Apa Saja Manfaat Bermain Untuk Anak? Jangan Lupa Libatkan Seluruh Keluarga

By Ipoel , Rabu, 18 September 2013 | 05:00 WIB
INGIN CERDAS? BIARKAN ANAK BERMAIN (Ipoel )

Menurut Anna Freud, bentuk permainan yang sesuai untuk anak usia 3-18 bulan adalah body play, alias aneka permainan yang melibatkan aktivitas fisik, seperti cilukba, memanjat bantal, menggulirkan bola.

Sedang menurut Piaget permainan yang sesuai untuk anak usia 3-18 bulan adalah yang merangsang sensory-motor serta spontaneous play alias permainan spontan. Selain aneka bentuk permainan, yang tak kalah penting adalah mainan yang digunakan.

Sesuai tahapan perkembangan anak, untuk anak usia di bawah 12 bulan, mainan yang sesuai adalah rattles (mainan kerincingan), teething ring (mainan gigit-gigitan),music box (mainan yang mengeluarkan suara musik), dan sebagainya.

Baca Juga: 5 Manfaat Bermain Puzzle untuk Anak, Bisa Buat Produktivitas Si Kecil Meningkat

Hal penting yang harus diperhatikan selanjutnya adalah perilaku caregiver alias orang dewasa yang menemani anak bermain. Sering kali karena beranggapan anak masih bayi, caregiver asal menemani saja, bahkan sering kali bayi dibiarkan asyik bermain sendiri sementara caregiver di dekatnya melakukan aktivitas lain seperti membaca koran atau menonton teve.

Yang seperti ini tentu hasilnya tidak akan maksimal. Sebab di usia 1-3 bulan, bayi sudah mampu mengenali suara dan wajah orangtua, serta merespons senyuman dan sudah dapat dilibatkan dalam permainan.

Libatkan Seluruh Keluarga

Seperti sudah disinggung di atas, kehadiran caregiver, baik orangtua/orang dewasa ataupun kakak-kakak yang mengajak adik bayinya bermain sangat penting. Melalui merekalah manfaat bermain bagi bayi bisa optimal.

Yang harus diingat kehadiran itu harus total, jangan sampai secara fisik ada di dekat bayi, namun pikiran/emosinya entah ada di mana, yang seperti ini pun bisa dirasakan bayi, akibatnya proses stimulasi tidak optimal.

Bila si kakak masih terlalu kecil, sebaiknya ada orang dewasa yang mengawasi mereka berdua, bisa jadi si kakak belum bisa mengekspresikan kegembiraan dengan cara tepat. Misalnya karena gemas lalu menggigit adiknya.

Begitu juga kalau sampai berebut mainan. Orangtua/orang dewasa yang mengawasi harus bisa memberikan pengertian pada si kakak supaya tidak merebut mainan adiknya. Jangan juga menyediakan mainan yang sama untuk keduanya, sebab bisa jadi mainan yang aman untuk kakak, justru membahayakan adik bayi, misalnya mainan itu mengandung komponen kecil-kecil yang bisa tertelan oleh bayi.

Bila bayi menangis saat bermain dengan kakaknya, orangtua jangan langsung panik selama semua dipastikan aman. Bisa jadi itu sekadar ulah kakak untuk menarik perhatian orangtua, umpama, dengan cara merebut mainan yang sedang dipegang adiknya.

Tapi kalau sekiranya ada hal yang berpotensi mencelakakan salah satu atau keduanya, orangtua harus segera bertindak. Ini pentingnya pengawasan orang dewasa saat bayi bermain. Selamat bersenang-senang dengan si kecil!

Baca Juga: Bahaya Anak Terkena Detergen Cair, Waspada Bagi Orangtua yang Kerap Membiarkan Anak Bermain Busa Sabun Cuci