Evaluasi Gerakan Menuju Smart City Ungkap Tantangan yang Dihadapi

By Anisyah Kusumawati, Rabu, 25 Juli 2018 | 17:13 WIB
Evaluasi Smart City (infokomputer.grid.id)

Nakita.id - Menggaet beberapa pakar akademisi seperti UI ITB, Perbanas, dan UMN, Gerakan Menuju 100 Smart City memasuki tahap evaluasi.

Proses evaluasi ini melibatkan 24 kota/kabupaten yang terpilih di tahun 2017 dan juga melibatkan pemerintah daerah dari seluruh di Indonesia.

Evaluasi ini bertempat di Semarang, salah satu kota yang saat ini memiliki berbagai inisiatif terkait smart city.

BACA JUGA : Siap-siap, Gerakan Menuju 100 Smart City Sudah Ditandatangani

Pemaparan dilakukan terkait perkembangan implementasi program yang telah tertulis di masterplan smart city, termasuk berbagi tantangan yang telah dihadapi.

“Jika sebuah kota atau kabupaten mengedepankan Smart People, maka indikatornya Indeks Pembangunan Manusia” ungkap Herry Abdul Aziz, Staf Ahli Kementerian Komunikasi dan Informatika RI.

Demikian pula jika fokus utamanya adalah Smart Economy, indikator yang akan digunakan adalah pertumbuhan ekonomi.

Herry melihat proses evaluasi ini penting untuk mencari pola terbaik dari implementasismart city di Indonesia.

"Harapannya, ditemukan pola terbaik yang bisa diimplementasikan ke berbagai kota dan kabupaten di Indonesia” ujar Herry kembali.

Ada beberapa tantangan besar yang terangkum dalam evaluasi ini.

Tantangan besar yang dialami ialah terkait  payung hukum dalam mengimplementasikan program smart city.

Soal ini, Wisnu Drajat Setyawan selaku Direktur Evaluasi Kinerja dan Peningkatan Kapasitas Daerah Kementerian Dalam Negeri RI menyebut pemerintah pusat saat ini sedang menggodok standarisasi implementasi smart city.

BACA JUGA : Kamar Anak Kourtney Kardashian Bertema Galaksi dan Star Wars, Keren!

“Untuk membuat regulasi ini, kami melibatkan SNI yang mengacu kepada standar ISO” ungkap Drajat.

Tantangan lain adalah pada persoalan anggaran.

Soal ini, Herry Abdul Aziz mendorong pemerintah daerah untuk kreatif dalam memanfaatkan sumber pendanaan di luar APBD.

Herry menunjuk contoh Pemerintah Kota Jambi yang menyelenggarakan lomba Kampung Bantar.

Melalui lomba ini, tiap kampung diminta menghias kampungnya secara swadaya, lalu pemenangnya diberi hadiah.

BACA JUGA : 3 Kombinasi Makanan yang Membahayakan, Masih Sering Dilakukan

“Dengan begitu, semua kampung menjadi lebih indah tanpa harus mengeluarkan dana yang besar” tambah Herry.

Sealin Jambi, diketahui kota lain yang memiliki strategi besar dalam implementasi Smart City ini.

Kota Semarang dipandang yang memiliki inisiatif falam menyukseskan gerakan ini.

 “Yang utama adalah menyamakan persepsi dari setiap aparat pemerintahan” ungkap Ayu Entis selaku Asisten Perekonomian Pembangunan dan Kesra Kota Semarang.

Sesuai arahan Walikota Semarang, Hendrar Prihadi, smart city harus bisa meningkatkan taraf hidup warga Kota Semarang.

BACA JUGA :  5 Manfaat Minum Lemon dan Jahe Sebelum Tidur, Salah Satunya Mencegah Batu Ginjal

“Jadi smart city bukan sekadar WiFi gratis” ungkap Ayu.

Setelah pemahaman itu terbentuk, pembangunan infrastruktur menjadi lebih terarah dan terukur.

Setelah itu, partisipasi masyarakat pun akan terbentuk. 

Misalnya saja layanan Lapor Hendi yang aktif digunakan masyarakat untuk melaporkan berbagai masalah di Kota Semarang.

BACA JUGA : Inilah 8 Gejala Awal Kanker Ovarium, Kenali Sebelum Terlambat!

Demikian pula Kampung Pelangi yang berawal dari swadaya masyarakat dan kini menjadi bagian dari Smart Branding Kota Semarang.