Jangan Menyusui Kalau Mama Sakit ini

By Ipoel , Rabu, 16 Desember 2015 | 23:07 WIB
Jangan Menyusui Kalau Mama Sakit ini (Ipoel )

Tabloid-Nakita.com - Saat sakit, banyak Ibu yang sedang menyusui cemas karena harus berhenti menyusui. Apalagi bila Ibu diharuskan mengonsumsi obat-obatan tertentu. Juga para dokter yang merawat Ibu yang akan memberikan saran yang “aman”, yaitu berhenti dulu menyusui hingga sembuh. Perlukah berhenti menyusui saat Mama sakit?

Jangan dulu. Ingat ketika pilihan berhenti menyusui diambil karena alasan sakit, maka beberapa risiko yang bisa dialami,di antaranya:

- Risiko bayi menerima susu formula karena Ibu tidak punya stok ASI perah yang mencukupi,  atau bahkan tidak pernah memerah. Risiko bayi menerima susu formula tentunya sudah umum diketahui seperti risiko alergi, tidak adanya proteksi seperti yang diberikan ASI , kandungan nutrisi tidak selengkap ASI , dan lain-lain.

- Risiko bayi tidak mau menyusu kembali pada Ibu setelah Ibu sembuh, yang disebut juga Nursing Strike. Hal ini umum terjadi apalagi bila Ibu melakukan penyapihan secara mendadak/tiba-tiba (abrupt weaning).

- Menurunnya produksi ASI Ibu. Bisa saja Ibu tetap menjaga memerah saat sakit, tapi dengan kondisi yang tidak ideal, frekuensi menyusu dan memerah tidak seperti biasanya, maka produksi ASI Ibu dapat berkurang.

Baca : Sudahkan bayi konsumsi cukup ASI. Pastikan dengan mengeceknya di sini

Selain itu, perlu ditekankan, sangat sedikit penyakit yang menyebabkan Ibu harus berhenti/kontraindikasi menyusui. Berikut ini beberapa penyakit menurut Dr Ruth Lawrence (ahli laktasi):

1. Infeksi HIV dan atau menjalani pengobatan antiretroviral (ARV).

2. Infeksi HTLV (T-cell lymphotrophic virus) Tipe 1 atau 2. 

3. Menggunakan obat-obatan terlarang (narkoba dan sejenisnya).

4. Sedang menjalani pengobatan kemoterapi untuk penyakit kanker.

5. Sedang menjalani terapi radiasi.

Baca juga : Jangan main gadget saat menyusui, ini dampak negatifnya.

Saat Ibu menderita beberapa penyakit berikut , maka disarankan sementara berhenti menyusui : 

1. Ibu menderita penyakit berat seperti Sepsis , septicemia dan harus diopname serta tidak diperbolehkan membawa bayi bersama Ibu.

2. Menderita cacar air dan Herpes simplex virus tipe 1 (HSV-1) pada payudara, bayi tidak boleh menyusu langsung pada payudara hingga lesi / blister sembuh. Ibu dapat memerah dan memberikan ASI perahnya. Tapi bila saat Ibu memerah dengan  tangan dan atau alat pompa menyentuh lesi/blister di payudara, maka ASI perah harus dibuang. Payudara yang tidak terdapat lesi/blister boleh disusui langsung oleh bayi.

3. Ibu mengonsumsi obat-obatan seperti obat psikoterapi, antiepilepsi, golongan opioid, dan lain-lain.

Mengenai Ibu yang terinfeksi HIV, secara umum sarannya Ibu tidak boleh menyusui. Namun beberapa negara mulai menerapkan Panduan terbaru dari WHO-UNICEF tahun 2010 (Guidelines on HIV and Infant Feeding 2010). Panduan tersebut menyatakan bahwa setiap negara memiliki wewenang untuk memutuskan asupan untuk bayi dari Ibu yang terinfeksi HIV, pilihannya : Ibu boleh tetap menyusui dengan pemberian obat antiretroviral / ARV pada bayi, atau tidak menyusui sama sekali. Bila ARV tersedia, maka Ibu yang terinfeksi HIV direkomendasikan untuk menyusui hingga bayi berusia 12 bulan. Pengganti ASI (PASI) tidak boleh diberikan jika tidak tersedia PASI yang memenuhi syarat AFASS (Acceptable, Feasible, Affordable, Sustainable , Safe).

Sementara saat Ibu yang menderita TB/Tuberkulosis atau TBC, panduan di Amerika masih menyarankan Ibu yang menderita TB aktif agar dipisahkan dari bayi dan tidak boleh menyusui. Ibu baru boleh menyusui setelah minimum selama 2 minggu menjalani pengobatan TB (OAT/Obat Anti TB). Sementara menurut panduan WHO- Breastfeeding and Maternal Tuberculosis , Ibu tetap dapat menyusui dengan meminimalkan kontak dekat dengan bayi, salah satunya dengan selalu mengenakan masker saat menyusui serta menjaga agar tangan selalu bersih. Anggota keluarga lain juga perlu diketahui statusnya menderita TB / tidak. Sementara bayi menjalani pengobatan pencegahan/profilaksis TB selama 6 bulan. 

Jadi saat Ibu menderita penyakit umum (common problem) seperti batuk-pilek (selesma/common cold), radang tenggorokan, diare, dan lain-lain, tidak ada alasan untuk menghentikan menyusui. Bila dokter meresepkan obat-obatan, pastikan bahwa obat-obatan tersebut sesuai panduan tatalaksana penyakitnya serta aman untuk Ibu menyusui. Penting diperhatikan agar Ibu rajin mencuci tangan, mengenakan masker saat batuk-pilek, membatasi kontak dekat dengan muka bayi, memperbanyak minum air putih/asupan cairan lainnya.

Baca : Agar ASI deras, lakukan hal ini ya Mam

KEUNTUNGAN IBU TETAP MENYUSUI BAYI SAAT SAKIT

Lalu apa manfaat bagi Ibu sendiri bila tetap menyusui saat sakit? Ini dia manfaatnya:

1. Menyusui mengurangi stress. Skin to skin contact dengan bayi serta terlepasnya hormon Oksitosin menurunkan tekanan darah  dan hormon stres (cortisol).

2. Menyusui meningkatkan sistem kekebalan dan mood Ibu.

3. Menyusui membantu proses metabolisme tubuh Ibu lebih efisien, contohnya usus ibu  menyerap nutrisi lebih efisien.

4. Menyusui membantu Ibu mendapatkan tidur lebih banyak dan lebih nyenyak. Penelitian menunjukkan, Ibu yang menyusui dapat tidur 40-45 menit lebih lama dibandingkan Ibu yang tidak menyusui serta kualitas tidurnya lebih baik (mencapai deep sleep lebih lama).

5. Menyusui membuat Ibu lebih merasa berharga. Saat sakit tentu Ibu merasa sedih, bahkan marah. Menyusui membuat perasaan Ibu lebih fokus pada aktivitas menyusui yang membuat Ibu merasa lebih berharga dan memiliki kontrol dibandingkan fokus pada perasaan sedih dan marah tersebut. Tentu saja Ibu perlu dibantu dalam memosisikan bayi, memindahkan bayi, dan lain-lain.

6. Saat Ibu sedang sakit, ASI Ibu mengandung antibodi yang spesifik akan penyakit Ibu saat itu, tentu saja melindungi bayi dari menderita penyakit yang sama. Bila bayi tertular dan menderita penyakit tersebut, tidak akan separah/seberat yang Ibu alami.

Baca : Pijat payudara bikin ASI lancar. Begini caranya

OBAT-OBATAN AMAN SAAT MENYUSUI

Mengenai keamanan obat-obatan untuk Ibu menyusui, ada beberapa sumber/database yang bisa digunakan tenaga kesehatan dan juga Ibu. Salah satunya database yang disusun oleh dr Thomas Hale. Dr Hale mengeluarkan Lactation Rick Categories yang secara umum dibagi menjadi beberapa kategori berikut : L1 (safest/paling Aman) , L2 (safer/lebih aman), L3 (moderately safe/cukup aman), L4 (possibly hazardous /kemungkinan berbahaya), L5 (contraindincated/dilarang untuk diberikan pada Mama menyusui). Bila ada tulisan NR (Not Reviewed) artinya obat tersebut belum diteliti keamanannya.

Ibu bisa melihat database dr Hale ini di website berikut : http://www.medsmilk.com/ .

Ada dua website lain yang bisa menjadi rujukan database keamanan obat-obatan untuk Ibu menyusui. Yang pertama adalah www.drugs.com serta LactMed (Drugs & Lactation Database) : http://toxnet.nlm.nih.gov/cgi-bin/sis/htmlgen?LACT .

Jangan lupa yang dimasukkan bukan merk obat tapi kandungan aktifnya.Pertimbangan lain yang perlu ditanyakan ke dokter saat meresepkan obat bagi Ibu menyusui adalah :

1. Usia bayi. Makin besar usia bayi apalagi bila bayi sudah mulai mengkonsumsi MPASI, maka bayi sudah mulai berkurang frekuensi menyusunya, yang berarti makin sedikit paparan obat yang masuk melalui ASI ke dalam tubuh bayi.

2. Berapa lama jangka waktu pengobatan. Beberapa obat-obatan dinilai aman bila dikonsumsi dalam jangka pendek, tapi bisa berbahaya untuk bayi bila dikonsumsi jangka panjang.

3. Apakah obat termasuk kategori short acting? Pilihan obat short acting lebih baik karena artinya kandungan obat berada di dalam tubuh Ibu dalam jangka waktu pendek.

4. Bagaimana cara pemberian obat. Pemberian obat via injeksi (suntikan) , mulut atau intravena (IV-infus).

5. Tanyakan, apakah obat tersebut mempengaruhi produksi ASI. Meski aman, ada beberapa obat yang menghambat produksi ASI, contohnya pseudoephedrine (dekongestan) yang terkandung di dalam obat sinus, batuk-pilek. Begitu pula dengan metoda pengatur kehamilan hormonal berupa pil maupun injeksi yang mengandung estrogen. Obat-obatan lain seperti Bromocriptine dan Carbegoline yang merupakan obat ketidakseimbangan hormon efeknya menekan hormon prolaktin.

Obat yang dinyatakan aman untuk Ibu yang sedang hamil belum tentu aman untuk Ibu yang menyusui. Hal ini karena selama kehamilan, janin bergantung pada tubuh Ibu untuk mengeluarkan racun, berbeda dengan bayi yang sudah lahir yang menggunakan ginjal dan hatinya yang belum matang untuk mengeluarkan racun.

Hal terakhir, sangat penting untuk menjaga produksi ASI dengan tetap menyusui (saat pengobatan yang diperbolehkan menyusui) dan atau tetap memerah rutin bila mampu per 3 jam. Tujuannya untuk menjaga produksi ASI serta mencegah masalah seperti pembengkakan, mastitis, dan lain-lain. Saran dari dr Hale adalah menghindari “Peak Concentration”. Sebagian besar obat memiliki peak concentration/konsentrasi tertinggi antara 1 hingga 1,5 jam pasca dikonsumsi. Jadi, paling tidak bayi bisa disusui / Ibu dapat memerah setelah 2 jam pasca mengonsumsi obat.Semoga bermanfaat dan Happy breastfeeding :) .