Bukan Penyakit, Autisme Tak Bisa Disembuhkan! Begini Penanganan yang Tepat Menurut Ahli

By Maharani Kusuma Daruwati, Rabu, 25 Juli 2018 | 15:02 WIB
Fatharani Nadhira, Psikolog Anak saat memberikan materi pada Workshop for Autisme, Minggu (8/7/2018) (Maharani Kusuma Daruwati)

Nakita.id - Autisme sering dianggap masyarakat sebagai penyakit yang harus dijauhi.

Sedangkan, sesungguhnya autisme tersebut bukanlah sebuah penyakit.

Autisme merupakan gangguan perkembangan pada anak.

BACA JUGA: Ngisi Acara Bareng Temmy Rahadi, Tommy Kurniawan Merasa Ada yang Beda

Gangguan ini mengakibatkan anak tidak dapat berkomunikasi dan tidak dapat mengekspresikan perasaan serta keinginannya.

Sehingga, perilaku hubungan dengan orang lain terganggu dan membuatnya terlihat berbeda dengan orang pada umumnya.

Menurut Fatharani Nadhira, Psikolog Anak, autisme bukan penyakit, namun gangguan perkembangan pd seseorang atau biasa disebut Neurodevelopmental Disorder.

Karena bukanlah sebuah penyakit, sehingga autisme itu sendiri tidak dapat disembuhkan.

Untuk itu, penanganan yang tepat sangatlah dibutuhkan.

Selain itu, menurut Wardi Supardi, seorang pendidik dan pendiri Jakarta Ramah Autisme ini, deteksi dini sangatlah diperlukan.

Bila anak sudah mulai terdeteksi autisme, maka Moms harus segera membawanya ke dokter dan psikolog untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Karena autisme tidak boleh diduga-duga dan berdasar atas pemeriksaan medis.

"Bawa dulu ke dokter atau psikolog. Karena autisme itu tidak boleh diduga-duga, harus ada pemeriksaan.

Tanpa pemeriksaan kita nanti akhirnya arah pendidikan maupun pemberian treatment-nya akan salah," jelas Wardi saat diwawancarai tim Nakita.id.

Penanganan pada anak-anak ini diberikan dengan tujuan mengoptimalkan kondisi mereka agar dapat berfungsi mandiri sesuai dengan usianya.

Biasanya, anak mulai bisa dideteksi sejak usia 2 hingga 3 tahun.

Terapi maupun pendidikan kepada anak berkebutuhan khusus (ABK) terdapat tiga prinsip dasar.

1. Diagnosis yang akurat

Diagnosis yang akurat ini melibatkan dokter dan petugas medis dengan adanya pemeriksaan.

2. Pelayanan yang tepat

Setelah adanya diagnosis yang akurat, anak mulai bisa melakukan terapiyang tepat.

Terapi atau penangannya pun harus disesuaikan dengan kemampuan anak.

Terapi ini mencakup berbagai macam terapi yang tepat untuk perkembangan anak.

Di antaranya adalah terapi okupasi, terapi perilaku, dan terapi bicara, yang merupakan suatu hal wajib yang harus dilakukan pada anak autis.

3. Dukungan yang kuat

Kemudian, setelah menjalankan terapi harus ada juga dukungan yang kuat dari lingkungannya.

Baik dari orangtua, keluarga, serta masyarakat sekitar.

"Bila anak itu diterapi sudah cukup bagus tapi dukungannya kurang bagus dari orangtua maupun masyarakat maka anaknya juga tidak bisa hidup layaknya anak pada umumnya," terang Wardi.

"Bahkan bila masyarakat tidak menerima maka inklusi tidak akan terjadi. Jadi sekarang ini inklusi terjadi karena kesadaran masyarakat untuk menerima anak-anak autis dan ABK sudah mulai terbuka," tambahnya.

BACA JUGA: Indomie Goreng Kerap Diisukan Mengandung Babi, Ini Kata Pihak Indofood

Wardi juga menjelaskan bahwa autis ini tidak bisa dikatakan sembuh karena memanglah bukan sebuah penyakit.

Namun, dengan adanya tingkat perkembangan melalui terapi, anak bisa mencapai suatu kemandirian tertentu.

"Autis ini kan bukan penyakit ya, jadi tidak bisa dikatakan sembuh. Tapi pada autis ini ada yang namanya perubahan. Dari yang tidak baik menjadi baik. Jadi, ada perubahan perilaku," jelasnya.

Wardi mengaku bahwa selama menjadi seorang pendidik dan terapis selama belasan tahun ia telah bisa melepas banyak anak didiknya.

Bahkan, banyak dari anak didiknya tersebut yang telah dewasa dan dapat sekolah dan kuliah serta bekerja di tempat umum.

BACA JUGA: Bagikan Potret Sedang Memanah, Warna Pipi Roy Kiyoshi Jadi Sorotan

Melansir dari buku "200 Pertanyaan dan Jawaban Seputar Autisme", Gayatri Pamoedji menjelaskan bahwa secara umum, mungkin anak dapat dikatakan "sembuh"  jika ia sudah mampu hidup mandiri (sesuai dengan tingkat usianya).

Selain itu, ia juga dapat berperilaku normal, berkomunikasi dan bersosialisasi secara lancar serta memiliki pengetahuan akaldemis memadai untuk anak seusia mereka.

Untuk bisa dikategorikan berhasil "sembuh", banyak faktor yang menentukannya, Moms.

Di antaranya, derajat keparahan dari kondisi autis, usia anak, tingkat kecerdasan dan kemampuan bahasanya.

Fasilitas penunjang seperti dokter, terapis dan sekolah khusus, kesiapan orangtua, serta dukungan masyarakat juga mempengaruhi faktor "kesembuhan" tersebut. (*)