Ternyata, Berjemur Tidak Efektif Atasi Bayi Kuning, Simak 10 Fakta Tentang Bayi kuning yang Ibu Tidak Tahu

By Ipoel , Minggu, 15 Oktober 2017 | 22:15 WIB
Berjemur tidak atasi turunkan kadar bilirubin (Saeful Imam)

TabloidNakita.com - Kejadian kuning pada bayi ternyata bisa terjadi sekitar 50-60% saat bayi dilahirkan. Sementara, jumlah bayi kuning pada bayi yang lahir prematur lebih tinggi yakni sekitar 75-80%. Haruskah Ibu khawatir dengan kondisi ini? Lalu, hal-hal apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi bayi kuning? Berikut berbagai fakta seputar bayi kuning yang perlu Ibu ketahui. Baca: 5 Penyebab Bayi Kuning

1. Mayoritas bayi mengalami kuning Banyak bayi mengalami kuning, baik yang lahir normal maupun prematur. Kejadian kuning pada bayi baru lahir (BBL) cukup bulan sekitar 50—60% dan 75—80% pada bayi kurang bulan (BBLR). Pada bayi normal, umumnya kadar bilirubin akan mengalami peningkatan di hari ke-2 sampai ke-3 dan mencapai puncaknya di hari ke-8 (terhitung semenjak bayi dilahirkan). Selanjutnya di hari ke-9 berangsur-angsur turun kembali menuju angka normal (10 mg/dL). Sedangkan pada bayi prematur, kadar bilirubin akan mencapai puncaknya di hari ke-14. Hal ini menjadi faktor penyebab setelah pulang dari rumah sakit atau rumah bersalin, umumnya bayi disarankan menjalani pemeriksaan ulang pada hari ke-3 sampai ke-5 setelah kepulangan si bayi. Tujuannya untuk memantau kadar bilirubin sehingga dokter dapat memberikan tindakan yang cepat dan tepat bila terjadi peningkatan.

Baca: Kenali Ciri-ciri Bayi Kuning

2. Peningkatan kadar bilirubin terjadi akibat belum sempurnanya fungsi hati pada bayi baru lahir Umumnya, usia sel darah merah (eritrosit) adalah 120 hari. Pada bayi, usia sel darah merahnya ada yang lebih pendek, kira-kira 90 hari. Sel darah merah yang sudah tua ini mengalami pemecahan dan terurai menjadi zat yang disebut “heme” dan “globin”. Heme akan diubah menjadi biliverdin dan melalui proses selanjutnya diubah menjadi bilirubin bebas (indirek). Semestinya, sisa pemecahan ini (bilirubin indirek) diproses oleh hati bayi menjadi bilirubin direk yang larut dalam air dan melalui saluran empedu selanjutnya dibuang melalui usus besar serta bercampur dengan feses atau kotoran. Namun, saat lahir, hati bayi belum cukup baik untuk melakukan tugasnya. Akibat proses pengolahan yang tidak sempurna itulah yang menyebabkan kuning pada bayi.

3. Ada bayi kuning fisiologis, ada pula bayi kuning patologis Penyebab tingginya kadar bilirubin pada bayi dapat dikelompokkan menjadi dua yakni fisiologis dan patologis. Penyebab kuning fisiologis adalah peningkatan volume sel darah (eritrosit), usia sel darah yang pendek, dan belum sempurnanya fungsi hati dalam mengolah bilirubin. Kuning fisiologis ini umumnya akan sembuh sendiri seiring dengan semakin sempurnanya fungsi hati. Sedangkan kuning patologis, salah satu penyebabnya adalah ketidaksesuaian golongan darah ibu dan anak. Yang paling sering terjadi bila ibu bergolongan darah  O sedangkan bayinya A atau B. Demikian pula dengan perbedaan rhesus antara ibu dan anak; si ibu memiliki rhesus positif sedangkan bayinya negatif. Terjadinya infeksi atau sepsis dan hepatitis juga merupakan pemicu tingginya kadar bilirubin. Khusus kuning patologis perlu dilakukan pemantauan karena umumnya kadar bilirubin mengalami peningkatan sampai hari ke-14 dan tidak akan turun dengan sendirinya. Biasanya juga diiringi gejala lain seperti demam dan berat badan bayi yang tidak mengalami peningkatan.

4. ASI dapat membantu menurunkan kadar bilirubin atau mengatasi bayi kuning Hubungan antara pemberian ASI dan penurunan kadar bilirubin telah lama terbukti. Itulah mengapa, bayi kuning amat disarankan banyak menyusu ASI. Tingkatkan frekuensi menyusui  sekitar 10–12 kali dalam sehari. Patut diketahui, asupan cairan yang kurang (termasuk pemberian ASI) dapat menyebabkan kuning pada bayi. Ini biasanya tampak pada hari ke-3 sampai ke-5 dengan tanda penambahan berat badan yang minim dan urine berwarna pekat.

Baca: Semua Bayi Baru Lahir Cenderung Kuning

5. Batas kadar bilirubin pada bayi baru lahir harus terus dipantau Pemeriksaan akan terus berlanjut selama kurun waktu 48 jam bayi di rumah sakit. Pada bayi cukup bulan yang sehat akan dilakukan pemeriksaan klinis untuk menentukan perlu tidaknya pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan klinis adalah pemeriksaan dengan mengamati  gejala-gejala yang muncul dan tampak di seluruh tubuh bayi. Pemeriksaan, menurut APP (The American Academy of Pediatrics), dilakukan oleh tenaga medis. Pemeriksaan klinis dapat meningkat menjadi pemeriksaan laboratorium bila terdapat gejala berikut:

a. Kuning yang jelas secara klinis dalam 24 jam pertama kehidupan bayi.

b. Peningkatan kadar bilirubin total yang lebih dari 5 mg/dL sehari.

c. Kadar bilirubin total yang lebih dari 13 mg/dL dalam 4 hari pertama kehidupan bayi yang lahir cukup bulan.

6. Pentingnya pemantauan oleh ibu selama kurun waktu 48 jam setelah bayi berada di rumah Ibu dapat memantau tingginya kadar bilirubin pada bayi dengan melihat tanda-tanda, seperti: