Nakita.id - Kanker payudara masih menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Bahkan, WHO (World Health Organization) mencatat angka kematian kanker payudara mencapai 685.000 jiwa per tahun 2020.
Ditambah, data dari Globocan tahun 2020 yang mencatat, jumlah kasus baru kanker payudara mencapai 68.858 kasus (16,6%) dari total 396.914 kasus baru kanker di Indonesia.
Maka dari itu, untuk meningkatkan kesadaran perempuan Indonesia akan kanker payudara, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (KemenPPPA RI) dan PT Novartis Indonesia menyelenggarakan kegiatan edukasi media.
Kegiatan edukasi bertemakan 'Rights to Smile: Perempuan Bicara Kanker Payudara' ini diadakan pada Rabu (23/8/2023), dengan harapan perempuan Indonesia bisa lebih berdaya dalam memegang kendali atas kesejahteraan dan kesehatan mereka, khususnya terkait tatalaksana kanker payudara.
Deputi Bidang Kesetaraan Gender KemenPPPA Lenny N. Rosalin menyebut, kanker payudara adalah kanker dengan angka kejadian tertinggi di Indonesia, terutama pada perempuan.
"Penyebab utamanya adalah banyak masyarakat masih takut untuk memeriksakan diri dan rendahnya kesadaran untuk melakukan deteksi dini," ungkap Lenny.
"Padahal, apabila diketahui lebih dini, lebih cepat, pasien bisa mendapatkan penanganan yang lebih optimal. Sehingga bisa mempertahankan kualitas hidup yang lebih baik," lanjutnya menyampaikan.
Sebagai informasi, sebanyak 68-73 persen pasien terlambat mengunjungi pusat kesehatan untuk melakukan pemeriksaan dan sudah dalam kondisi stadium lanjut (stadium III dan IV).
Namun, angka kematian tersebut dapat diminimalisir sebanyak 43% jika masyarakat rutin melakukan deteksi dini dan mencegah penyebab kanker payudara.
"Perempuan memainkan peran yang sangat besar dalam masyarakat sebagai kunci kehidupan keluarga, baik sebagai pribadi, istri, dan ibu," sebut Lenny.
Baca Juga: Gejala Awal Kanker Payudara yang Jarang Disadari Para Wanita, Cek Sekarang!
Penulis | : | Shannon Leonette |
Editor | : | Cynthia Paramitha Trisnanda |
KOMENTAR