Bom di Surabaya, Kemdikbud Berikan Tips Bicara Terorisme Pada Anak

By Amelia Puteri, Selasa, 15 Mei 2018 | 18:54 WIB
Kemdikbud berikan tips berbicara dengan anak tentang terorisme (skynesher/iStockphoto)

Nakita.id - Kejadian bom bunuh diri di Surabaya dan memberikan luka mendalam bagi masyarakat Indonesia.

Tragisnya, aksi pengeboman bunuh diri ini dilakukan oleh seluruh anggota keluarga, dan melibatkan anak-anak.

Kejadian ini pun dianggap sebagai salah satu bentuk terorisme pertama kali yang melibatkan anggota keluarga.

Sejak hari Minggu (13/5/2018), media pun ramai menayangkan informasi terkini akan berita terkait.

BACA JUGA: Kombinasikan Lemon dan Kayu Manis, Moms Akan Dapatkan 4 Manfaat ini

Baik berita melalui portal online, maupun tayangan di televisi.

Karena kasus ini, wajar bila di satu waktu anak akan mengutarakan rasa penasaran mereka terkait terorisme kepada orangtuanya.

Mungkin Moms dan pasangan sudah tahu bagaimana untuk menjawab dan menangani rasa penasaran Si Kecil.

BACA JUGA: Mata Cantik, Mata Tak Berkantung. Begini Cara Mendapatkannya!

Tetapi, akan ada beberapa orangtua yang tak tahu bagaimana cara menanggapi kebingungan mereka.

Mengingat, isu teroris dirasa cukup sensitif, terutama bagi anak di bawah umur.

Didasari hal ini, Kemdikbud mengunggah sebuah foto di media sosial Instagram yang berisikan panduan bagaimana cara bicara pada anak tentang terorisme.

 

Panduan bicara dengan anak tentang terorisme

"Panduan bagi orangtua:

1. Cari tahu apa yang mereka pahami.

Bahas secara singkat apa yang terjadi, meliputi fakta-fakta yang sudah terkonfirmasi, ajak anak untuk menghindari isu spekulasi.

2. Hindari paparan terhadap televisi dan media sosial yang sering menampilkan gambar dan adegan mengerikan bagi kebanyakan anak.

Terutama anak usia di bawah 12 tahun.

BACA JUGA: Simpel Banget, 5 Pose Yoga Ini Efektif Pangkas Berat Badan dalam Waktu Singkat

3. Identifikasi rasa takut anak yang mungkin berlebihan.

Pahami bahwa tiap anak memiliki karakter unik.

Jelaskan bahwa kejahatan terorisme sangat jarang, namun kewaspadaan tetap diperlukan.

4. Bantu anak mengungkapkan perasaannya terhadap tragedi yang terjadi.

Bila ada rasa marah, arahkan pada sasaran yang tepat, yaitu pelaku kejahatan.

Hindari prasangka pada identitas golongan yang didasarkan pada prasangka.

BACA JUGA: Seharga 10 Miliar! Begini Mewahnya Rumah Selebriti , Nikita Willy

5. Jalani kegiatan keluarga bersama secara normal, untuk memberikan rasa nyaman, serta tidak tunduk pada tujuan teroris mengganggu kehidupan kita.

Kebersamaan dan komunikasi rutin penting untuk mendukung anak.

6. Ajak anak berdiskusi dan mengapresiasi kerja para polisi, TNI, dan petugas kesehatan yang melindungi, melayani, dan membantu kita di masa tragedi.

BACA JUGA: Berat BadanTurun Hingga 15 Kilogram dengan Rangkaian Menu Diet Ini

Diskusikanlah lebih banyak tentang sisi kesigapan dan keberanian mereka daripada sisi kejahatan pelaku teror."

Tak hanya itu, dalam caption-nya, Kemdikbud juga mengingatkan para pengguna media sosial untuk memerhatikan hal-hal berikut:

"1. Agar tidak membagikan foto-foto atau video kerusakan dan korban.

Foto dan video yang mengerikan adalah salah satu wujud teror dan provokasi.

Menyebarkan foto dan video seperti itu merupakan tujuan dari teroris. 

Kita tidak mau menjadi alat dari tujuan teroris.

BACA JUGA: Kenali Gejala Awal Kanker Tulang Pada Anak yang Sering Tak Diasadari

2. Tidak membagikan informasi/kabar yang tidak jelas sumbernya.

Bisa jadi yang kita sebar adalah hoaks dan merupakan strategi memperbesar dampak teror melalui media sosial.

3. Tetap buka mata dan telinga, jaga kejernihan pikir; bersatu dalam doa dan solidaritas."