4 Penyakit Langganan Anak

By Ipoel , Minggu, 15 November 2015 | 08:00 WIB
4 Penyakit Langganan Anak (Ipoel )

          Selama diare berlangsung, anak harus selalu mendapat asupan nutrisi dan cairan.  Jika masih bayi dengan asupan ASI. Suplai harus lebih banyak ketimbang yang dikeluarkan tubuh. Bantu juga dengan pemberian larutan gula-garam/oralit atau oralit khusus anak. Berikan setiap kali anak sehabis diare. Pemberiannya pada anak dibawah 2 tahun sebanyak 50-100 ml cairan oralit maupun cairan rumah tangga. Pada anak dibawah 10 tahun sebanyak 100-200 ml. Di usia 10 tahun ke atas berikan cairan sebanyak yang diinginkan.

          Selama diare sebaiknya hindari buah-buahan, kecuali pisang. Kandungan zat pektin dalam pisang dipercaya mampu mengeraskan tinja. Cara yang dilakukan ini untuk menghindari anak dari dehidrasi sekaligus meningkatkan daya tahan tubuh. Diharapkan, tubuh anak akan mampu memusnahkan sendiri penyakitnya.  Bila diarenya dalam sehari itu membuat anak tampak lemas, tidak bergairah, BAB selalu cair dan menyembur, segera larikan ke rumah sakit terdekat. Apalagi jika fesesnya berlendir atau berdarah (sekalipun hanya berupa bercak atau vlek).

Pencegahan:

          Pencegahan penyakit langganan anak ini dengan selalu menjaga kebersihan diri maupun lingkungan. Antara lain membiasakan anak untuk cuci tangan sebelum dan sesudah makan. Cucilah tangan minimal 20 detik, dengan menggunakan air bersih mengalir dan sabun. Jaga kebersihan peralatan makan dan minum anak. Perhatikan pula kebersihan dan keamanan makanan anak.

4. TIFUS

          Dalam istilah kedokterannya disebut dengan demam tifoid. Penyebabnya adalah bakteri Salmonella typhi. Kuman ini hidup di air kotor, makanan tercemar, dan lingkungan kotor lainnya. Masa inkubasi tifus rata-rata 7-14 hari. Gejala umumnya, demam dengan suhu 38-39 derajat Celcius, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut, diare atau justru sembelit (sulit buang air besar) selama beberapa hari. Anak tampak lemah dan lesu. Peningkatan suhu bertambah setiap hari dengan teratur. Misalnya selalu menjelang malam hari atau selalu siang hari dan malamnya mereda. Setelah seminggu gejala demam tak hilang meski sudah diberi penurun panas, maka dilakukan tes Widal untuk mengetahui kepastian tifus tidaknya. Biasanya pada minggu kedua gejala lebih jelas, dengan demam semakin tinggi, lidah kotor, bibir kering, dan kembung.

Penanganan: