Kenali dan Bentengi Tubuh Anak dari Infeksi Flu Burung

By Ipoel , Senin, 21 Maret 2016 | 05:46 WIB
Kenali dan Bentengi Tubuh Anak dari Infeksi Flu Burung (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com - Beberapa hari lalu Jakarta dikejutkan dengan puluhan unggas yang mati, semuanya positif flu burung. Baca di sini : Puluhan unggas mati mendadak di Jakarta, semunya positif flu burung.

Penyakit flu burung atau avian influenza semula berjangkit dan menular di antara unggas di seluruh dunia, baik unggas ternak maupun liar, dan sangat mematikan. Penyebabnya adalah virus strain H5N1.

Adapun penularannya, berasal dari unggas ke unggas terutama ayam. Kemudian pada 1997 ditemukan pertama kali penularan dari unggas kepada manusia. Hingga sekarang belum ada penularan flu burung antarmanusia. Namun, selama masih ada virus flu burung pada unggas, maka tetap ada ancaman bagi manusia. Ada dugaan, bila virus ini bermutasi, bukan tidak mungkin terjadi penularan flu burung antarmanusia.

Penularan flu burung ke manusia terjadi melalui kontak langsung dengan unggas terinfeksi (lewat air liur atau kotorannya) atau kontak tak langsung (berada dalam lingkungan yang terkontaminasi virus flu burung). Asal tahu saja, tingkat kematian (Case Fatality Rate) penyakit flu burung dapat mencapai lebih dari 80% . Boleh dikatakan, dari 100 orang yang terjangkit flu burung, 80 orang meninggal, sisanya 20 orang selamat.  

Penyakit flu burung tercatat pertama kali diidentifikasi di Italia lebih dari 100 tahun lalu. Mulanya, penyakit ini adalah penyakit hewan yang menyerang bangsa unggas. Flu burung dapat menyerang berbagai jenis unggas, meliputi ayam, kalkun, merpati, unggas air, burung-burung piaraan, hingga ke burung-burung liar. Virus ini juga didapatkan pada babi, kuda, dan binatang laut menyusui seperti ikan paus dan anjing laut. Terakhir terungkap virus H5N1 ini telah diidentifikasi pada harimau, kucing dan macan tutul. Sebelumnya binatang ini tidak dianggap sebagai banatang yang dapat dicemari virus flu burung. Babi juga dapat tertular dan sebagai perantara penularan ke manusia. Belakangan terungkap virus bukan hanya menempel di kulit, tetapi dibiakkan dan bermutasi di peredaran darah binatang babi.

Penyebab dan cara penularan pada manusia

Dari hasil studi yang ada menunjukkan, unggas yang sakit oleh Influenza A atau virus H5N1 dapat mengeluarkan virus dengan jumlah besar dalam kotorannya, virus itu dapat bertahan hidup di air sampai empat hari pada suhu 22 derajat celcius dan lebih dari 30 hari pada nol derajat celcius. Di dalam kotoran dan tubuh unggas yang sakit, virus dapat bertahan lebih lama. Virus ini mati pada pemanasan 56 derajat Celcius dalam 3 jam atau 60 derajat celcius selama 30 menit. Bahan disinfektan fomalin dan iodine dapat membunuh virus ini.

Virus flu burung hidup di dalam saluran pencernaan unggas. Burung yang terinfeksi virus akan mengeluarkan virus ini melalui saliva (air liur), cairan hidung, dan kotoran. Avian Virus influenza avian dapat ditularkan terhadap manusia dengan 2 jalan. Pertama kontaminasi langsung dari lingkungan burung terinfeksi yang mengandung virus kepada manusia, cara lain adalah lewat perantara binatang babi. Penularan diduga terjadi dari kotoran secara oral atau melalui saluran pernapasan.

Manifestasi klinis

Tampilan klinis manusia yang terinfeksi flu burung menunjukkan gejala seperti terkena flu biasa, diawali dengan demam, nyeri otot, sakit tenggorokan, batuk dan sesak napas. Adanya kontak dalam 7 hari terakhir dengan unggas di peternakan terutama jika unggas tersebut menderita sakit atau mati. Dalam perkembangannya kondisi tubuh sangat cepat menurun drastis. Bila tidak segera ditolong, korban bisa meninggal karena berbagai komplikasi, komplikasi yang mengancam jiwa adalah mengakibatkan gagal napas dan gangguan fungsi tubuh lainnya.

Flu burung banyak menyerang anak-anak di bawah usia 12 tahun, hampir separuh kasus flu burung pada manusia menimpa anak-anak, karena sistem kekebalan tubuh anak-anak belum begitu kuat. Masa inkubasi penyakit, dimana saat mulai terpapar virus hingga mulai timbul gejala sekitar 3 hari. Sebagian besar penderita mengalami produksi dahak yang meningkat, di antaranya dahak bercampur darah. Diare dialami oleh sebagian besar penderita. Semua penderita mengalami kelainan pada pemeriksaan hasil foto roentgen saat pertama kali masuk Rumah Sakit. Semua penderita menunjukkan limpopenia dan sebagian besar penderita mengalami trombositopeni.

