Penyebab Stunting Bisa karena Terjangkit Demam Berdarah, Benarkah?

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Selasa, 2 April 2024 | 13:30 WIB
Benarkah terjadinya stuntung dipicu karena DBD salah satunya? (Freepik.com/user18526052)

Nakita.id - Angka kasus demam berdarah dengue (DBD) kian meningkat di Indonesia.

Bahkan, anak-anak masuk ke dalam kelompok yang berisiko terkena demam berdarah dengue (DBD) akibat gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Hampir di seluruh rumah sakit di Indonesia pasien DBD mayoritas adalah anak-anak. 

Demam berdarah umumnya mengakibatkan si kecil mengalami demam tinggi, rewel, dan kehilangan nafsu makan.

Selain itu, penyakit ini juga bisa mengganggu pertumbuhan dan perkembangan sehingga menjadi penyebab stunting pada anak.

Sebelum menyimak penjelasan dokter terkait demam berdarah dengue yang bisa picu stunting.

Selain itu, Moms mungkin perlu mengetahui macam-macam gejala demam berdarah pada anak berikut.

Apa saja gejala demam berdarah pada anak?

Dilansir dari CDC, masa inkubasi virus demam berdarah terjadi antara 3-14 hari (paling sering 4-7 hari) setelah anak digigit nyamuk Aedes aegypti.

Gejala demam berdarah yang perlu diwaspada orangtua, antara lain:

- Anak mengalami demam atau kenaikan suhu tubuh mencapai 40 derajat celsius

- Gangguan pencernaan seperti mual muntah dan nyeri perut hebat

Baca Juga: Mengapa Stunting Harus Segera Diatasi dan Langkah Pencegahan

- Gusi berdarah

- Tangan dan kaki terasa berkeringat, basah, dan dingin

- Sesak napas

- Kehilangan nafsu makan, tidak mau minum bahkan menyusu

- Trombosit berkurang.

Jika anak mengalami kondisi di atas, Moms perlu segera membawa si kecil ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapat perawatan yang tepat.

Demam berdarah picu stunting, kok bisa?

Dokter spesialis anak dr. Kanya Ayu Paramastri Sp.A menjelaskan, demam berdarah bisa menjadi penyebab stunting pada anak karena penyakit ini mengganggu proses tumbuh kembang si kecil.

Anak yang terkena DBD biasanya kehilangan nafsu makan dan susah tidur sehingga si kecil akan kekurangan asupan nutrisi.

"Kalau seperti umumnya anak infeksi pasti nggak mau makan, anaknya rewel, susah tidur, otomatis kalau gangguan makan nutrisi bisa turun, kalau itu terjadi berulang daya tahan tubuhnya enggak oke," kata Kanya dilansir dari Antara, Minggu (5/11/2023).

Kanya melanjutkan, infeksi demam berdarah yang parah dan berulang bisa memicu stunting.

Ini berhubungan dengan asupan nutrisi anak yang tidak adekuat dan kebanyakan anak mengalami penurunan berat badan saat sakit.

Baca Juga: Apakah Stunting Berpengaruh pada Kesuburan Saat Anak Beranjak Dewasa?

Selain sebabkan stunting, demam berdarah juga picu dehidrasi dan kekurangan cairan yang bisa merusak otak si kecil.

Bagaimana cara mencegah stunting akibat demam berdarah?

Saat anak dirawat karena DBD, penting untuk memenuhi asupan nutrisinya.

Misalnya seperti cairan dan konsumsi protein hewani lebih banyak agar tidak gagal tumbuh atau mengalami stunting.

"Utamakan cairan untuk menggantikan cairan tubuh yang hilang, kedua karena dia virus kita harus naikin daya tahan tubuh dengan protein hewani itu sangat efektif," kata dokter Kanya.

Kemudian untuk pencegahan demam berdarah, Kanya menyarankan sempatkan untuk melakukan 3M.

3M yaitu menguras, mendaur ulang, dan menutup, dan rutin membersihkan rumah.

Saat membersihkan rumah, penting untuk memperhatikan ada atau tidaknya genangan air atau tempat-tempat yang bisa dihinggapi atau menjadi sarang nyamuk.

Dokter Kanya juga menyarankan agar anak mendapat vaksin demam berdarah sebagai proteksi atau perlindungan.

Vaksinasi demam berdarah bisa dilakukan mulai usia 6-45 tahun.

Kemudian gaya hidup yang perlu diterapkan seperti menjaga asupan nutrisi, konsumsi makanan yang mengandung protein hewani, dan istirahat cukup.

Dengan begitu harapannya si kecil dapat terhindar dari demam berdarah yang bisa menjadi penyebab stunting pada anak.

Baca Juga: Benarkah Susu Ibu Hamil Dapat Mencegah Stunting? Ini Faktanya

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Demam Berdarah Bisa Jadi Penyebab Stunting Pada Anak, Ini Saran Dokter"