Risiko Hamil Usia Di Atas 35 Tahun Atau Kurang Dari 20 Tahun

By Ipoel , Selasa, 25 Juni 2013 | 01:00 WIB
Hamil di atas 35 atau kurang Dari 20 tahun mempunyai risiko yang wajib diperhatikan. (Pixabay/tasha)

Nakita.id - Mana yang lebih berisiko, hamil di atas 35 atau kurang dari 20 tahun?

Idealnya, kehamilan berlangsung saat ibu berusia 20 sampai 35 tahun.

Kenyataannya sebagian perempuan hamil berusia di bawah 20 dan tidak sedikit pula yang mengandung di atas  35 tahun.

Padahal kehamilan yang terjadi di bawah usia 20 maupun di atas 35 tahun termasuk berisiko, karena dibayang-bayangi beragam faktor gangguan.

Beberapa risiko yang dihadapi wanita hamil di atas 35 tahun, yaitu janin mengalami kelainan genetik dan lahir cacat.

Selain juga berpeluang mengalami keguguran.

Kemungkinan lain terjadinya komplikasi saat kehamilan seperti tekanan darah tinggi, diabetes saat hamil dan kesulitan melahirkan atau janin memiliki kelainan kromosom.

Biasanya kelainan kromosom trisomik yang mengakibat lahirnya anak-anak down syndrome yang mengalami kombinasi retardasi mental dan cacat fisik.

Janin dengan kromosom abnormal banyak pula berakhir dengan keguguran.

Baca Juga: Ciri-ciri Hamil Jelang Melahirkan, Begini Cara Membedakan Kontraksi Asli dan Kontraksi Palsu yang Masih Sering Buat Moms Bingung

Sedangkan kehamilan usia dini (kurang dari 20 tahun) memuat risiko yang tidak kalah berat, terkait emosional ibu yang belum stabil sehingga ibu mudah tegang.

Sementara cacat kelahiran bisa muncul akibat ketegangan saat dalam kandungan, karena adanya rasa penolakan secara emosional ketika si ibu mengandung bayinya.

Khusus untuk wanita di atas 35 tahun, apa tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah risiko yang bakal terjadi semasa hamil?          

Agar kehamilan berjalan lancar dan bayi yang dikandung juga sehat secara fisik dan mental, sebaiknya sebelum hamil calon ibu yang berusia di atas 35, memeriksakan kesehatan guna memastikan ada tidaknya kelainan genetik yang bakal terjadi pada janin.

Pemeriksaan  yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan darah, ultrasound atau chorionic villus sampling (testing jaringan sekitar fetus) dan amniocentesis (mengambil sampel dari cairan amniotic).

Selama hamil sebaiknya ibu juga menjalani prenatal care, terutama bila ibu memiliki kondisi penyakit kronik seperti diabetes, tekanan darah tinggi atau tengah menjalani masa pengobatan panjang yang dapat berisiko terhadap janin.

Baca Juga: Ini Ciri-ciri Hamil Anak Kembar Tanpa Pemeriksaan USG, Penting Banget Diketahui