Bisa Jadi Bahan Pertimbangan, Simak Ciri-ciri Orangtua Toxic dan Cara Memperbaikinya Supaya Hubungan dengan Anak Harmonis

By Kirana Riyantika, Minggu, 14 Januari 2024 | 13:30 WIB
Ciri-ciri orangtua toxic (Freepik)

Nakita.id - Sebagai sosok yang memiliki peran sentral dalam perkembangan anak, peran orangtua sangatlah penting.

Namun, tidak semua orangtua mampu memberikan pengasuhan yang positif dan mendukung pertumbuhan anak.

Beberapa orangtua bisa dikategorikan sebagai 'toxic' atau beracun dalam hubungan dengan anak-anak mereka.

Artikel ini akan membahas ciri-ciri orangtua toxic dan memberikan saran tentang cara memperbaiki hubungan tersebut.

Ciri-ciri Orangtua Toxic

1. Kontrol Berlebihan

Orangtua yang bersifat toxic cenderung mengontrol setiap aspek kehidupan anak, tanpa memberikan ruang untuk berkembang dan mandiri.

Mereka mungkin tidak mempercayai kemampuan anak untuk membuat keputusan sendiri.

2. Kritik yang Berlebihan

Orangtua toxic seringkali lebih fokus pada kekurangan daripada kelebihan anak.

Kritik yang konstan dan berlebihan dapat merusak harga diri anak, menghambat perkembangan positifnya.

3. Ketidaksetaraan dan Diskriminasi

Orangtua yang tidak adil dan membedakan perlakuan antara anak-anaknya dapat menciptakan lingkungan yang tidak sehat.

Hal ini dapat menyebabkan persaingan di antara saudara, dan memicu perasaan cemburu dan tidak adil.

4. Kurangnya Empati

Orangtua toxic mungkin tidak peka terhadap perasaan anak.

Mereka tidak bersedia mendengarkan atau memahami perspektif anak, sehingga anak merasa diabaikan dan tidak dihargai.

 Baca Juga: Berikut Tanda Anak Punya Pertemanan Toxic, Apa yang Perlu Diketahui Orangtua?

5. Ketidakstabilan Emosional

Orangtua yang tidak dapat mengendalikan emosinya sendiri seringkali menciptakan ketidakstabilan emosional dalam rumah tangga.

Hal ini dapat memengaruhi suasana hati anak dan memicu stres yang berlebihan.

Cara Memperbaiki Hubungan dengan Anak

1. Refleksi Diri

Orangtua dan anak perlu melakukan introspeksi untuk memahami peran masing-masing dalam hubungan yang toxic.

Kenali pola perilaku yang dapat merusak hubungan dan buka diri untuk perubahan.

2. Komunikasi Terbuka

Bicarakan perasaan, harapan, dan kekhawatiran masing-masing secara terbuka.

Dengarkan dengan penuh perhatian tanpa menghakimi, dan hindari tanggapan defensif.

3. Batas dan Batasan

Tentukan batasan yang sehat untuk melindungi diri dan mencegah konflik.

Jelaskan dengan jelas apa yang dapat diterima dan apa yang tidak.

4. Minta Maaf dan Beri Maaf

Jika terdapat kesalahan atau luka, minta maaf dengan tulus.

Berikan maaf dan belajar untuk melanjutkan, tanpa terus membawa masa lalu dalam setiap interaksi.

5. Temui Bantuan Profesional

Jika hubungan tetap sulit, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari ahli psikologi atau konselor keluarga.

 Baca Juga: Kebiasaan Toxic Orangtua ke Anak yang Tidak Boleh Diulangi, Bisa Bikin Trauma Si Kecil!

Proses terapi dapat membantu dalam memahami dan mengatasi masalah yang mendasari hubungan toxic.

6. Pendidikan

Pelajari bersama mengenai cara membangun hubungan yang sehat melalui buku, seminar, atau sumber informasi lainnya.

Pemahaman bersama akan membantu dalam menciptakan persepsi yang lebih positif.

7. Hormati Perbedaan

Terima kenyataan bahwa orangtua dan anak mungkin memiliki nilai, keyakinan, atau pandangan yang berbeda.

Hargai perbedaan tersebut tanpa menghakimi atau mencoba mengubah satu sama lain.

8. Libatkan Keluarga Lainnya

Melibatkan anggota keluarga lainnya dapat memberikan perspektif tambahan dan dukungan.

Diskusikan bersama untuk menciptakan lingkungan keluarga yang lebih sehat.

9. Perubahan Bertahap

Perbaikan tidak selalu terjadi dalam semalam. Berikan waktu dan kesabaran untuk perubahan bertahap.

Fokus pada progres positif dan hindari membebani diri dengan ekspektasi yang tidak realistis.

10. Prioritaskan Kesehatan Mental

Jaga kesehatan mental dengan menjaga kestabilan emosional dan mengambil tindakan yang positif untuk diri sendiri. Terapkan strategi koping yang sehat untuk mengatasi stres.

Sebagian isi artikel ini ditulis menggunakan teknologi kecerdasan buatan.

Baca Juga: Ketika Mertua Menjadi Toksik, Ciri-ciri yang Membedakan Hubungan Keluarga yang Sehat