Nakita.id - Walaupun mengandung ribuan zat kimia yang berbahaya, merokok tampaknya masih menjadi aktivitas mengasyikkan di Indonesia.
Hal ini dibuktikan oleh data Organisasi Kesehatan Dunia tahun 2015 lalu yang menunjukkan, sepertiga anak laki-laki berusia 13-15 tahun di Indonesia mengonsumsi produk tembakau.
Lebih dari 3,9 juta anak berusia 10 dan 14 tahun menjadi perokok setiap tahunnya, serta setidaknya 239.000 anak dibawah usia 10 tahun sudah merokok.
Tak hanya itu, bahkan lebih dari 40 juta anak balita menjadi perokok pasif.
Padahal, menjadi perokok pasif tak kalah berbahaya karena dapat meningkatkan 20-30% risiko kanker paru serta 25-35% risiko penyakit jantung.
BACA JUGA: Cegah Agar Anak Tak Merokok Sejak Usia Dini, Begini Caranya!
Diluar itu, masih berdasarkan data WHO rokok mengakibatkan 5,4 juta kematian dini setiap tahunnya.
Dengan angka kematian yang demikian mengerikan, mengapa rokok masih banyak diminati?
"Itu karena harga rokok di Indonesia masih murah, sehingga dapat dijangkau berbagai kalangan termasuk anak-anak," ujar Dr. dr. Ismoyo Sunu, Sp.JP(K), FIHA, FasCC pada Nakita.id beberapa waktu lalu.
Ketua PP PERKI (Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia) ini mengungkapkan keprihatinannya terkait konsumsi rokok di Indonesia.
"Menyedihkan memang, karena sekitar 70% perokok itu justru berasal dari keluarga miskin dan masih berusia produktif.
Jadi uang yang seharusnya digunakan untuk membeli makanan atau kebutuhan keluarga malah untuk beli rokok, bakar uang itu", ungkapnya berkelakar.