Nakita.id - Tragedi ledakan bom bunuh diri di Surabaya cukup membuat prihatin dan menyisakan kepedihan.
Belum reda dari kasus kerusuhan Mako Brimob, kejadian terorisme kembali terulang di tanah air.
Puluhan korban berjatuhan dalam tragedi ledakan bom bunuh diri di Surabaya.
BACA JUGA: Bongkar Baju-baju Nia, Jessica Kaget dengan Harganya yang Fantastis!
Kejadian yang sangat memilukan, terorisme sejak dulu seolah untuk memanfaatkan rasa takut yang ada pada manusia.
Seperti yang dikatakan peneliti Erix Mannik dalam Essay nya yang berjudul "Terorrorism: Its Past, Present and Future Prospects", terorisme sendiri bisa saja memiliki ratusan metode pada pelaksanannya.
Intinya, terorisme menggunakan kekerasan untuk menciptakan ketakutan pada masyarakat.
Tindak terorisme dianggap berhasil ketika masyarakat merasa takut, cemas dan panik.
BACA JUGA: Diterpa Kabar Tak Sedap, Sule Tetap Rayakan Ulang Tahun Putrinya dengan Meriah
Banyak anggapan jika simpatisan terorisme tak hanya mereka yang menaruh bom atau mengacungkan parang di lapangan.
Di era yang serba digital ini, media sosial juga digunakan untuk melancarkan aksi terorisme.
Tentu simpatisan terorisme yang menggunakan media sosial ini tak bisa diabaikan lagi.