8 Cara Mengajari Menjaga Diri Kepada Anak dengan Batasan dan Aturan

By Ipoel , Senin, 28 Januari 2013 | 02:00 WIB
Ada cara mengajari menjaga diri kepada anak untuk keamanan dirinya. (Pixabay/Skitterphoto)

Nakita.id - Bukan bermaksud menakut-nakuti anak akan kehadiran orang asing, namun mengajarkannya untuk waspada.

Berikut ini 8 cara mengajari menjaga diri kepada anak:

1. Jalin komunikasi hangat dan terbuka dengan anak

Lakukan hal ini sejak dini, sehingga orangtua dan anak terbiasa bercerita dan membahas berbagai hal, termasuk pengalaman setiap harinya. Dengan begitu, orangtua akan lebih mudah untuk memberikan pemahaman-pemahaman mengenai tindak kejahatan.

Bahas atau diskusikan mengenai tindak kejahatan yang sering kali terjadi dalam bahasa yang mudah dipahami. Hati-hati, hal ini terkesan mudah dilakukan, tetapi justru sering kali luput dan dianggap hal yang tidak terlalu penting karena menganggap anak masih kecil.

Baca Juga: Cukup dengan Cara Sederhana, Moms Dapat Menjadi Role Model Yang Baik Untuk Anak

Untuk hal ini, orangtua dapat memulai diskusi mengenai tindak kejahatan dengan mengambil contoh hal-hal yang dekat dengan anak, misalnya ketika anak tidak sengaja menonton film yang terdapat adegan mengarah kejahatan seperti memukul, mendorong, dan lainnya.

Di sini  orangtua dapat membahas tindakan itu dan apa yang harus dilakukan oleh anak jika dirinya mengalami hal itu. “Kalau kamu mengalami hal tersebut, kamu boleh membela diri dengan berteriak. Lebih aman lagi jika kamu lari menghindar dan meminta perlindungan sama Ayah.” Lebih jauh lagi, orangtua dapat membahas penculikan, pelecehan, dan lainnya dalam bahasa yang mudah dipahami. “Kalau ada Om, Tante, Kakak, yang memegang bagian vitalmu seperti pantat atau dada, kamu harus menghindar ya. Bilang tidak boleh kata Ayah dan Ibu.”

2. Biasakan anak untuk minta izin pada orangtua

Hal ini dilakukan saat anak hendak bermain ke luar rumah, ketika diajak pergi oleh orang lain walaupun oleh orang yang sudah dikenal, ketika ditawarkan makanan atau minuman dari orang asing, dan lainnya yang mungkin terjadi saat berinteraksi di lingkungan sosial.

3. Beri batasan dalam bertingkah laku

Antara lain: tidak menyakiti teman seperti, memukul, mencubit, mendorong, dan sebagainya; menutup aurat sampai batasan tertentu, seperti tidak mengangkat pakaian sebagaimana yang sering kali dilakukan oleh anak; tidak memegang alat kelamin sendiri maupun orang lain dan tidak membolehkan orang lain untuk memegang alat kelaminnya.

Baca Juga: Mitos vs Fakta, Anak Usia Prasekolah yang Sering Menonton TV Berisiko Alami Autisme? Ini Penjelasan dari Dokter Ahli Tumbuh Kembang

4. Batasi wilayah bermainnya dan dampingi

Memberikan batasan wilayah tempat anak boleh bermain, tentunya yang masih dapat dijangkau oleh orangtua. Jika anak ingin bermain melewati batasan wilayah tersebut, tetapkan aturan bahwa ia harus didampingi oleh orang dewasa/anak yang lebih besar, entah ayah, ibu, atau kakak.

5. Aturan menginap

Sebaiknya anak usia prasekolah tetap didampingi oleh orangtua ketika menginap di tempat lain, termasuk menginap di rumah kerabat/keluarga.

6. Lakukan role play (bermain peran)

Salah satunya, mengajari anak untuk asertif, yaitu berani mengungkapkan pendapat maupun perasaannya, serta menghargai setiap ucapan atau pendapat yang dilontarkan anak. Dengan bersikap asertif, anak dapat menjaga dirinya, semisal berani menolak sesuatu yang tidak sesuai dengan dirinya.

Baca Juga: Cara Mengatasi Anak Usia Prasekolah yang Susah Tidur, Dijamin Anak Tidur dengan Pulas

7. Jangan menakut-nakuti anak

Menakut-nakuti anak hanya akan menimbulkan rasa cemas pada anak dan membuatnya menjadi tak percaya diri untuk bersosialisasi. Contoh, setiap kali anak akan keluar rumah, orangtua mengatakan, “Awas lo, nanti diculik!” atau mengaitkan kejahatan pada figur tertentu, “Nanti ada orang bawa karung lewat, terus adik dibawa pergi, lo.” Jadi, hindari mengancam atau menakut-nakuti, selain beri kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi dengan aturan-aturan tertentu.

8. Hindari overprotektif

Jangan sampai melarang anak keluar rumah hanya karena kekhawatiran orangtua akan terjadinya kejahatan pada anak. Lebih baik berikan lingkungan yang relatif aman bagi anak untuk berkegiatan dan bereksplorasi. Jika stranger safety ini bisa diajarkan pada anak dengan baik, anak bukan hanya tidak akan menjadi “parno” terhadap orang asing, tetapi juga tetap dapat menjaga dirinya.