IDAI Turun Tangan Saat ASI Diubah Jadi Bubuk dengan Freeze-Drying

By Aullia Rachma Puteri, Jumat, 10 Mei 2024 | 18:30 WIB
tren ASI bubuk (Freepik)

Hal ini memunculkan risiko kontaminasi, terutama saat penggunaan kembali air pada bubuk ASI sebelum dikonsumsi oleh bayi.

IDAI menegaskan bahwa belum ada rekomendasi resmi dari badan kesehatan internasional seperti CDC, AAP, atau FDA mengenai penggunaan ASI bubuk ini.

Perlu diingat bahwa ASI bukan hanya tentang nutrisi, tetapi juga tentang kekebalan dan perlindungan terhadap infeksi.

Oleh karena itu, proses pembuatan ASI bubuk yang tidak steril dapat menjadi masalah serius.

Produk susu bubuk ini juga tidak memenuhi standar keamanan yang sama seperti ASI segar, karena risiko kontaminasi dan multiplikasi bakteri selama penyimpanan.

IDAI menekankan bahwa ASI eksklusif langsung dari payudara ibu tetap menjadi yang terbaik untuk bayi.

Selain menyediakan nutrisi yang optimal, menyusui langsung juga membangun ikatan emosional antara ibu dan bayi, serta membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi.

Sementara influencer di media sosial mungkin mempromosikan ASI bubuk dengan klaim kualitas yang lebih baik, penting bagi masyarakat untuk mempertimbangkan informasi dari sumber yang terpercaya, terutama dari organisasi kesehatan dan ahli kesehatan anak.

Dalam hal ini, IDAI menekankan bahwa tidak ada alasan atau bukti yang cukup untuk mendukung penggunaan ASI bubuk sebagai pengganti ASI segar.

Tren ASI bubuk yang diolah melalui metode freeze-drying menjadi sorotan masyarakat, terutama setelah promosi oleh influencer di media sosial.

Meskipun klaim tentang keunggulan nutrisi dibuat, tetapi pandangan ini tidak sepenuhnya diterima oleh semua pihak, terutama oleh Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Baca Juga: ASI Melimpah Tanpa Booster, Ini 10 Cara Meningkatkan Produksi ASI