KemenPPPA Ungkap Kendala Terbesar Selama Mengupayakan Keluarga Sehat Anak Berprestasi dan Dampaknya

By Shannon Leonette, Kamis, 21 Desember 2023 | 15:12 WIB
Sektor pemerintahan, salah satunya KemenPPPA, juga menghadapi kendala dalam mendorong upaya terciptanya keluarga sehat anak berprestasi. Kendala tersebut adalah masih diterapkannya budaya patriarki dalam keluarga. (Nakita.id)

Nakita.id - Peringatan Hari Ibu tinggal hitungan hari lagi, Moms.

Melalui momen Hari Ibu, kita diingatkan kembali akan peran dan kesempatan perempuan dalam masyarakat yang setara dengan laki-laki.

Apalagi, kita semua tahu bahwa perempuan berperan penting dalam menciptakan keluarga sehat anak berprestasi.

Hal ini tentunya tidak dapat dipungkiri, karena peran perempuan sebagai ibu sangat bermanfaat bagi tumbuh kembang anak di masa mendatang.

Tujuannya, agar anak bisa menjadi pribadi yang berprestasi dan berhasil di segala aspek kehidupannya.

Supaya cita-cita ini bisa terwujud, tentu dibutuhkan kolaborasi lintas sektor termasuk dari pemerintah.

Salah satunya adalah Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA RI).

Kendala Terbesar yang Dialami KemenPPPA

Dalam rangka mewujudkan cita-cita keluarga sehat anak berprestasi, tentunya ada banyak sekali kendala yang dihadapi KemenPPPA.

Namun menurut Rohika Kurniadi Sari, kendala terbesar yang dihadapi adalah pendekatan kepada keluarga itu sendiri. Terutama yang masih berpegang teguh pada patriarki.

"Patriarki sangat memengaruhi kualitas keluarga itu sendiri," sebut Rohika dalam acara Instagram Live Referenata: Peran Ibu dalam Wujudkan Keluarga Sehat, Anak Berprestasi, Selasa (19/12/2023).

"Hal ini (patriarki) bisa menjadi kuat, sehingga akan berdampak kepada superioritas dan inferioritas," ungkap Rohika.

Baca Juga: Tema dan Sejarah Hari Ibu Nasional yang Diperingati Setiap Tanggal 22 Desember

Padahal, lanjut Rohika, dalam konsep relasi keluarga itu seharusnya setara.

Adanya relasi keluarga yang tidak setara ini justru akan melahirkan hegemoni, atau kekuasaan terhadap satu sama lain dan tidak bisa hidup berdampingan.

Menurut Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan KemenPPPA RI ini, ketidaksetaraan dalam keluarga justru bisa melahirkan anak yang nantinya akan meniru hal yang sama ketika menikah dan berkeluarga.

Rohika Kurniadi Sari selaku Asisten Deputi Pemenuhan Hak Anak atas Pengasuhan dan Lingkungan KemenPPPA RI.

"Di samping tadi, dampaknya juga bisa memengaruhi pada pengabaian dalam perlindungan anak yang mana terjadi banyak kekerasan terhadap anak, juga tingginya perkawinan pada usia anak terutama anak perempuan," jelas Rohika menambahkan.

"Isu-isu lainnya yang mungkin bisa dirasakan anak sekarang ini adalah mengalami gangguan kesehatan mental," tambahnya lagi.

Menekankan pada UU Perlindungan Anak

Rohika menyampaikan dengan jelas bahwa dalam Undang-Undang (UU) Perlindungan Anak itu ada empat pilar. Diantaranya:

a. mampu mengasuh, memelihara, mendidik, serta melindungi anak;

b. menumbuh kembangkan minat sesuai dengan bakat anak;

c. mencegah perkawinan pada usia anak; dan

d. menumbuhkan pendidikan karakter pada anak.

Baca Juga: Pentingnya Peran Ayah Membantu Ibu Ciptakan Keluarga Sehat Anak Berprestasi, Begini Caranya

Rohika dengan tegas menekankan, pendidikan karakter pada anak ini sangat penting disampaikan selama lima tahun pertama kehidupannya.

Bahkan, akan lebih baik lagi jika orangtua sudah menetapkan pondasi dalam keluarga jauh sebelum menikah.

Dalam masa globalisasi sekarang ini, beliau juga menyampaikan bahwa jika keluarga tidak memiliki pondasi atau landasan yang kuat, maka keluarga tidak akan sehat secara jiwa dan raga.

"Masih banyak orangtua yang belum bisa menjalankan fungsinya sebagai orangtua.

Mereka hanya melahirkan, dipanggil ayah dan ibu, dan sebagainya tapi belum mampu untuk melakukan fungsi, kewajiban, serta tanggung jawabnya sebagai orangtua," tuturnya.

Selain orangtua, Rohika juga menegaskan bahwa masyarakat juga bertanggung jawab terhadap anak.

"Siapa pun orang dewasa tersebut, dia punya tanggung jawab terhadap anak di manapun anak berada, anak dalam kondisi apa, dan lain-lain. Kemudian, dibawa ke tingkat struktural dalam pemerintahan," katanya menegaskan.

"Ini tidak mudah. Ini kompleks ya. Jadi, kita di sini saling melengkapi untuk menyelesaikan kendala yang ada dalam masyarakat kita," tutupnya.

Maka dari itulah, sebagai orangtua, jangan sampai Moms tidak menjalankan fungsi pengasuhan dalam keluarga ya.

Jangan lupa juga untuk mengajak pasangan mengasuh anak sebagai tanggung jawab bersama untuk melahirkan generasi yang berkualitas di masa mendatang.

Terakhir, apabila Moms mendapati anak dalam situasi sulit, jangan sungkan untuk cari tahu dan melapor ke pihak berwajib. Semoga bermanfaat!

Baca Juga: Psikolog Ini Beri Tips untuk Ibu Pekerja, Cara Bagi Waktu yang Efisien Antara Bekerja dan Mengurus Keluarga