Seimbangkan Tradisi dan Modernitas pada Dinamika Keluarga Modern di Indonesia

By Cynthia Paramitha Trisnanda, Rabu, 3 Juli 2024 | 13:55 WIB
Tradisi dan modernitas keluarga di Indonesia (Freepik)

- Parenting 2.0: Tumbuh kembang diri, kebahagiaan, dan bimbingan

Berbeda dengan pengasuhan ketat di masa lalu, keluarga di ASEAN saat ini dipandang bukan hanya sebagai investasi atau asuransi untuk masa depan, tetapi lebih sebagai sumber pertumbuhan dan kebahagiaan. Pola pengasuhan menghadirkan rasa terbimbing dan kebijaksanaan bagi anggota keluarga.

2. Nilai-Nilai Tradisional dalam Keluarga ASEAN (Diperoleh dari sudut pandang lain terhadap aspek tradisional)

- Keluarga: jaminan yang paling dapat diandalkan secara finansial dan emosional

Di wilayah ASEAN, keluarga dianggap sebagai kekayaan sejati, terutama dalam menghadapi tantangan yang tak terduga. Keluarga memberikan tidak hanya stabilitas finansial, tetapi juga cinta serta kebahagiaan. Anggota keluarga dapat selalu bergantung satu sama lain, baik sekarang maupun di masa depan.

- Hubungan keluarga sebagai paspor sosial

Orang-orang di ASEAN sangat menghargai tradisi dan prinsip keluarga mereka, melihatnya sebagai kunci untuk menumbuhkan nilai-nilai moral yang kuat dalam hidup serta meneruskannya kepada generasi berikutnya. Keyakinan ini membuat mereka berpikir bahwa individu berkeluarga dipersepsikan memiliki karakter yang baik dan lebih diterima oleh masyarakat.

- Fleksibilitas dalam peran demi keharmonisan keluarga

Di ASEAN, mayoritas masyarakat percaya bahwa dinamika keluarga didasarkan pada kesetaraan. Ini bukan tentang pembagian peran 50/50 tetapi lebih tentang fleksibilitas, memungkinkan setiap anggota memberikan kontribusi sesuai dengan kekuatan mereka dan merasa dihargai karenanya. Keseimbangan kekuasaan ini membantu menjaga keharmonisan dalam keluarga.

Pada keluarga Indonesia, ditemukan beberapa hal yang unik dan mencolok dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya.

Baca Juga: Asuransi Kesehatan selain BPJS untuk Keluarga Sehat Anak Berprestasi

Indonesia menjadi negara dengan persentase tertinggi di ASEAN (84%) yang mempercayai bahwa pendidikan agama atau kepercayaan religius merupakan kunci untuk menjadi orang yang baik dan berbudi luhur.