High Heels, High Risk

By Ipoel , Rabu, 10 Juli 2013 | 23:00 WIB
High Heels, High Risk (Ipoel )

Sebuah hasil jajak pendapat menyebutkan 7 dari 10 ibu hamil menderita berbagai keluhan pada kakinya akibat  mengenakan sepatu hak tinggi. Meski jajak pendapat tersebut dilakukan di luar negeri, yakni di Inggris, hasilnya tetap dapat dijadikan pelajaran bagi ibu-ibu hamil di sini. Pooling dari Britain's Society of Chiropodists and Podiatrists  dan dikutip oleh surat kabar Daily Mail ini, lebih jauh menguak dari 1.000 ibu hamil yang disurvei, 45% mengalami kaki bengkak, 37% bengkak di pergelangan kaki, dan 16%  menderita nyeri tumit selama masa kehamilan. Penyebabnya, para ibu hamil tersebut tidak menggunakan alas kaki yang tepat. Ini dibuktikan dari  data bahwa sebanyak 32% responden ternyata tak bisa melepas kebiasaan mengenakan sepatu hak tinggi (high heels) saat berbadan dua.

Tak salah bila ibu tetap ingin tampil chic selama hamil. Namun jangan dilupakan, selain memiliki fungsi estetika (membuat pemakai jauh lebih tinggi dan kaki tampak lebih jenjang), fungsi utama alas kaki sebenarnya adalah  pelindung kaki. Tampil modis oke-oke saja, selama yang digunakan adalah alas kaki yang aman. Biar bagaimanapun, selama hamil risiko pemakaian sepatu/sandal berhak tinggi ikut meninggi dibanding semasa tidak hamil. Kala perut semakin membesar, ibu lebih sulit menjaga keseimbangan terkait dengan tambahan beban di bagian depan tubuhnya. Jika ibu hamil mengenakan alas kaki berhak tinggi, tentunya kerja otot kaki untuk mengupayakan keseimbangan jadi lebih berat. Ketegangan otot inilah yang kemudian menimbulkan keluhan nyeri. 

Tip Memilih Alas Kaki

Cedera otot akibat pemakaian sepatu berhak tinggi, terutama terjadi pada pergelangan kaki. Selain itu, cedera bisa menjalar ke tendon yang biasanya ditandai dengan rasa nyeri di sekitar betis. Pemilihan alas kaki yang tidak tepat juga berisiko membuat ibu mudah jatuh. Jangan lupa pada saat mengandung, beban di perut membuat tubuh  cenderung condong ke depan dan mengganggu keseimbangan.  Lantas bagaimana memilih alas kaki yang baik bagi ibu hamil?

1. Pilih ukuran yang pas.

Saat berbadan dua umumnya kaki ibu  sedikit membesar terutama memasuki trimester ke-2 dan ke-3. Jadi jangan memaksakan diri tetap menggunakan alas kaki yang lama. Alas kaki yang terlalu sempit menimbulkan aliran darah menjadi tidak lancar. Selain tentu dapat menyebabkan lecet pada bagian kaki.

Waktu yang tepat untuk mencoba sepatu adalah siang hari menjelang malam. Pada saat itu kaki sudah banyak beraktivitas dan biasanya akan memuai (menjadi agak besar).

2.  Agak longgar.

Pilihlah alas kaki sedikit longgar yang masih menyediakan ruang bagi jari-jari kaki, sehingga terasa lebih nyaman ketika berjalan. Hindari yang terlalu longgar karena justru dapat menyebabkan keseleo.

3. Pilih yang bertumit  rendah.

Terutama saat memasuki trimester ke-2 dan ke-3 dengan kondisi perut semakin besar, ibu perlu memakai sepatu bertumit rendah untuk mendukung dan menyeimbangkan tubuh. Sepatu model ini akan membantu melancarkan sirkulasi darah dan mencegah varises.

4. Hindari yang terlalu datar dan terlalu tinggi.

Idealnya, tinggi hak untuk sepatu/sandal ibu hamil adalah 1-2 cm. Alas kaki tanpa  hak sama sekali dapat menyebabkan tubuh bertumpu pada tumit yang dapat menimbulkan nyeri pada bagian tersebut. Sebaliknya, alas kaki berhak tinggi runcing (high heels) akan membuat tubuh semakin condong ke depan dan memperbesar risiko kehilangan keseimbangannya. Semakin runcing bentuk hak sepatu/sandal, sebenarnya semakin membebani kerja kaki dalam menjaga keseimbangan tubuh. Ini belum menyebut dampak lain dari high heels,  seperti menimbulkan sakit punggung dan kram atau kejang pada betis. Namun, bukan berarti ibu hamil sama sekali tidak bisa memakai sepatu berhak lebih dari 1-2 cm. Hak setinggi 3 cm masih bisa ditoleransi asalkan bentuknya tidak runcing tetapi lebar dan tebal agar dapat menyangga  kaki dengan merata seperti model wedges. Meski demikian, hendaknya tinggi sol sepatu tidak lebih dari 3 cm, sehingga tetap memungkinkan ibu hamil  berjalan nyaman dan tidak cepat lelah.

 5. Pilihlah sol sepatu/sandal  yang antislip.

Sol yang tidak licin biasanya terbuat dari karet dan bertekstur/bergerigi halus. Saat ini, sudah banyak tersedia sepatu dengan sol antislip (biasanya tercantum penjelasan antislip pada bagian solnya). Untuk mengetes, cobalah menggosok-gosok sepatu/sandal tersebut di permukaan lantai yang licin. Sepatu yang baik, akan “mengerem” dengan baik saat digosokkan. Hindari sol yang terbuat dari fiber karena umumnya licin sehingga pemakai mudah  terpeleset.

6. Model Sederhana.

Model sepatu yang paling disarankan bagi ibu hamil adalah yang terbuka pada bagian depan sehingga terasa lebih nyaman dan tetap memungkinkan memberi sirkulasi udara bagi kaki. Sebaiknya, tinggalkan dulu model sepatu bertali, karena  semakin bertambah usia kehamilan, perut ibu yang semakin besar akan membuat ibu kesulitan pada saat harus mengikatkan tali-tali itu. Hindari juga model sepatu yang meruncing  di bagian depan karena akan membuat jari-jemari terimpit.

7.  Manfaatkan aksesori sepatu.

Untuk kenyamanan ada beberapa aksesori alas kaki yang dapat dimanfaatkan, yaitu bantalan untuk mengisi lekukan kaki. Aksesori ini umumnya dipakai untuk sepatu model tertutup.

8. Terbuat dari bahan alami.

Bahan alami seperti kulit atau kanvas umumnya lebih memungkinkan kaki bernapas. Bahan lain tetap dapat dipertimbangkan selama lembut dan lentur sehingga bentuknya  dapat mengikuti bentuk kaki.