Diagnosis ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan laboratorium. Dikatakan diduga mengalami infeksi virus influenza A(H5N1) atau Probable Case, bila didapatkan antibodi spesifik spesimen serum. Diagnosis Pasti bila hasil biakan virus positif Influenza A (H5N1) atau hasil pemeriksaan PCR positif untuk influenza H5. Peningkatan titer antibodi spesifik H5 sebesar > 4 kali dan hasil dengan IFA positif untuk antigen H5 juga merupakan petanda diagnosis pasti. Menurut kesepakatan internasional, serangan virus flu burung baru dipastikan setelah ada hasil pemeriksaan dari laboratorium rujukan WHO.

Baca juga: Banyak Mama tidak tahu, ini beda gejala flu burung dan flu biasa

Gejala

Pengobatan dan pencegahan

Seperti penyakit virus lainnya, sebenarnya penyakit ini belum ada obat yang efektif. Penderita hanya akan diberi untuk meredakan gejala yang menyertai penyakit flu itu, seperti demam, batuk atau pusing. Obat-obatan itu hanya meredam gejalanya, tapi tidak mengobati. Tetapi Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat telah merekomendasikan 4 jenis obat antiviral untuk pengobatan dan pencegahan influenza A.

Jenis obat tersebut diantaranya adalah M2 inhibitors (amantadine and rimantadine) dan neuraminidase inhibitors (oseltamivir and zanimivir). Kadangkala beberapa galur virus influenza menjadi resisten terhadap satu atau lebih jenis obat tersebut. Misalnya, virus influenza A (H5N1) yang berhasil diidentifikasi dari penderita di Asia tahun 2004 – 2005 ternyata resisten terhadap obat amantadine dan rimantadine.

Orang yang berisiko mendapat flu burung atau yang terpajan harus mendapat pencegahan dengan oseltamivir 75 mg dosis tunggal selama 1 minggu. Jika vaksin untuk flu burung ini telah tersedia, dapat diberikan pada semua orang yang diduga kontak dengan unggas atau peternakan unggas yang terinfeksi dengan avian influenza (H5N1).

Orang yang diindikasikan kontak khususnya orang yang bertugas memisahkan unggas yang sakit atau yang terlibat dalam pemusnahan unggas dan orang yang hidup dan bekerja di peternakan unggas dimana telah dilaporkan terdapat atau dugaan H5N, tenaga kesehatan yang menangani kasus influenza H5N1 pada manusia dan tenaga kesehatan yang bekerja pada sarana pelayanan darurat di daerah terjadinya influenza H5N1 pada burung juga dianggap orang yang beresiko.

Sejauh ini belum ditemukan vaksin yang dapat mencegah penyakit flu burung galur H5N1 pada manusia. Beberapa ahli di berbagai negara maju telah melakukan penelitian untuk menemukan vaksin untuk tersebut. WHO bersama Global Influenza Surveillance Network saat ini mengembangkan prototip virus H5N1 untuk mengungkap lebih jauh penemuan vaksin tersebut. Hingga sekarang belum ada vaksin yang tepat untuk influenza, termasuk avian influenza.

Karena waktu perubahan mutasi virus sangat singkat yakni dalam kurun waktu tiga tahun, perubahan cepat model virus inilah yang menyebabkan para peneliti kesulitan untuk menemukan antiviral yang efektif jangka panjang. Vaksin prototip virus yang telah ditemukan dan dikembangkan tahun 2003 ternyata tidak dapat digunakan lagi, pada evaluasi awal tahun 2004 ternyata virus telah bermutasi secara bermakna.

Pencegahan umum penyakit ini adalah mengurangi kontaminasi dengan binatang, bahan dan alat yang dicurigai tercemar virus. Tahapan Kewaspadaan Universal Standar perlu dilakukan untuk tindakan tersebut. Diantaranya adalah cuci tangan dilakukan di bawah air mengalir dengan menggunakan sabun dan sikat selama kurang lebih 5 menit, yaitu dengan menyikat seluruh permukaan telapak tangan maupun punggung tangan. Hal ini dilakukan sebelum dan sesudah memeriksa penderita atau kontak dengan unggas yang dicurigai terinfeksi. Pakaian yang digunakan adalah pakaian bedah atau pakaian sekali pakai. Memakai masker N95 atau minimal masker bedah.Menggunakan pelindung wajah atau kaca mata goggle, apron atau gaun pelindung, sarung tangan, pelindung kaki atau sepatu boot.

Menghadapi masalah timbulnya flu burung di Indonesia, sebaiknya masyarakat tidak terlalu panik. Masyarakat dalam beberapa tahun terakhir ini telah menghadapi banyak cobaan masalah kesehatan yang tidak kalah ganasnya, seperti DBD, SARS dan Poliomielitis. Berbekal pengalaman itu, dengan kewaspadaan, tawakal dan berusaha keras menggunakan pola hidup sehat, ternyata keadaan yang mengkawatirkan itu akhirnya dapat dilalui.

Ipoel

Sumber:

Wawancara dr. Karel Staa, Sp.A,

Doktersehat.com

Foto : johansurya.com