Fashion Designer Kate Spade Meninggal Dunia, Kenali Ciri Orang yang Berpotensi Bunuh Diri

By Erinintyani Shabrina Ramadhini, Rabu, 6 Juni 2018 | 12:42 WIB
Kate Spade ditemukan meninggal karena bunuh diri, kenali tanda orang yang berpotensi nekat melakukan hal tersebut Moms (Gregory Pace/Shutterstock)

 

Nakita.id - Dunia fashion sedang dirundung duka.

Perancang tas tangan iconic ternama Kate Brosnahan Spade ditemukan tewas karena bunuh diri, menurut aparat kepolisian New York.

Kate Spade mengakhiri hidupnya pada usia 55 tahun.

Spade ditemukan tewas di apartemennya Park Avenue, New York City sekitar pukul 10:20 pagi pada Selasa waktu setempat.

Sebuah catatan bunuh diri ditemukan di tempat kejadian, yang di dalamnya juga berisi pesan untuk putrinya.

Seorang pengurus rumah tangga menemukan Spade menggantung dirinya dengan syal merah yang diikat ke gagang pintu kamar tidurnya.

BACA JUGA: Hadir di Acara Ramadan, Busana Jessica Iskandar Jadi Sorotan! Warganet Bandingkan dengan Sandra Dewi

Kakak Kate Spade mengatakan, bahwa saudarinya menderita penyakit mental selama tiga atau empat tahun terakhir, dan dia mengobati dirinya dengan alkohol.

Anggota keluarganya telah berjuang mati-matian untuk membantu Spade, tetapi tidak berhasil.

"Salah satu hal terakhir yang dia katakan kepada saya adalah, 'Reta, saya tahu Anda membenci pemakaman dan tidak ingin menghadirinya,' tetapi bagi saya, Anda harus datang ke pemakaman saya, setidaknya."

Organisasi kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, ada 40 orang yang bunuh diri setiap detik pada 2015 dan angka ini rupanya terus meningkat.

Depresi menjadi salah satu penyebabnya, mulai dari tekanan pekerjaan, tekanan pendidikan, bahkan masalah ekonomi dan kemiskinan di negara-negara berkembang.

Di Indonesia sendiri, berdasarkan data WHO tahun 2012 angka bunuh diri mencapai 4,3 per 100.000 populasi.

Berdasarkan laporan kepolisian di tahun yang sama, terdapat 981 kasus kematian akibat bunuh diri yang dilaporkan.

BACA JUGA: Bukan Serangan Jantung, Inilah Penyebab Kematian Sridevi yang Juga Merenggut Lebih dari 1.500 Jiwa di Amerika Serikat

Angka ini tidak termasuk kasus-kasus bunuh diri yang tidak dilaporkan ke polisi, karena banyak keluarga di Indonesia menganggap peristiwa bunuh diri sebagai aib yang harus ditutupi.

Lalu, apa saja tanda seseorang yang rentan berpotensi melakukan bunuh diri?

Ada beberapa tanda orang ingin bunuh diri atau memiliki rencana untuk mengakhiri hidupnya yaitu sebagai berikut.

- Selalu berbicara atau berpikir tentang kematian.

- Depresi klinis (kesedihan mendalam, kehilangan minat, sulit tidur dan makan) yang semakin lama semakin memburuk.

- Memiliki “harapan untuk mati”, sering nekat dan melakukan hal-hal yang berisiko menyebabkan kematian, seperti ngebut di jalan atau menerobos lampu merah.

- Kehilangan minat terhadap sesuatu yang sebelumnya sangat ia sukai.

BACA JUGA: Angka Kematian Akibat Bunuh Diri Tinggi! Perlu Cermat Tanda-tandanya

- Sering mengatakan bahwa hidupnya hancur, tidak ada harapan, merasa tidak bisa membantu apapun, dan tidak berguna.

- Mudah menyerah, keinginannya cenderung berubah-ubah.

- Sering mengatakan kalimat seperti “Akan lebih baik kalau aku tidak ada,” atau “Aku ingin mati saja”.

- Tiba-tiba, secara tidak terduga berubah dari sangat sedih menjadi sangat tenang dan bahagia.

- Membicarakan tentang bunuh diri atau membunuh seseorang.

- Bertemu atau menghubungi teman dan keluarga untuk mengatakan selamat tinggal. Bisa lewat percakapan langung atau lewat surat.

- Menyelesaikan permasalahan yang ada atau mengubah wasiat

Orang-orang yang gerak-geriknya memperlihatkan tanda-tanda peringatan di atas sebaiknya diperhatikan, terutama jika orang tersebut pernah melakukan tindakan bunuh diri sebelumnya.

BACA JUGA: Rokok Elektrik Menjadi Primadona Masyarakat, Begini Tanggapan PERKI

Berdasarkan American Foundation for Suicide Prevention, 20-50% orang yang memutuskan untuk bunuh diri pernah merencanakan hal itu sebelumnya.

Jika Moms menemukan tanda-tanda diatas pada orang terdekat, sebaiknya jangan dibiarkan, anggaplah sebagai keadaan darurat yang harus segera ditangani.

Upayakan untuk mendengarkan apa yang diucapkan orang tersebut, namun jangan berdebat.

Segera cari bantuan dari ahli profesional seperti polisi, psikiater, atau dokter.