Tes Kesehatan Prakehamilan, Pentingkah?

By Heni, Senin, 30 Juni 2014 | 13:00 WIB
Tes Kesehatan Prakehamilan, Pentingkah? (Heni)

TabloidNakita.com - Saat Anda dan pasangan memutuskan ingin memiliki buah hati, pastilah Anda mengharapkan bayi yang sehat dan normal. Namun, kesehatan sang buah hati ternyata  sangat dipengaruhi bagaimana kondisi tubuh Anda dan pasangan saat ini.

Jadi, seperti kata pepatah, sebaiknya sedia payung sebelum hujan: tak ada salahnya Anda menemui dokter sekarang dan segera melakukan tes kesehatan prakehamilan. Tindakan ini bisa membuat Anda dan pasangan lebih tenang dan lebih percaya diri untuk menjadi calon orangtua. Para ahli menyebutkan, tes kesehatan prakehamilan juga meningkatkan kemungkinan hamil dan menurunkan risiko keguguran atau lahir cacat. Berikut ini adalah beberapa tahapan tes yang mungkin akan Anda jalani saat melakukan check-up kesehatan dengan dokter.

Wawancara kesehatan. Dokter akan mengajukan beberapa pertanyaan mendasar yang harus Anda jawab dengan jujur dan lengkap.

- Riwayat kesehatan Anda dan keluarga.

- Riwayat vaksinasi Anda. Siapkan data-data vaksin Anda sebelum menemui dokter.

- Gaya hidup Anda: Diet, olahraga, konsumsi rokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang.

- Obat-obatan yang Anda konsumsi secara rutin. Obat-obatan tertentu bisa menghambat kehamilan. Dokter mungkin akan merekomendasikan Anda untuk berhenti mengonsumsi obat tersebut atau menggantinya dengan yang lain.

Tes kesehatan prakehamilan. Di sini dokter akan memberikan Anda serangkaian pemeriksaan menyeluruh:

- Pemeriksaan payudara. Tujuannya mendeteksi kemungkinan kanker payudara.

- Pemeriksaan tekanan darah. Calon ibu yang memiliki tekanan darah sistolik lebih dari  140 mmHg, memiliki kemungkinan besar menderita preeklampsia atau eklampsia. Biasa disebut kondisi hipertensi dalam kehamilan.

- Tes gula darah.  Dengan begitu diketahui apakah  calon Mama mengidap diabetes melitus atau intoleransi glukosa yang bisa berkembang menjadi diabetes.

- Tes darah untuk faktor Rhesus (Rh). Setiap manusia lahir dengan faktor Rhesus (+) atau (-). Memang, hampir 90% perempuan Asia memiliki Rh (+). Masalah muncul apabila sebagian kecil perempuan yang memiliki  Rh (-) mengandung janin yang memiliki Rh (+). Istilah untuk kondisi seperti ini adalah “inkompatibilitas rhesus” yang dapat mengakibatkan kematian janin.

- Pemeriksaan panggul dan Pap’s smear. Pemeriksaan ini berfungsi untuk mendeteksi munculnya sel-sel tidak normal yang bisa berkembang menjadi kanker di daerah leher rahim.

- Pemeriksaan kesuburan terutama bagi yang berumur 35 tahun ke atas. Kehamilan pada umur 35 tahun atau lebih memiliki risiko bayi lahir dengan masalah kromosom, contohnya down syndrome.

- Pemeriksaan TORCH: Toxoplasma, Rubella, Cytomegalovirus,  dan Herpes Simplex Virus. Calon Mama yang mengidap salah satu virus tadi  kemungkinan besar mengalami keguguran, bayi lahir prematur, atau bayi lahir cacat.- Tingkat depresi atau masalah kesehatan mental.- Kondisi berat badan: Obesitas atau terlalu kurus.- Gangguan tiroid.

Tes genetik. Untuk beberapa perempuan, dokter akan merekomendasikan tes genetik yang sifatnya opsional ini. Tes dilakukan untuk mengetahui apakah Anda dan pasangan memiliki gen yang dapat membuat bayi memiliki kondisi medis tertentu.  Siapa yang dianjurkan melakukan tes genetik? Jika ternyata Anda berdua memiliki kemungkinan menurunkan penyakit genetik, selanjutnya Anda akan dianjurkan berkonsultasi dengan ahli genetika klinis. Anda akan diberi tahu beberapa tes lanjutan untuk mengatasi masalah tadi.  Dokter biasanya merekomendasikan uji genetik ini pada perempuan yang mengalami kesulitan hamil, pernah keguguran beberapa kali, atau bayi lahir mati.

Hasil tes kesehatan prakehamilan merupakan bukti nyata kondisi kesehatan kita. Bila ternyata ditemukan masalah, penanganan jadi bisa dilakukan segera. Ingat, beberapa masalah kesehatan harus segera diatasi karena dapat membuat Anda sulit hamil, berisiko menyebabkan keguguran, atau bayi lahir cacat.

Deasy Christina Siallagan