Cara Menghadapi Anak yang Suka Dramatisasi Masalah

By Ipoel , Senin, 29 Oktober 2012 | 21:00 WIB
Ada cara orangtua untuk menghadapi anak yang suka dramatisasi masalah. (Pixabay/amandacatherine)

Tetapi karena orangtua lebih memerhatikannya kala ia bersikap heboh maka cara itulah yang ia pilih.

Namun, bukan berarti orangtua boleh bersikap tidak peduli ketika anak menuntut perhatian.

Sama halnya dengan reaksi berlebihan tadi, kekurangpedulian orangtua juga bisa mendorong munculnya perilaku heboh pada anak.

Semangatnya kurang lebih sama, yaitu hasrat untuk diperhatikan dan sebagai bentuk protes anak terhadap sikap orangtuanya yang tak acuh.

Ingat, anak-anak prasekolah sudah memiliki kemampuan testing the limit.

Sehingga ia akan mencari cara lain yang lebih atraktif jika tak berhasil menarik perhatian orang-orang di sekitarnya dengan cara biasa-biasa saja.

Penyebab lain adalah sikap overprotektif orangtua.

Baca Juga: Anak Dijamin Makin Sayang, Ini Pentingnya Dads Berperan Sama dalam Pengasuhan Sesuai Tahapan Perkembangan Anak

Larangan pada anak untuk melakukan ini-itu (karena takut sang buah hati cedera), dan sikap mandiri anak yang kurang terstimulasi, umumnya akan membuatnya memiliki ambang toleransi yang rendah terhadap stres.

Resistansinya yang rendah terhadap stres ini membuatnya selalu mendramatisasi masalah setiap kali merasakan ketidaknyamanan.

Jangan lupakan juga, kegemaran si prasekolah melakukan peniruan terhadap tayangan drama di televisi (yang umumnya memang kerap melebih-lebihkan sesuatu).

Jadilah ia menangis berlebihan, berteriak kesakitan berlebihan, dan melampiaskan amarah dengan cara berlebihan pula.