Maraknya Tren ASI Bubuk, Ini Kata IDAI Tentang Keamanan dan Kualitas

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Sabtu, 11 Mei 2024 | 18:30 WIB
Viral tren ASI bubuk, amankah? (Freepik)

Nakita.id - Di media sosial belakangan ini viral tren ASI bubuk.

ASI bubuk ini adalah metode mengubah ASI perah yang awalnya berbentuk cair menjadi bentuk bubuk.

Untuk diketahui, ASI bubuk tersebut diolah dengan cara pengeringan beku air susu ibu melalui metode freeze-drying atau teknik lyophilization.

Proses ini meliputi pembekuan ASI pada suhu ekstrim -50 derajat celsius selama 3-5 jam.

Setelah itu, dilanjutkan dengan proses mengubah ASI beku menjadi susu bubuk menggunakan teknik sublimasi atau transisi ekstraksi air selama 2 hari langsung dari bentuk padat (es) ke gas (uap air) tanpa fase cair.

Umumnya, 1 liter ASI akan menghasilkan sekitar 140 gram susu bubuk.

Menanggapi hal tersebut, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) angkat bicara.

IDAI menjelaskan bahwa proses pembekuan dan pengeringan ASI (freeze drying) memiliki dampak pada rasa dan kualitas air susu ibu.

Ketua Satgas ASI IDAI, DR Dr Naomi Esthernita Fauzia Dewanto, Sp.A(K) menjelaskan, dampak pengeringan beku pada komponen penting ASI saat ini masih belum diketahui.

Proses ini dinyatakan dapat mempertahankan struktur molekul susu, namun mengingat penggunaan suhu tinggi saat proses pengeringan untuk menghilangkan kandungan air, freeze-drying memiliki dampak pada rasa dan kualitas ASI.

“Tanpa bukti penelitian yang memadai, hingga saat ini belum jelas apakah freeze-dryed ASI memiliki rasio protein, lemak, karbohidrat yang tepat sebagai sumber nutrisi penting yang dibutuhkan bayi, berikut zat aktif untuk kekebalan tubuh dan tumbuh kembang bayi,” kata dr Naomi dalam rilis pers.

Baca Juga: Sering Dibandingkan, Benarkah Kualitas ASI Menyusui Langsung dan ASI Perah?

Metode freeze-drying juga tidak melalui prosedur pasteurisasi yang bertujuan membunuh bakteri berbahaya.

Dalam hal ini, pasteurisasi sengaja dihindari untuk menjaga probiotik vital yang ada dalam ASI.

Dengan demikian, risiko kontaminasi tetap menjadi ancaman, khususnya pada saat rekonsiliasi penambahan air pada bubuk freeze-dryed ASI sebelum dikonsumsi bayi.

Metode pembuatan ASI bubuk juga belum didukung dengan pembuktian melalui riset ilmiah sehingga belum ada aturan atau rekomendasi penggunaannya oleh organisasi kesehatan seperti CDC, AAP, atau FDA.

Untuk itu, Satgas ASI Ikatan Dokter Anak Indonesia memperingatkan kepada semua pihak agar tidak gegabah mempromosikan atau memberikan freeze-dryed ASI kepada bayi.

Apalagi bayi dengan kondisi medis tertentu seperti prematur atau bayi yang mengalami gangguan kekebalan tubuh atau penyakit kronis.

Zat aktif yang menjadi keunggulan ASI hilang dalam proses freeze-drying.

Produk susu bubuk ini tidak steril proses pembuatannya, ditambah adanya risiko multiplikasi bakteri selama penyimpanan.

IDAI juga menyarankan agar ibu tetap berupaya menyusui langsung dari payudara untuk menjalin kontak erat antara ibu dan bayi, menumbuhkan rasa aman, dan meningkatkan ikanan orangtua dan anak.Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Viral Tren ASI Bubuk, IDAI Buka Suara"

Baca Juga: Penyebab Bayi Sering Tersedak Setelah Minum ASI dan Cara Mengatasinya