Makan Sehat tapi Idap Kanker Payudara, Dokter Jelaskan Kondisi Claudia

By Aullia Rachma Puteri, Sabtu, 27 Juli 2024 | 14:45 WIB
Kisah Claudia makan sehat tapi idap kanker payudara stadium 4 (Instagram/ @ciacialee)

Nakita.id - Pada tanggal 4 Juni 2024, sebuah unggahan di Instagram oleh akun @ciacialee yang menceritakan pengalaman pribadinya mengidap kanker payudara stadium 4 menarik perhatian banyak warganet.

Pemilik akun tersebut, yang bernama Claudia (27), menceritakan bahwa meskipun ia telah menjaga pola makan sehat sejak kecil, ia tetap terkena kanker payudara yang menurutnya dipicu oleh stres dan depresi berat yang dialaminya antara tahun 2020 hingga 2023.

Hingga 25 Juli 2024, unggahan tersebut telah dilihat sebanyak 448.000 kali dan mendapatkan lebih dari 120 komentar dari warganet.

Claudia, seorang perempuan asal Surabaya, Jawa Timur, pertama kali mengetahui adanya benjolan di payudara kirinya saat melakukan pemeriksaan rutin dengan dokter bedah.

Setelah pemeriksaan lebih lanjut, ia didiagnosis mengidap kanker payudara stadium 4, yang berarti kanker tersebut telah menyebar ke organ lain seperti kelenjar getah bening, paru-paru, dan tulang.

Diagnosis ini sangat mengejutkan bagi Claudia, terutama karena dia selalu menjaga gaya hidup sehat dan aktif berolahraga.

Claudia percaya bahwa stres yang dialaminya adalah pemicu utama kanker payudara yang dideritanya.

Meskipun tidak ada bukti ilmiah yang konklusif bahwa stres secara langsung menyebabkan kanker payudara, ada beberapa penelitian yang menunjukkan bahwa stres dapat memengaruhi sistem kekebalan tubuh, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan penyakit termasuk kanker.

Claudia menjelaskan bahwa jenis kanker yang ia alami adalah hormonal, dan stres diketahui dapat memicu perubahan hormon yang signifikan.

Hal ini membuatnya cukup yakin bahwa stres adalah penyebab utama kanker yang ia alami.

Selama periode 2020-2023, Claudia mengalami stres berat akibat berbagai masalah internal, yang diperparah oleh situasi pandemi Covid-19.

Baca Juga: Ajak Perempuan Indonesia Sadari Kanker Payudara Stadium Lanjut, KemenPPPA dan Novartis Adakan Kegiatan Edukasi 'Rights to Smile'

Ini menciptakan tekanan mental yang besar, yang menurutnya berkontribusi pada perkembangan penyakitnya.

Setelah didiagnosis, Claudia segera memulai perawatan kemoterapi yang direkomendasikan oleh dokter onkologinya.

Namun, perjalanan pengobatannya tidak selalu mulus.

Pada Februari 2024, kondisinya sempat menurun drastis akibat salah pengobatan di sebuah rumah sakit kanker di China.

Beruntung, kondisi Claudia mulai membaik setelah ia kembali berobat di Singapura, meskipun perjalanannya masih panjang dengan pengawasan rutin dan pemeriksaan setiap tiga bulan sekali untuk menilai perkembangan penyakitnya.

Prof. Ikhwan Rinaldi, Ketua Perhimpunan Onkologi Indonesia cabang Jakarta Raya (POI Jaya) dan dokter spesialis penyakit dalam konsultan hematologi onkologi medik, menyatakan bahwa hingga saat ini belum ada bukti ilmiah yang konklusif bahwa stres dapat secara langsung menyebabkan kanker payudara.

Kanker payudara disebabkan oleh pertumbuhan sel abnormal di jaringan payudara.

Namun, stres dapat mempengaruhi daya tahan tubuh, yang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk mengenali dan membunuh sel kanker yang muncul.

Oleh karena itu, meskipun stres mungkin bukan penyebab langsung, ia bisa menjadi faktor risiko yang mempengaruhi perkembangan kanker.

Ikhwan juga menekankan bahwa beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara stres kronis dan peningkatan risiko berbagai penyakit, termasuk kanker, meskipun bukti tersebut belum cukup kuat untuk menyimpulkan bahwa stres adalah penyebab utama.

Kanker payudara dapat menunjukkan berbagai gejala yang harus diwaspadai, termasuk adanya benjolan pada payudara atau di dekatnya, perubahan ukuran, bentuk, atau penampilan payudara, perubahan kulit di sekitar payudara, hingga pengelupasan atau berkerak pada kulit payudara.

Baca Juga: BERITA POPULER: Cara Efektif Mengusir Lalat di Meja Makan hingga Gejala Awal Kanker Payudara yang Jarang Disadari Para Wanita

Gejala-gejala ini sering kali tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga deteksi dini melalui pemeriksaan rutin sangat penting.

Beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terkena kanker payudara meliputi riwayat keluarga yang mengidap kanker, usia menstruasi pertama yang dini (sebelum usia 12 tahun), menopause yang terlambat (setelah usia 55 tahun), konsumsi alkohol, dan kehamilan pertama setelah usia 30 tahun.

Stres kronis juga dicatat sebagai faktor yang dapat meningkatkan risiko, meskipun hubungannya dengan kanker belum sepenuhnya dipahami.

Kisah Claudia dan perjuangannya melawan kanker payudara stadium empat menjadi pengingat bagi kita semua akan pentingnya kesehatan mental dan fisik.

Meskipun gaya hidup sehat dan pola makan yang baik penting, menjaga kesehatan mental juga tidak kalah pentingnya untuk mencegah berbagai penyakit.

Deteksi dini dan penanganan yang tepat adalah kunci dalam menangani kanker, dan kesadaran serta edukasi tentang faktor risiko dan gejala kanker harus terus ditingkatkan.

Baca Juga: Gejala Awal Kanker Payudara yang Jarang Disadari Para Wanita, Cek Sekarang!