lainsampai matang. Jangan makan daging unggas yang masih berwarna merah muda ataupun telur setengah matang.

* Tidak memelihara unggas/ayam di dalam rumah dan pekarangan. Apalagi jika pemukiman penduduk tergolongrapat dan padat, sementara hewan peliharaan diberi wilayah gerak. Jika pun ingin memelihara unggas dalam jumlahkecil harus memenuhi syarat sebagai berikut:• Hewan peliharaan tidak dilepas tapi dikandangkan. Kandang dibersihkan setiap hari secara teratur. Siram, cuci, sikat dan beri desinfektan.

• Vaksinasi diberikan sesuai aturan terhadap unggas peliharaan yang sehat dan lakukan penyemprotan desinfektansecara tepat. Hal ini bisa dilakukan sendiri setelah mendapat pelatihan dari petugas dinas petemakan.

• Melaporkan pada dinas petemakan setempat bila ditemui kasus kematian tanpa sebab jelas pada hewanpeliharaan.

Ipoel

Sumber:

Konsultan Ahli:Drs. Tri Krianto, MKes., Kepala Departemen Pendidikan Kesehatan dan llmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia.