Ini Cara Orang Jepang Punya Tabungan Banyak, Meski Biaya Hidup Tinggi

By Maharani Kusuma Daruwati, Minggu, 22 Juli 2018 | 15:19 WIB
()

Nakita.id - Mungkin kita harus belajar berhemat dari orang Jepang.

Orang Jepang terkenal suka berkelompok.

Berhemat pun mereka lakukan secara gotong royong.

Perusahaan juga merasa dirinya berkewajiban untuk menolong karyawannya untuk berhemat.

BACA JUGA: Ini Alasan Mengapa Orang dengan Golongan Darah O Spesial, Apalagi di Jepang

Seperti tertuang dalam tulisan yang pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 1983 berikut ini.

Orang-orang Barat heran: Gaji orang Jepang lebih rendah daripada gaji mereka, tetapi ongkos hidup di Jepang lebih tinggi daripada di negara mereka.

Bayangkan saja sewa rumah tingginya luar biasa, sedangkan bank Jepang memberi bunga yang rendah sekali untuk deposito.

Namun anehnya, orang-orang Jepang itu bisa menabung lebih banyak daripada mereka.

Di mana seninya?

Gary Swartz, seorang asal Kanada yang bekerja di bagian keuangan sebuah perusahaan internasional di Tokyo, mengungkapkannya.

la tahu persis seni menabung cara Jepang, karena sudah tujuh tahun beristrikan perempuan Jepang yang mengatur keuangannya.

Menurut Swartz, orang Jepang banyak tabungannya karena tidak mempunyai kesempatan mengeluarkan uang.

Ambil saja contoh yang sederhana: Untuk pergi ke kantor, orang Jepang tidak perlu mempunyai mobil pribadi, walaupun rumahnya jauh dari tempat kerja.

Bagi mereka tersedia bus perusahaan, karcis kereta api atau karcis trem di bawah tanah, semuanya dibayari perusahaan.

Jadi jelas mereka tidak perlu keluar uang bensin, tidak perlu keluar uang 130 dolar sebulan untuk biaya parkir.

Begitu seorang karyawan diterima bekerja, Ia segera dibantu untuk mempunyai tabungan.

Dua kali setahun semua karyawan menerima bonus.

Sebenarnya itu bukan bonus seperti yang dikenal di Barat, melainkan gaji tambahan yang besarnya bisa sebulan, dua bulan atau tiga bulan gaji.

Besar bonus bisa tergantung dari kontrak, tradisi perusahaan, keuntungan perusahaan di tahun yang lalu, atau lama masa kerja.

Bonus itu dibayar kontan.

Begitu diterima, sebagian besar biasanya segera dimasukkan ke bank.

Ada beberapa bank yang hari itu khusus mengirim karyawannya ke perusahaan bersangkutan untuk melayani orang-orang yang mau mendepositokan uangnya.

Bagi petugas bank itu, disediakan meja-meja khusus untuk menerima uang yang akan ditabung.

Perusahaan-perusahaan seperti pabrik, bank, dan kantor pemerintah membantu karyawannya untuk berhemat.

Karyawan muda diberi kesempatan menyisihkan uang untuk menikah, bertamasya, membeli mobil atau apa saja yang mereka cita-citakan.

Karyawan yang usianya sudah meningkat diberi semangat untuk menabung dengan tujuan lain.

Umpamanya untuk down payment dalam pembelian rumah, untuk pendidikan anak-anak mereka atau membuka usaha sendiri.

Caranya begini: Bayangkan saja diri Dads sebagai pemuda lulusan universitas atau sekolah menengah yang diterima bekerja di kantor pusat sebuah perusahaan besar.

Tempat kerja Dads terletak di daerah Marunouchi di Tokyo, sedangkan rumah Dads di Hokaido, pulau paling utara di Jepang.

Jadi Dads tidak bisa pulang pergi setiap hari, Dads juga tidak mampu menyewa apartemen kecil berkamar satu dengan gaji permulaan Dads.

Tetapi jangan khawatir. Perusahaan tempat bekerja mempunyai asrama di luar kota Tokyo.

Di tempat itu juga mungkin ada sejumlah asrama lain yang khusus untuk laki-laki dan khusus untuk perempuan, yaitu milik perusahaan-perusahaan lain.

Asrama semacam itu bukan hanya ada di sekitar Tokyo, tetapi di seluruh negara, dekat kantor cabang dan pabrik.

Penghuni dikenakan bayaran yang murah saja. Ada asrama yang menyediakan makan pagi dan makan malam (juga makan siang pada minggu dan hari-hari libur), ada pula yang mempunyai fasilitas rekreasi.

BACA JUGA: Unggah Foto Bersama Suami, Kahiyang Ayu Disebut Mirip Titi Kamal

Tak perlu bersaing

Karyawan perempuan tidak perlu bersaing dalam hal pakaian di tempat kerja, karena perusahaan menyediakan seragam.

Laki-laki diharapkan memakai jas.

Tetapi untuk membeli pakaian yang mahal itu pun mereka ditolong.

Sekali atau dua kali setahun, wakil sebuah toserba besar akan datang menunjukkan bermacam-macam bahan untuk dibuat menjadi jas.

Mereka memberi potongan harga.

Selain itu mereka juga menawarkan kemeja, kaus kaki dan bahkan pakaian dalam.

Banyak perusahaan bahkan meluangkan tempat untuk dijadikan toko (milik perusahaan) yang menjual segala macam kebutuhan.

BACA JUGA: Gemasnya Si Kecil Thalia Meniru Kebiasaan Sarwendah Usai Keramas

Mulai dari sepatu sampai pakaian dan alat-alat olahraga, arloji, kamera dan sistem radio, semuanya dengan potongan harga.

Kalau kantornya cukup luas, perusahaan juga akan menyediakan kantin yang menyajikan makan siang yang tidak mahal.

Makan siang itu bukan hanya boleh dimanfaatkan oleh bujangan yang tinggal di asrama, tetapi juga oleh presiden direktur, kalau mau.

Kalau sudah bekerja bertahun-tahun dan bermaksud untuk beristri, artinya sudah tiba waktunya keluar dari asrama.

Sekali ini pun perusahaan akan juga menolong.

Perusahaan-perusahaan besar mempunyai apartemen yang disewakan kepada karyawan dengan harga rendah untuk jangka waktu terbatas, artinya beberapa tahun.

Kalau yang memerlukan apartemen lebih banyak daripada apartemen yang tersedia, maka diadakan undian.

Selama tinggal di apartemen yang sewanya ringan itu, karyawan mendapat kesempatan menabung untuk membayar down payment rumah.

Untuk membeli rumah, dengan pertolongan perusahaan karyawan bisa mendapat pinjaman dengan bunga yang lebih rendah daripada kalau Ia sendiri yang meminjamnya ke bank.

Bunga itu mungkin sama seperti bunga yang harus dibayar perusahaan kepada bank, bisa pula lebih rendah.

Perusahaan ikut bertanggung jawab atas kelancaran pembayaran ke bank.

Setelah rumah terbeli, karyawan tidak bisa membeli barang-barang mewah dulu atau mengeluarkan banyak uang untuk hal lain.

Tetapi bukan berarti karyawan dan keluarganya harus bertapa di rumah.

BACA JUGA: Jangan Abaikan Anemia, Ini Dampaknya Bagi Kesehatan Ibu Hamil dan Anak

Perusahaan-perusahaan di Jepang mempunyai tempat-tempat peristirahatan di pegunungan maupun pantai, yang boleh dimanfaatkan karyawannya.

Kalau musim liburan tentu kesempatan bagi setiap karyawan lebih pendek, karena saingannya banyak.

Pembayarannya murah, Bukan cuma anak istri yang boleh dibawa, tetapi juga kakek-nenek dan saudara.

Kadang-kadang karyawan secara beramai-ramai (mungkin dengan rekan-rekan seseksi) pergi bersama-sama melewatkan akhir minggu dengan bermain golf, tenis, memancing atau berleha-leha saja.

Supaya bisa berhemat, keluarga-keluarga yang tinggalnya berdekatan mencarter bus dan berangkat bersama-sama ke tempat liburan.

"Perban pusar" ialah hak istri

Orang Jepang termasuk orang yang banyak membawa oleh-oleh kalau pulang bepergian.

Lihat saja di lapangan-lapangan terbang.

Sebab, keluarga dan teman biasa memberi bekal uang sebelum mereka berangkat, supaya bekal mereka bertambah.

Jumlahnya bisa 50 dolar, bisa juga sampai 500 dolar, yaitu kalau punya kakek-nenek yang senang memanjakan cucu.

Sebagai imbalan, mereka tidak ragu-ragu untuk membeli oleh-oleh.

Oleh-oleh itu biasanya dibeli dengan setengah dari uang yang didapat dari pemberi.

Maka itu cognac dan parfum mahal di toko-toko bebas bea di lapangan terbang sering diborong orang Jepang!

Yang pergi ke luar negeri bukan cuma orang kaya, tetapi juga orang-orang muda karyawan kantor yang gajinya tidak seberapa.

Mereka menabung sedikit demi sedikit.

Umumnya laki-laki Jepang memberikan seluruh gajinya kepada istrinya, yang akan mengelola uang itu.

Si suami hanya akan mengambil uang saku.

BACA JUGA: Sering Menyerang Anak, Nyatanya Ini Bahaya Rinitis yang Tidak Disadari

Istri bukan cuma sekedar menabung menurut rencana keluarga dan memasukkan bonus ke bank, tetapi juga menyisihkan sedikit dari uang belanja sehari-hari.

Tabungan kecil ini dipisahkan dari anggaran keluarga.

Istri boleh menggunakan tabungan kecil itu sesuka hatinya.

Nama tabungan kecil itu heso kuri, artinya 'perban pusar’, entah mengapa namanya begitu.

Heso kuri ini bisa dikumpulkan dengan bermacam-macam cara.

Di daerah perumahan yang letaknya di luar kota, kaum istri membentuk kelompok yang kira-kira terdiri atas dua puluh orang, biasanya yang mempunyai banyak kepentingan bersama.

Umpamanya saja: anak-anak mereka sekolah atau mereka anggota organisasi yang sama atau rumah mereka berdekatan.

Sebulan sekali mereka mengisi daftar belanjaan.

Lalu daftar belanjaan itu disampaikan kepada orang yang mendapat giliran berbelanja. (Tugas belanja, mengumpulkan uang dan membagikan barang belanjaan ini digilir).

BACA JUGA: Lama Tak Muncul, Kimberly Ryder Beri Kabar Gembira Hingga Pria di Sebelahnya Jadi Sorotan

Seminggu kemudian pemesan-pemesan sudah bisa mengambil barangnya di suatu tempat yang berdekatan.

Karena barang-barang itu dibeli di kota, harganya agak lebih murah dibandingkan dengan di tempat mereka.

Tetapi dalam hal sayur-mayur dan buah-buahan, mereka tidak mau berhemat.

Mereka memilih sayur-sayur dan buah-buahan yang tumbuh tanpa pestisida.

Karena tidak tahan lama, mereka tidak bisa membelinya jauh-jauh atau menyimpannya.

Meskipun demikian, para perempuan itu rela demi kesehatan keluarga mereka.

Daripada menghemat di bidang itu, mereka merasa lebih baik menambah tabungan dengan cara lain.

Di daerah-daerah perumahan di luar kota umpamanya, kita sering melihat pengumuman kecil di sebelah papan nama.

Kalau kita bisa membacanya, ternyata isinya menyatakan jika nyonya rumah berijazah untuk mengajarkan sesuatu keterampilan.

Umpamanya saja mengajar piano, organ, menjahit, merangkai bunga dan macam-macam lagi, termasuk shiatsu, yaitu semacam ilmu urut.

Jadi orang Jepang berhemat, menambah penghasilan mereka dan menabung.

Kalau ada orang yang tiba-tiba lupa jika menabung itu adalah seni tradisional Jepang yang terhormat, maka bank akan mengingatkannya.

Petugas-petugas bank mempunyai kebiasaan untuk mendatangi rumah demi rumah dalam mencari langganan baru, terutama menjelang bonus dibagikan.

Siapa tahu suami lupa memasukkan bonus di kantor!

BACA JUGA: Marissa Nasution Dikritik Karena Bawa Bayinya Naik Pesawat, Usia Berapa Seharusnya?

Artikel ini sudah pernah tayang di Intisari dengan judul Biaya Hidup Tinggi, Gaji pun Tak Seberapa Besar, Bagaimana Caranya Orang Jepang Punya Tabungan yang Begitu Banyak?